Analisis Pemecahan Masalah Kesimpulan dan Saran Analisis Volume Produksi

Peramalan Perhitungan ketersediaan jam kerja Formulasi variabel keputusan Formulasi fungsi kendala dan fungsi sasaran dengan Goal Programming Perhitungan ketersediaan bahan baku Perhitungan waktu siklus Formulasi fungsi sasaran dengan Fuzzy Goal Programming Menyelesaikan model fussy goal programming dengan software LINDO 6.1. Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data

4.10. Analisis Pemecahan Masalah

Data yang telah diperoleh, kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dilakukan terhadap hasil perhitungan dan dibandingkan dengan kondisi aktual.

4.11. Kesimpulan dan Saran

Hasil dari analisis pemecahan masalah akan menunjukkan jumlah produksi optimum dari perencanaan seluruh sumber daya, maka akan ditarik kesimpulan mengenai permasalahan dan pemecahan masalahnya. Selain dari kesimpulan hasil penelitian, juga akan di ajukan saran dalam penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian di PT. Garuda Mas Perkasa dalam penyusunan perencanaan produksi yang optimum adalah sebagai berikut: 1. Data permintaan dari April 2014 – Maret 2015 2. Data ketersediaan jam kerja dari April 2014 – Maret 2015 3. Waktu siklus pengerjaan sandal 4. Pemakaian dan ketersediaan bahan baku dalam memproduksi sandal 5. Harga pokok produksi dan penjualan produk sandal

5.1.1. Data Permintaan dari April 2014 – Maret 2015

Data permintaan sandal pada PT. Garuda Mas Perkasa April 2014 – Maret 2015 dibagi menjadi 2 jenis yaitu sandal berwarna A dan sandal hitam-putih B ditunjukkan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Permintaan Sandal dari April 2014 – Maret 2015 Periode Permintaan Pasang Berwarna A Hitam - putih B April 2014 28.800 68.400 Mei 2014 54.000 80.400 Juni 2014 27.600 37.200 Juli 2014 34.800 70.800 Agustus 2014 44.400 64.800 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Permintaan Sandal dari April 2014 – Maret 2015 Lanjutan Periode Permintaan Pasang Berwarna A Hitam - putih B September 2014 52.800 76.800 Oktober 2014 35.520 86.400 November 2014 51.600 54.000 Desember 2014 39.600 75.600 Januari 2015 37.200 97.200 Februari 2015 58.800 80.400 Maret 2015 42.000 73.200 Sumber: PT. Garuda Mas Perkasa

5.1.2. Data ketersediaan Jam Kerja dari April 2014 – Maret 2015

Stasiun kerja di PT. Garuda Mas Perkasa memiliki jumlah mesin dan operator yang berbeda-beda, sehingga ketersediaan jam kerja juga berbeda untuk masing-masing stasiun kerja ditunjukkan dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2. Ketersediaan Jam Kerja untuk Maing-masing Stasiun Kerja April 2014 No. Stasiun Kerja Hari Kerja Jumlah Mesin Unit Jumlah Operator Jam Kerja Tersedia Menit 1 Proses pencacahan crumb rubber 25 4 48.000 2 Proses pencampuran bahan 25 8 96.000 3 Proses pembuatan sheet 25 8 96.000 4 Proses pembuatan sponge 25 10 120.000 5 Proses pendinginan 25 4 48.000 6 Proses pencetakanpemotongan 25 7 84.000 7 Proses pemisahan 25 7 84.000 8 Proses penggerindaan 21 12 120.960 9 Proses pelubanganbor 21 20 201.600 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Ketersediaan Jam Kerja untuk Maing-masing Stasiun Kerja April 2014 Lanjutan No. Stasiun Kerja Hari Kerja Jumlah Mesin Unit Jumlah Operator Jam Kerja Tersedia Menit 10 Proses pencetakan tali sandal 25 6 72.000 11 Proses pemilahan tali sandal 21 12 120.960 12 Proses perakitan 21 90 907.200 13 Proses pengemasan packing 21 24 241.920 14 Kemasan setengah lusin 21 16 161.280 15 Kemasan 20 lusin 21 4 40.320 Sumber: PT. Garuda Mas Perkasa Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa ketersediaan jam kerja minimum adalah pengemasan 20 lusin, sehingga perhitungan ketersediaan jam kerja pada stasiun ini dijadikan penentu sebagai perhitungan untuk ketersediaan jam kerja pada April 2014 – Maret 2015. PT. Garuda Mas Perkasa menerapkan sistem kerja 1 shift per harinya, dengan jam kerja selama 8 jam per shift. Ketersediaan jam kerja untuk April 2014 – Maret 2015 ditunjukkan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Ketersediaan Jam Kerja untuk April 2014 – Maret 2015 Bulan Hari kerja Minimum Hari Jam kerja jam Jam kerja menit Kapasitas minimum stasiun Menit April 2014 21 168 10.080 40.320 Mei 2014 19 152 9.120 36.480 Juni 2014 21 168 10.080 40.320 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Ketersediaan jam Kerja untuk April 2014 – Maret 2015 Lanjutan Bulan Hari kerja Minimum Hari Jam kerja jam Jam kerja menit Kapasitas minimum stasiun Menit Juli 2014 19 152 9.120 36.480 Agustus 2014 20 160 9.600 38.400 September 2014 22 176 10.560 42.240 Oktober 2014 22 176 10.560 42.240 November 2014 21 168 10.080 40.320 Desember 2014 20 160 9.600 38.400 Januari 2015 21 168 10.080 40.320 Februari 2015 19 152 9.120 36.480 Maret 2015 21 168 10.080 40.320 Sumber: Pengolahan Data

5.1.3. Waktu Siklus Pengerjaan Produk

Waktu siklus mencakup waktu proses pengerjaan sandal untuk masing- masing stasiun kerja. Pengukuran dilakukan dengan stopwatch. Elemen-elemen kerja yang dilakukan pengukuran pada masing-masing stasiun adalah sebagai berikut: 1. Stasiun pencacahan crumb rubber Pengukuran waktu dimulai saat operator mulai memasukkan crumb rubber kedalam masukan mesin dan waktu selesai ketika bongkahan crumb rubber yang dimasukkan seluruhnya telah tercacah dan masuk ke bak penampungan cacahan crumb rubber. Universitas Sumatera Utara 2. Proses pencampuran bahan Pengukuran waktu dimulai ketika operator mulai memasukkan crumb rubber cacah butiran tepung karet, kalsium karbonat, belerang, dan tepung eva kedalam masukan mesin dispersion mixer . Pengukuran selesai ketika seluruh bahan telah bercampur dengan pewarna menjadi adonan karet dan keluar melalui keluaran mesin. 3. Proses pembuatan sheet Pengukuran waktu dimulai ketika operator memasukkan adonan karet kedalam mesin two roll rubber mixing mill dan selesai ketika lembaran sheet telah keluar pada roll terakhir dan diletakkan oleh operator ke atas pallet 4. Proses pembuatan sponge Proses pengukuran waktu dimulai ketika operator mengambil sheet dan menyusun menjadi satu tumpukan sandwich. Pengukuran selesai setelah operator meletakkan sponge dari mesin press dan diatas pallet . 5. Proses pendingina Pengukuran dimulai ketika sponge diambil dari pallet dan dimasukkan kedalam bak pendingin hingga sponge terletak lagi di pallet setelah dingin. 6. Proses pencetakanpemotongan Pengukuran dimulai saat operator mulai memegang sponge untuk memasukkan ke mesin pemotong, dan pengukuran terhenti ketika sponge yang telah tercetak ukuran sandal diletakkan di lantai. Universitas Sumatera Utara 7. Proses pemisahan Pengukuran dilakukan saat operator mengambil sponge yang telah tercetak dari lantai dan meletakkan di meja. Pengukuran selesai ketika seluruh operator selesai melepaskan sepasang sandal. 8. Proses penggerindaan Pengukuran dimulai ketika operator mengambil sandal dan selesai ketika operator meletakkan sepasang sandal yang telah digerinda. 9. Proses pelubangan bor Pengukuran waktu dimulai ketika operator mengambil sandal, dan selesai ketika operator meletakkan sepasang sandal yang telah berlubang. 10. Proses pencetakan tali sandal Pengukuran waktu dimulai ketika operator meletakkan sheet ke mesin pencetak every rubber cutting dan pengukuran selesai ketika hasil cetakan telah diletakkan di lantai. 11. Proses pemisahan tali sandal Pengukuran dimulai ketika operator mengambil hasil cetakan dan pengukuran terhenti ketika operator telah meletakkan tali sandal kedalam karung. 12. Proses perakitan Pengukuran dimulai ketika operator mulai memegang tapak sandal dan selesai ketika sepasang sandal telah selesai dan diletakkan di keranjang. Universitas Sumatera Utara 13. Proses pengemasan Pengukuran dimulai ketika operator mulai mengambil sandal dari conveyor dan pengukuran selesai ketika plastik sepasang sendal telah diletakkan kembali di conveyor . 14. Proses pengemasan setengah lusin Pengukuran dimulai ketika operator mengambil plastik sandal yang pertama dan selesai ketika plastik berisi setengah lusin sandal dilantai. 15. Proses pengemasan 20 lusin sandal Pengukuran dimulai ketika operator mulai mengambil plastik berisi setengah lusin yang pertama dan selesai ketika goni telah selesai di jahit dengan tali plastik. Pengukuran waktu dilakukan selama 10 kali pengukuran untuk setiap aktivitas di stasiun kerja. Waktu siklus untuk kedua tipe sandal adalah sama, yang membedakan hanya penyusunan warna dalam pembuatan sponge , tetapi itu tidak menunjukkan perbedaan waktu siklus. Berikut data waktu siklus untuk memproduksi sandal pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Waktu Siklus Proses Pembuatan Sandal Berwarna No. Stasiun Pengamatan ke- detik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 320 323 324 315 323 324 318 321 320 320 2 462 464 470 462 467 461 467 470 460 469 3 604 604 608 605 605 603 601 600 609 605 4 549 548 553 547 548 554 552 547 549 552 5 1595 1596 1600 1597 1600 1595 1600 1598 1597 1597 6 29 31 32 33 29 35 28 28 31 28 7 20 22 22 21 20 24 19 20 21 21 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4. Waktu Siklus Proses Pembuatan Sandal Berwarna Lanjutan No. Stasiun Pengamatan ke- detik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 8 9 11 10 10 9 11 10 11 9 10 9 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 10 324 322 322 320 325 325 323 323 320 324 11 12 13 14 12 13 14 14 12 14 13 12 6 6 7 6 7 6 6 7 6 6 13 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 14 8 8 7 9 8 7 8 8 8 7 15 41 41 48 42 43 49 49 47 41 45 Sumber: Pengukuran

5.1.4. Pemakaian dan Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam produksi sandal di PT. Garuda Mas Perkasa untuk dapat menghasilkan sepasang sandal diukur berdasarkan batch, karena bahan baku yang dimasukkan kedalam mesin langsung per goni 30 kg untuk tepung karet dan bahan baku lain dengan perbandingan komposisi sesuai dengan takaran. Sekali menghasilkan adonan karet adalah 17 sheet dengan panjang ± 9 m dan dapat menghasilkan 170 sheet potong. Dalam membuat 1 buah sponge dibutuhkan 3 buah sheet , berdasarkan jumlah sheet potong yang dihasilkan, dapat diperkirakan dapat menghasilkan ±500 pasang sandal. Rincian bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan sepasang sandal ditunjukkan pada Tabel 5.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Data Bahan Baku Bahan Bahan Batch Kg Jenis Sandal Ketersediaan di Gudang Kg A KgPasang BKgPasang Crumb rubber SIR 10 30 0,060 0,060 12.000 Tepung Eva 30 0,060 0,060 11.500 Kalsium karbonat 10 0,020 0,020 3.800 Belerang 5 0,010 0,010 1.900 Pewarna 10 0,020 0,027 4.800 Sumber: Pengolahan Data

5.1.5. Harga Pokok Produksi dan Penjualan Produk Sandal

Berdasarkan dokumentasi pihak perusahaan harga jual sepasang sandal adalah Rp. 7.200 dengan rincian biaya produksi ditunjukkan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Biaya Produksi Sandal F IXED COST No. Perincian Perkiraan Biaya Rp.Bulan 1 Total upah 401.750.000 2 Biaya kelengkapan kantor telepon, alat tulis dll 3.500.000 3 Biaya maintenance 500.000 4 Biaya lain-lain PBB,amortisasi dan biaya tak terduga 2.500.000 Total 408.250.000 VARIABEL COST Rp.Unit 1 Bahan baku 1.706,92 2 Listrik air 929,59 Total 2.636, 51 Sumber: PT. Garuda Mas Perkasa Universitas Sumatera Utara BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Volume Produksi

Perhitungan optimasi perencanaan produksi menghasilkan jumlah produksi optimal yang dapat dihasilkan dengan memenuhi fungsi tujuan dan fungsi kendala yang dimiliki perusahaan, dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1. Selisih Penjualan dengan Hasil Optimasi Perencanaan Produksi Periode Jumlah Produk Optimum Pasang Peramalan Pasang Selisih Pasang A B A B A B april 51.867 72.900 48.988 72.900 2.879 mei 57.207 81.500 50.326 81.500 6.881 juni 82.007 71.300 51.701 71.300 30.306 juli 76.007 62.700 53.113 62.700 22.894 agustus 73.107 72.900 54.563 72.900 18.544 september 79.108 81.500 56.053 81.500 23.055 oktober 89.308 71.300 57.584 71.300 31.724 november 90.607 62.700 59.157 62.700 31.450 desember 73.107 72.900 60.773 72.900 12.334 januari 71.807 81.500 62.433 81.500 9.374 februari 67.407 71.300 64.138 71.300 3.269 maret 90.607 62.700 65.890 62.700 24.717 Total 930.686 865.200 684.719 865.200 245.967 1.795.886 1.549.919 245.967 Sumber: Pengolahan Data Universitas Sumatera Utara Inventory = Selisih Produksi ×100 Inventory = 245.967 1.795.886 ×100=13,70 Perhitungan dengan metode fuzzy goal programming menunjukkan jumlah produksi optimum yang lebih besar dibandingkan dengan metode goal programming , hal ini dikarenakan telah terjadi kesamaran informasi dan ketidak pastian dalam variabel keputusan seperti masih diizinkannya sistem lembur dan pemesanan bahan baku diluar jadwal pemesanan. Metode fuzzy goal programming memiliki hasil yang lebih akurat dalam menghitung jumlah produksi sesuai dengan kondisi perusahaan yang memiliki informasi yang masih samar dan adanya toleransi maksimum dan minimum pada sumber daya yang dimiliki.

6.2. Analisis Penggunaan Bahan Baku