dua  unsur  yang  menjadi  ujung  tombak  layanan  pada  konsumen  adalah  prasarana fasilitas dan kontak person.
II.3. Karakteristik Jasa
Umumnya  jasa  dihasilkan  dan  dikonsumsi  secara  bersamaan,  tidak  seperti barang fisik yang diproduksi dapat disimpan dalam persediaan, didistribusikan lewat
berbagai  penjual  baru  kemudian  dikonsumsi.  Jika  jasa  itu  disediakan  oleh  orang maka, maka orang yang menyediakannya adalah bagian dari jasa itu sendiri. Tjiptono
2006 menyatakan bahwa: karakteristik jasa adalah sebagai berikut: 1. Intangible, 2. Inseparability, 3. Variability, 4. Perishability
Dari  beberapa  pendapat  ahli  diperoleh  pengertian  dari  jasa  sebagaimana diuraikan  di  bawah  ini,  antara  lain:  Lehtinen  dalam  bukunya  Lupiyoadi  2001
memberi definisi jasa sebagai berikut “A service is an activity or a series of avtivity with take place in interactions wiyh a contact person or physical machine and which
provide  consumer  satisfaction”.  Menurut  Parasuraman,  Zeithaml,  dan  Berry  dalam
Purnama  2001  menyatakan  bahwa  faktor-faktor  atau  dimensi  penentu  yang  dapat
digunakan sebagai acuan untuk menilai kualitas, yaitu: a.
Tangibles,  yaitu  penampilan  fisik  layanan.  Sebagai  contoh:  gedung, peralaatan, perlengkapan dan sebagainya.
b. Empathy, yaitu kesediaan dan keinginan untuk melayani secara ramah, hangat
dan bersahabat.
Universitas Sumatera Utara
c. Responshiveness,  yaitu  kesediaan  dan  kesiapan  karyawan  untuk  memberikan
layanan. d.
Assurance,  yaitu  patut  dipercaya,  dapat  dipercaya,  jujur  dan  menarik  hati konsumen.
e. Reliability, yaitu konsistensi dalam performa dan dapat dipercaya.
Menurut  Swastha  1995  bahwa  jasa  adalah  barang  yang  tidak  kentara
intangible product yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran yang  saling  memuaskan  sedangkan  produk  adalah  suatu  sifat  yang  komplek  baik
dapat  diraba  maupun  tidak  dapat  diraba,  termasuk  bungkus,  warna,  harga,  prestise perusahaan  dan  pengecer,  pelayanan  perusahaan  dan  pengecer,  yang  diterima  oleh
pembeli  untuk  memuaskan  keinginan  dan  kebutuhannya.  Unsur  penting  dalam pengertian  tersebut  adalah  bahwa  jasa  merupakan  suatu  produk  yang  tidak  kentara,
artinya  barang  yang  dipertukarkan  dengan  uang  adalah  suatu  yang  tidak  berwujud. Jasa  juga  merupakan  produk  yang  tidak  bisa  ditimbun  atau  ditumpuk  dalam  suatu
gudang  sambil  menunggu  penjualan.  Penyaluran  jasa  kebanyakannya  langsung  dari produsen  ke  konsumen.  Sistem  operasi  jasa  sangat  menentukan  sekali  untuk
keberhasilan  elemen-elemen  jasa  disampaikan  pada  konsumen,  sehingga  apabila terdapat  kesalahankegagalan  pada  sistem  operasi  jasa  dalam  memproses  input
mengenai  keinginan  dan  kebutuhan  konsumen,  serta  membuat  elemen-elemen  jasa tersebut,  maka  elemen-elemen  jasa  yang  disampaikan  pada  konsumen  juga  akan
menghadapi  kegagalan,  artinya  konsumen  akan  merasa  bahwa  jasa  yang  diterima tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Alma 2004 konsep tidak berwujud pada jasa mengandung dua arti yang keduanya merupakan tantangan bagi pemasaran, yaitu:
a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh, tidak dapat dipahami.
b. Sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, tidak mudah diformulasikan.
Produk  jasa  ini  banyak  macam  dan  jenisnya.  Secara  umum  ada  perbedaan antara barang dan jasa yang dapat dilihat, misalnya, pembelian jasa dipengaruhi oleh
motif dan emosi, jasa tidak berwujud, bersifat tidak tahan lama, tidak dapat disimpan, mementingkan  unsur  manusia,  distribusi  langsung,  tidak  memiliki  standar  dan
keseragaman serta jasa tidak terlalu mementingkan adanya peramalan permintaan. Jadi  sebagaimana  yang  diuraikan  oleh  Kotler  bahwa  jasa  itu  merupakan
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud  dan  tidak  meningkatkan  kepemilikan  apapun.  Produksi  jasa  mungkin  atau
tidak  akan  berkaitan  dengan  produk  fisik.  Sebagaimana  sebuah  perguruan  tinggi, maka  dalam  hal  ini  perhatian  terfokus  pada  program  studi  yang  ada  pada  perguruan
tinggi tersebut. Untuk kondisi ini maka sangat diperlukan suatu dimensi kualitas yang dapat  dilihat  dari  jasa  yang  ditawarkan  perguruan  tinggi  tersebut.  Laksana  2008
yang  menyatakan  bahwa:  “Produk  adalah  segala  sesuatu  baik  yang  bersifat  fisik maupun  non  fisik  yang  dapat  ditawarkan  kepada  konsumen  untuk  memenuhi
kebutuhan dan keinginannya”. Pada  produk  jasa  tidak  menimbulkan  kepemilikan  fisik  kepada  konsumen.
Agar jasa menjadi berbeda dari yang lain, maka harus dilakukan pengembangan dari
Universitas Sumatera Utara
produk tersebut, sehingga dapat kita lihat apakah ada perubahan pada produk tersebut atau tidak, apakah ada pelanggan baru atau tidak.
II.4. Teori Stimulus Pemasaran