f. Foto Roentgen : garis fraktur yang jalannya melintang dengan jalan arteri meningea
media atau salah satu cabangnya.
2.6.4. Hematoma subdural
44
Hematoma subdural adalah perdarahan yang terjadi diantara durameter dan arakhnoidea. Hematoma ini timbul karena adanya sobekan pada “bridging veins”.
Menurut saat timbulnya gejala-gejala klinis, hematoma subdural dibagi atas 3 jenis : a. Hematoma subdural akut
Gejala-gejala timbul segera hingga berjam-jam setelah trauma. Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas.
b. Hematoma subdural sub-akut
Gejala-gejala timbul beberapa hari hingga 10 hari setelah trauma. Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula di sekitarnya.
c. Hematoma subdural kronik
Gejala-gejala timbul lebih dari 10 hari hingga beberapa bulan setelah trauma. Kapsula jaringan ikat terbentuk mengelilingi hematoma. Pada hematoma yang
baru, kapsula masih tipis atau belum terbentuk di daerah permukaan arakhnoidea. Kapsula merekat pada araknoidea bila terjadi robekan pada selaput otak. Kapsula
ini mengandung pembuluh-pembuluh darah yang tipis dindingnya terutama di sisi durameter. Karena dindingnya yang tipis ini protein dari plasma darah dapat
menembusnya dan meningkatkan volume hematoma. Pembuluh darah ini dapat pula pecah dan menimbulkan perdarahan baru yang menyebabkan
menggembungnya hematoma.
Universitas Sumatera Utara
Darah di dalam kapsula akan terurai membentuk cairan kental yang dapat menghisap cairan dari ruangan subdural arakhnoidea. Hematoma akan membesar
dan menimbulkan gejala-gejala seperti tumor serebri. Sebagian besar hematoma subdural ditemukan pada pasien berusia diatas 50 tahun.
Seringkali trauma kapitis yang menyebabkan hematoma subdural juga menimbulkan lesi pada jaringan otak berupa hematoma serebri, laserasi atau kontusio
serebri yang menyebabkan keadaan pasien menjadi lebih parah dengan mortalitas yang lebih tinggi. Gejala-gejala hematoma subdural akut sama dengan gejala-gejala hematoma
epidural, yaitu midriasis pupil ipsilateral dan hemiparesis kontralateral. Mungkin dapat juga dijumpai defisit neurologis lainnya. Pada perdarahan campuran keadaan umum dapat
lebih buruk dan defisit neurologisnya dijumpai lebih banyak. Defisit neurologis yang terjadi mungkin disebabkan oleh lesi parenkimnya dan bukan oleh penekanan
hematomanya. Pada hematoma subdural sub-akut gejala-gejala berkembang lebih lambat.
Hematoma subdural kronik pada sebagian kasus menimbulkan gejala tumor serebri, sisanya tidak memberikan gejala atau hanya gejala ringan yang dapat diabaikan atau
diobati sendiri oleh pasien. Hal ini terjadi bila perdarahannya kecil dan penyerapannya berjalan dengan baik. Gejala-gejala yang dapat timbul ialah nyeri kepala yang kronis dan
progresif, mungkin hemiparesis, anisokori pupil pupil tidak sama besar, kaku kuduk, apatis tidak acuh, amnesia, perubahan kepribadian dan perilaku misalnya menjadi acuh
tidak acuh terhadap orang lain atau dirinya sendiri, tanda-tanda demensia, dan mungkin pula kejang.
Universitas Sumatera Utara
2.6.5. Hematoma intraserebral