5.1.4 Job Safety Analysis sebagai Bagian dari FSWP
Job safety analysis JSA merupakan salah satu dasar Fundamental Safe Work Practies perusahaan. JSA merupakan fase kedua dari empat fase analisis hazard yang
diterapkan oleh perusahaan. Keempat fase analisis hazard ini berfungsi sebagai tools untuk mengidentifikasi hazard dan membangun strategi untuk mencegah terjadinya
insiden. Empat fase analisis hazard tersebut adalah:
Fase perencanaan planning phase Fase perizinan permitting phase
Fase pelaksanaan implementation phase Close Out Phase
Gambar 5.1 Empat Fase Analisis
Hazard
JSA termasuk dalam fase izin kerja, artinya JSA harus dilengkapi sebelum pekerjaan dilaksanakan. JSA dilakukan langsung di lokasi kerja untuk mengatasi kondisi
di lokasi kerja pada hari pekerjaan dilakukan. Tim kerja dilibatkan dalam pelaksanaan JSA, tujuannya untuk memastikan bahwa orang yang melakukan pekerjaan mengerti
dengan pekerjaan yang akan ia lakukan, mengetahui hazard yang ada di pekerjaannya, dan tindakan mitigasi terhadap hazard tersebut.
Identifikasi hazard dilakukan pada waktu pekerjaan akan dimulai. Setelah itu ditentukan tindakan pencegahan yang spesifik. JSA yang sudah dibuat, bisa disimpan
sebagai referensi untuk operasi yang serupa di masa yang akan datang. Sebaiknya JSA dikembangkan dalam bahasa yang sesuai dengan tim kerja, jika diperlukan dapat
menggunakan bahasa verbal. Berikut ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis hazard di
lokasi kerja onsite job safety analysis: 1.
Identifikasi Tugas Tugas adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan
pekerjaan. Tugas-tugas tersebut diidentifikasi dan dievaluasi sesuai dengan rincian tugas, misalnya: menyalakan tombol. Rincian tersebut lebih efektif dari pada
“melakukan shutdown pada pabrik gas” yang memang terlalu luas. Contoh rincian tugas lainnya
seperti: memindahkan
pompa agar
dapat dilakukan
maintenance, mengumpulkan sampel minyak dari sebuah bejana, dan lain sebagainya.
JSA yang digunakan kru di tempat kerja harus melingkupi tugas-tugas tunggal. Pada fase perencanaan, analisis hazard untuk lingkup yang lebih besar terdiri dari
berbagai penilaian tugas-tugas tunggal.
2. Membentuk Kelompok
Orang yang melakukan analisis harus: a.
Berpengalaman dan berpengetahuan mengenai tugas yang akan di analisis dan hazard.
b. Memahami prosedur analisis hazard.
c. Berpengalaman menjadi fasilitator
d. Pada beberapa situasi, analisis dapat dilakukan oleh satu orang.
3. Membuat langkah-langkah pekerjaan.
Tugas yang akan dianalisis dibagi menjadi beberapa langkah, setiap langkah menggambarkan apa yang dilakukan hingga tugas itu selesai. Dalam membagi tugas
menjadi langkah-l angkah pekerjaan, digunakan pertanyaan “Apa langkah pertama untuk
tugas ini?” kemudian “Apa langkah dasar selanjutnya?” dan seterusnya. Setiap langkah menyebutkan “apa yang dilakukan” bukan “bagaimana melakukannya”. Dalam
mendeskripsikan langkah-langkah tugas tersebut dapat digukanakan kata kerja seperti “menghilangkan”, “menaikkan”, “membuka‟, atau “mengelas”.
4. Identifikasi Potensi Hazard.
Kegiatan selanjutnya adalah mencari keberadaan dan potensi hazard. Untuk mengidentifikasi hazard dapat digunakan hazard identification tools. Saat melakukan
identifikasi potensi hazard, perlu diperhatikan kondisi fisik bahan kimia, peralatan, ruang untuk bekerja, dan lain sebagainya, faktor lingkungan panas, dingin, kebisingan,
pencahayaan, kondisi lembab, dan lain-lain dan tindakan atau kebiasaan saat bekerja berdiri pada permukaan yang licin atau tidak stabil, mengangkat objek yang sangat
besar, dan sebagainya
Untuk membantu
para pekerja
mengidentifikasi hazard,
perusahaan menyediakan hazard identification tools. Tools ini dapat dijadikan sebagai metode untuk
mengidentifikasi sumber energi, mengidentifikasi potensi hazard, dan menambah kemampuan pekerja untuk mengenali potensi hazard. Ada sepuluh gambar hazard
identification yang memudahkan pekerja untuk mengenali hazard, yaitu hazard gravitasi, gerakan, mekanika, listrik, tekanan, suhu, bahan kimia, makhluk biologis,
radiasi, dan suara.
Gambar 5.2 Hazard Identification Tools
Klasifikasi hazard menurut hazard identification tools adalah: a.
Gravitasi Semua benda memiliki gaya tarik bumi, sehingga berpotensi untuk jatuh.
Contoh hazard yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah benda-benda yang sedang diturunkan dari alat berat, runtuhan, peralatan yang
diletakkan pada bidang miring, dan lain sebagainya. b.
Gerakan Semua benda bergerak mempunya energi tersimpan untuk terus bergerak,
seperti peralatan yang digantung, ayunan tong, arus air, dan angin. Posisi
tubuh saat mengangkat benda, menjangkau, dan membungkuk dimasukkan ke dalam kategori ini.
c. Mekanika
Potensi hazard dari komponen mekanis seperti rotating equipment, compressed springs, drive belts, conveyor, dan motors.
d. Listrik
Arus listrik dan muatan listrik statis dapat membahayakan tubuh. Contoh hazard listrik adalah powerline, trafo, static chargers, petir, baterai aki,
dan lainnya. e.
Tekanan Cairan atau gas yang dimampatkan dapat mengeluarkan energi spontan
yang berbahaya. Misalnya, pipa bertekanan, tabung gas, tangki, selang, pneumatik dan peralatan hidrolik, serta tekanan yang berasal dari dalam
tanah. f.
Suhu Suhu panas dan dingin termasuk ke dalam potensi hazard. Contoh hazard
suhu adalah nyala api serta lidah api, permukaan yang panas atau dingin, cairan yang panas atau dingin, gas yang panas atau dingin, gesekan, dan
cuaca. g.
Bahan Kimia Bahan kimia memiliki potensi hazard, seperti uap yang mudah menyala,
bahan kimia beracun, bahan yang mudah berkarat, asam kuat, bahan yang
mudah meledak, asap dan debu dari kegiatan mengelas, dan lain sebagainya.
h. Makhluk Biologis
Seperti hewan buas, bakteri, virus, serangga, darah yang mengandung penyakit, makanan yang tidak higienis, dan air yang sudah
terkontaminasi. i.
Radiasi Radiasi biasanya terpancar dari zat dan bahan radio aktif, seperti sinar las
listrik, gelombang mikro, sinar laser, sinar X, skala NORM, dan lain sebagainya.
j. Suara
Potensi hazard suara dapat berasal mesin yang berputar, mesin yang bergetar, ledakan, kebisingan yang dapat mengganggu komunikasi dan
lain sebagainya. 5.
Mengembangkan Solusi atau Tindakan Pengendalian Kegiatan terakhir dalam menilai hazard adalah membangun solusi atau
menentukan tindakan pengendalian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengeliminasi potensi hazard atau menguranginya hingga ke tingkat risiko yang dapat diterima.
a. Tentukan pekerjaan mana yang perlu dilakukan. Eliminasi pekerjaan
yang tidak perlu dan dapat menambah risiko. b.
Ubah kondisi fisik yang dapat menimbulkan hazard merubah peralatan, material, perlengkapan, tata letak atau lokasi
c. Ubah prosedur kerja. Untuk mengubah prosedur kerja, dapat digunakan
pertanyaan “Apa yang harus karyawan lakukan atau yang tidak boleh dilakukan, untuk mengeliminasi hazard dan mencegah potensi
kecelakaan?” d.
Berikan penghalang antara hazard dan penerima, seperti memasang fire blanket, warning tape, alat pelindung diri, dan lain-lain.
e. Temukan cara baru untuk melakukan pekerjaan jika langkah sebelumnya
belum aman untuk dilakukan. f.
Solusi atau tindakan pengendalian harus disampaikan kepada para pekerja, sehingga mereka memahami apa yang harus mereka lakukan.
g. Jika solusi atau tindakan pengendalian tersebut sangat rinci, maka harus
disertakan dalam prosedur dan manual pelaksanaan pekerjaan, serta diberikan saat pelatihan karyawan. Ini berguna agar setiap orang
memahami bagaimana melakukan tugas dengan selamat. Mengidentifikasi hazard yang terkait dengan prosedur merupakan sebuah bentuk
pencegahan yang layak ketika dimasukkan dalam kegiatan peninjauan. Identifikasi ini dapat memberikan pemahaman secara menyeluruh kepada individu yang terlibat dalam
perencanaan tugas.
5.2 WELL WORK AND COMPLETION DEPARTMENT WWC