A. Analisis Risiko Pekerjaan
Task Spesifik Risk Analysis LTA
Pada event ini akan dibahas tentang kualitas analisis risiko yang sudah dilakukan. Ada dua event yang harus dipertimbangkan untuk mengetahui kualitas penilaian risiko,
yaitu: 2.
Pengetahuan Knowledge LTA Pada event ini akan dibahas tentang pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan
untuk menilai risiko pekerjaan. Terdapat dua event yang mempengaruhi pengetahuan yaitu masukan dari para pekerja dan sistem teknik informasi.
c. Masukan dari Para Pekerja Use of Worker’s Suggestions and Inputs
Pada event ini akan dibahas tentang pengetahuan didapat dari masukan para pekerja. Masukan dari para pekerja ini dapat dijadikan informasi untuk
penilaian risiko. Dari hasil wawancara dengan kedua WSM, diketahui informasi bahwa pekerja dilibatkan dalam tail gate meeting pagi. Menurut Bapak A, JSA
dilakukan sekalian dengan tail gate meeting. Meeting akan memakan waktu sekitar 30 menit. Para kru kerja diajak berunding mengenai pekerjaan yang akan
mereka lakukan 12 jam pada hari itu. Kemudian pekerja memberikan masukan mengenai hazard yang ada di pekerjaan mereka dan cara menanganinya. Jika
dalam rentang waktu 12 jam ada hazard yang berbeda mereka akan melakukan meeting lagi untuk membahas hazard tersebut.
Bapak B memberi informasi yang sama dengan Bapak A bahwa para pengawas dan kru melaksanakan tail gate meeting. Namun ia sendiri jarang
mengikuti tail gate meeting pagi karena harus mengikuti meeting dengan WSM
lain di pagi hari. Ia menyerahkan kepada tool pusher untuk memimpin tail gate meeting bersama para kru pekerja. Dalam tail gate meeting satu sama lain peserta
meeting mengeluarkan pendapatnya. Bapak C selaku tool pusher memberikan informasi bahwa pekerja dilibatkan
dalam tail gate meeting. Sebelum melaksanakan tail gate meeting, clerk membuat JSA pekerjaan dan kru pekerja melaksanakan assessment. Saat tail gate
meeting, JSA yang dibuat oleh clerk akan disempurnakan berdasarkan masukan dari para pekerja yang sudah melakukan assessment. Bapak D sebagai driller
memberikan informasi yang serupa bahwa pekerja dilibatkan dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja.
Para pekerja yang menjadi informan pendukung memberikan informasi yang sama bahwa mereka terlibat dalam pelaksanan tail gate meeting.
“ Kami diajak berdiskusi.. terus diminta pendapatnya.. apa aja hazard.. satu-satu bergilir seperti itu.
” Bapak AA “Karena dah biasa, dah terbayang kayak mana bahaya kerja di rig ni.. pas diskusi
biasanya ikut.. kalau ada yang punya pendapat.. ndak papa disampaikan pas tail gate meeting
.” Bapak AB “Pas tail gate meeting kalau ada yang mau kasih masukan, ya ngomong aja pas diskusi
tu… lagian kalau kita kasih informasi bahaya kan buat kepentingan semua…biar semua tau biar semua hati-hati.
” Bapak AC
“Nah saat tail gate meeting.. saat nya sharing.. kalau ada info disampaikan disini.. informasi pekerjaan, bahaya, saling mengingatkan supaya semua bisa kerja selamat”
Bapak AD
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, pekerja selalu dilibatkan baik dalam pelaksanaan tail gate meeting maupun pelaksanaan pre job meeting. Para pekerja
yang memiliki informasi mengenai pekerjaaan atau hazard mau menyampaikan informasi tersebut dalam meeting. Tail gate meeting selalu dilakukan pagi hari
sebelum bekerja. Namun, pre job meeting tidak selalu dilakukan, kecuali saat company service membantu pekerjaan rig.
d. Sistem Teknik Informasi Technical Information System LTA
Pada event ini akan dibahas mengenai teknik informasi yang dapat mendukung pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Karena keterbatasan waktu dan
data yang diperlukan dalam penelitian, cabang ini tidak dianalisis lebih lanjut. 2.
Pelaksanaan Execution LTA Pada event ini akan dibahas tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas
analisis risiko. Hal-hal tersbut adalah: f.
Waktu Time LTA
Pada event ini akan dibahas tentang waktu untuk melaksanakan analisis risiko. Berdasarkan hasil wawancara, Bapak A menyatakan bahwa JSA dibuat
saat tail gate meeting dan memakan waktu sekitar 30 menit. Dalam tail gate meeting didiskusikan pekerjaan dan hazard yang ada di pekerjaan selama 12 jam
untuk hari itu. Jika ditemukan adanya hazard baru, maka para pengawas dan pekerja berkumpul lagi untuk mendiskusikannya.
Bapak B memberi informasi yang sama. JSA dilaksanakan dalam tail gate meeting dengan kisaran waktu sekitar 30 menit. Bapak B mengatakan bahwa
sulit untuk melaksanakan JSA setiap pekerjaan akan dimulai, karena pekerjaan di rig sangat banyak dan berurutan satu sama lain. Menurutnya, jika harus
melaksanakan meeting setiap pekerjaan dimulai akan menghabiskan banyak waktu. Jika memang ditemukan hazard baru, maka mereka akan berkumpul
untuk membahasnya, Mengenai pelaksanaan JSA, Bapak C menyampaikan bahwa JSA dilakukan
saat tail gate meeting dan memakan waktu selama 30 menit. Bapak D memberikan informasi yang berbeda dengan Bapak A dan C, namun serupa
dengan Bapak B. Ia mengatakan bahwa mereka melakukan pre job meeting untuk menganalisis JSA. Pre job meeting dilakukan dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lainnya. Namun, saat pre job meeting mereka tidak langsung menuliskannya di dalam kertas. Alasannya karena akan memakan banyak waktu
untuk menulis di formulir, sementara pekerjaan yang harus mereka selesaikan cukup banyak. Hasil diskusi dalam pre job meeting baru disampaikan kepada
clerk dan clerklah yang menuliskannya. Keempat pekerja sebagai informan pendukung memberikan informasi yang
sama, bahwa analisis JSA dilakukan saat tail gate meeting, akan memakan
waktu sekitar 30 menit. Pekerja AA menambahkan informasi bahwa pre job meeting baru dilaksanakan jika pekerja menemukan keberadaan hazard baru saat
bekerja. Pekerja yang terkait dengan pekerjaan itu baru akan berdiskusi dan melakukan pre job meeting untuk melakukan analisis JSA. Jika tidak ada hazard
baru, maka tidak akan dilakukan pre job meeting, cukup tail gate meeting di pagi hari.
“Sekalian pekerjaan 12 jam dibikin JSA pas tail gate meeting..” Bapak AA “Pre job meeting tu kalau ada bahaya yang beda aja.. pekerja yang terkait
biasanya diskusi tu. ” Bapak AA
“ Iya.. JSA pas tail gate meeting tu.” Bapak AB “Biasanya sekalian pas tail gate meeting..kurang lebih 30 menit lah.”
Bapak AC “ Kira-kira setengah jam pas tail gate meeting.” Bapak AD
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, tail gate meeting yang dilakukan hanya berkisar 10 menit. Dalam tail gate meeting pekerja diajak berdiskusi
mengenai hazard yang ada pada seluruh pekerjaan yang akan mereka lakukan. Dalam tail gate meeting juga dibicarakan tindakan mitigasinya.
Dalam OEMS Wellwork and Completion 2010, dijelaskan tentang pre job meeting yang ditujukan untuk mempersiapkan dan mengulas SOPJSA. Idealnya
setiap pekerjaan yang akan dilakukan, harus diawali dengan pre job meeting. Akan tetapi di lapangan, pengawas dan kru kerja cenderung membahas JSA
dalam tail gate meeting. Pre job meeting jarang dilakukan, kecuali jika company
service datang membantu pekerjaan di rig. Pre job meeting dilakukan kurang dari 10 menit.
g. Anggaran Budgets LTA
Event ini mencurigai bahwa kegagalan pre-job analysis disebabkan kurangnya dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan pre-job analysis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, anggaran untuk pelaksanaan JSA tidak dianggarkan secara spesifik karena termasuk dalam
anggaran program safety. Untuk masing-masing rig, dianggarkan 400 USD hari yang sudah termasuk kedalam ODR Operation Daily Rate. Bapak WD
menyatakan bahwa anggaran ini cukup untuk memenuhi kebutuhan paper work, salah satunya membuat form JSA yang menjadi tanggung jawab masing-masing
business partner. h.
Ruang Lingkup Scope LTA Pada event ini akan dibahas tentang ruang lingkup analisis risiko. Dari hasil
wawancara dengan para informan diketahui bahwa JSA dilaksanakan saat tail gate meeting. Pekerjaan yang dianalisis dan didiskusikan dalam meeting tersebut
adalah seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan selama 12 jam. Hasil pengamatan lapangan juga menunjukkan hasil yang demikian. Ruang lingkup
pekerjaan yang dibahas dan dianalisis dalam meeting singkat ini terlalu luas. Berdasarkan hasil analisis formulir JSA, tidak ditemukan pembagian langkah
kerja untuk pekerjaan yang dianalisis, padahal pembagian langkah-langkah
pekerjaan juga sudah diatur dalam pedoman perusahaan. Tujuannya agar hazard pada setiap langkah pekerjaan dapat teridentifikasi dengan baik. Namun, hal ini
tidak ditemukan dalam formulir JSA. Hasil analisis formulir JSA ini menunjukkan bahwa ruang lingkup pekerjaan yang dianalisis terlalu luas.
i. Kemampuan Menganalisis Analytical Skill LTA
Pada event ini akan dibahas tentang pengalaman dan kemampuan pengawas dan para pekerja yang terlibat dalam penilaian risiko. Berdasarkan hasil
wawancara, Bapak A menyatakan bahwa para pekerja sudah mengetahui dan mengenal hazard dan mampu menentukan tindakan mitigasi untuk pekerjaan
yang mereka hadapi. Hal ini disebabkan karena pekerja sudah biasa melaksanakan pekerjaan di rig. Bapak B memberikan informasi yang sama
dengan Bapak A. Menurutnya kru pekerja adalah pekerja terampil, sudah memiliki sertifikat, dan sudah berpengalaman. Para pekerja sudah mampu
mengenali hazard dari pekerjaan di rig, terlebih lagi pekerjaan yang mereka laksanakan adalah pekerjaan rutin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, informasi untuk Analytical Skill LTA sama dengan informasi Authority LTA. Para pekerja
memang ahli melakukan pekerjaaan di rig, namun mereka belum ahli untuk mengidentifikasi hazard di lokasi kerja. Menurut Bapak WD, rata-rata pekerja
yang mengalami accident adalah pekerja yang sudah memiliki pengalaman tiga sampai empat tahun. Para pekerja yang berpengalaman tersebut dapat dikatakan
sudah mahir melakukan pekerjaan, namun belum mahir untuk menetukan hazard walaupun mereka telah mendapatkan training.
Kurangnya keterampilan pekerja juga terbukti dalam formulir JSA. Terdapat ketidaktepatan dalam formulir JSA tersebut, baik pada pembagian langkah kerja,
identifikasi hazard, dan penentuan tindakan mitigasi yang kurang tepat. Ketidaktepatan ini dapat menunjukan kurangnya keterampilan pekerja.
j. Pemilihan Hazard Hazard Selection LTA
Event ini akan mempertimbangkan apakah ada hazard yang tidak dicantumkan dalam menilai risiko, sehingga dapat memicu terjadinya masalah.
3 Identifikasi Hazard Hazard Identification LTA
Pada event ini akan dibahas mengenai kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi hazard. Berdasarkan hasil wawancara, Bapak C
menyatakan bahwa ada tools yang membantu pekerja untuk mengidentifikasi hazard, yaitu Hazard Identification Tools Hazid Tools. Di dalam tools
tersebut ada
sepuluh kategori
hazard yang
membantu pekerja
mengidentifikasi hazard.
Kemudian ia
menambahkan bahwa,
pengkategorian hazard tidak hanya pada hazid tools tapi juga ada dalam JSA, dan JSA lebih sering digunakan di lapangan.
Bapak D memberikan informasi yang sama, bahwa Hazid Tools dapat digunakan untuk mengidentifikasi hazard dan pengkategorian hazard juga
terdapat dalam formulir JSA. Namun, ia menyatakan bahwa mereka tidak langsung menuliskan hasil pre job meeting kedalam formulir JSA. Alasannya
karena pekerjaan yang harus mereka selesaikan cukup banyak. Bapak B walau tidak di wawancara khusus mengenai Hazard
Identification LTA, ia memberikan pernyataan bahwa pelaksanaan pre job meeting hanya dilakukan namun tidak dituliskan dalam formulir JSA.
“Ya,, kalau dibilang, ya semuanya harus dibuat JSA. Tapi pekerjaan ni banyak kali.. habis yang ini .. yang ini lagi.. rutin berurutan, kalau harus
dimeetingkan banyak waktu.. ditulispun bisa berapa ratus langkah tu? Paling diomongin aja kayak pre job meeting.. tapi dituliskan itu loh.
” Bapak B
Sama hal dengan para pengawas, pekerja mengetahui bahwa ada sepuluh kategori hazard berdasarkan hazid tools. Namun, para pekerja mengakui
bahwa mereka jarang menggunakan tools tersebut di lokasi kerja.
“Bahaya tu kan banyak, ada tu perusahaan kasih toolsnya.. apa aja kategorinya ndak pula hafal do..”Bapak AB
“Bisa-bisa.. bahaya yang ditemukan bisa dikategorikan…adakan di tools hazids tu..tapi kalau kami di lapangan
jarang pakai itu…biasanya pakai yang di JSA tu aja.
”Bapak AC
Alat identifikasi hazard atau Hazard Identification Tools yang disediakan perusahaan dapat dijadikan sebagai metode untuk mengidentifikasi sumber
energi, mengidentifikasi potensi hazard, dan dapat menambah kemampuan pekerja untuk mengenali hazard. Hazid Tools ini, dimasyarakatkan
perusahaan dalam bentuk kartu-kartu kecil dan dibagikan kepada pekerja, namun selama pengamatan lapangan tidak ditemukan para pekerja
mengidentifikasi hazard menggunakan kartu-kartu kecil ini. JSA Hazid dapat digunakan dalam pelaksanaan JSA. Pengkategorian
hazard dalam JSA Hazid sama dengan pengkategorian Hazid tools yang diperkenalkan perusahaan. Dalam buku OEMS Well Work and Completion
2010, JSA Hazid merupakan tools yang harus digunakan dalam pelaksanaan analisis keselamatan pekerjaan.
Informan utama dan informan pendukung sudah mengetahui bahwa perusahaan menyediakan tools untuk mengidentifikasi hazard, salah satunya
adalah JSA Hazid. Dalam JSA Hazid juga tersedia sepuluh kategori hazard. Namun dalam pelaksanaannya, JSA Hazid tidak selalu digunakan.
4 Prioritas Hazard Hazard Prioritasion LTA
Pada event ini akan dibahas mengenai metode yang digunakan untuk memprioritaskan hazard. Menurut informan kunci, semua hazard harus
teridentifikasi dengan baik dan mendapatkan tindakan mitigasi yang sesuai. Maka dari itu, prioritas hazard tidak digunakan dalam pelaksanaan JSA di
lokasi kerja.
B. Rekomendasi Tindakan Pengendalian