Rekomendasi Tindakan Pengendalian Hasil Penelitian untuk Task Spesific Risk Asessment LTA

perusahaan dalam bentuk kartu-kartu kecil dan dibagikan kepada pekerja, namun selama pengamatan lapangan tidak ditemukan para pekerja mengidentifikasi hazard menggunakan kartu-kartu kecil ini. JSA Hazid dapat digunakan dalam pelaksanaan JSA. Pengkategorian hazard dalam JSA Hazid sama dengan pengkategorian Hazid tools yang diperkenalkan perusahaan. Dalam buku OEMS Well Work and Completion 2010, JSA Hazid merupakan tools yang harus digunakan dalam pelaksanaan analisis keselamatan pekerjaan. Informan utama dan informan pendukung sudah mengetahui bahwa perusahaan menyediakan tools untuk mengidentifikasi hazard, salah satunya adalah JSA Hazid. Dalam JSA Hazid juga tersedia sepuluh kategori hazard. Namun dalam pelaksanaannya, JSA Hazid tidak selalu digunakan. 4 Prioritas Hazard Hazard Prioritasion LTA Pada event ini akan dibahas mengenai metode yang digunakan untuk memprioritaskan hazard. Menurut informan kunci, semua hazard harus teridentifikasi dengan baik dan mendapatkan tindakan mitigasi yang sesuai. Maka dari itu, prioritas hazard tidak digunakan dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja.

B. Rekomendasi Tindakan Pengendalian

Recommended Control LTA Pada event ini akan dibahas tentang ketepatan pengendalian risiko yang direkomendasikan. 8. Kejelasan Clarity LTA Pada event ini akan dibahas tentang kemudahan untuk memahami dan melakukan pengendalian risiko yang direkomendasikan. Menurut Bapak A, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki pekerja memudahkan para pekerja untuk melakukan pengendalian hazard pekerjaan. Jika terdapat kesulitan, para pengawas bertanggung jawab untuk menjelaskan lebih rinci dan membantu menyelesaikan masalah. Bapak B memberikan informasi yang serupa, ia merasa tidak kesulitan menyampaikan cara pengendalian hazard di lapangan kepada para pekerja. Hal ini dikarenakan pekerja sudah ahli dan sudah biasa melaksanakan pekerjaan. Ia pun mengatakan akan mengarahkan langsung pekerja di lapangan jika ditemukan ada pekerja yang tidak paham. Bapak C sebagai tool pusher menyatakan bahwa orang yang bekerja di rig harus mahir melaksanakan tugas dan mengendalikan hazard pekerjaan. Jika pekerja tidak mengenal pekerjaan di rig, Bapak C yakin pekerja tersebut tidak akan bisa bekerja sebagai kru kerjanya. Namun, jika ia menemukan sedikit kekurangan pekerja, ia akan memberi pengarahan kepada pekerja. “Orang yang kerja di rig itu dek, harus mahir.. mahir bekerja dan mengendalikan bahaya. Kalau ia ndak kenal pekerjaan ini, ia ndakkan bisa kerja disini,, tapi yaa kalau ada sikit kekurangan, kita arahkanlah. ” Bapak C Bapak D memberikan informasi yang serupa dengan informan utama lainnya, ia mengatakan bahwa ia tidak mengalami kesulitan untuk menugaskan pekerja mengendalikan hazard karena pekerja sudah sering berhadapan dengan pekerjaan di rig. Pengalaman yag dimiliki pekerja membuat mereka menjadi lebih cepat paham. Keempat pekerja mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan rutin, sehingga mereka mengetahui hazard pekerjaan dan mengetahui bagaimana menghadapi hazard tersebut. Jika ada hal yang mereka tidak paham mereka dapat menanyakan langsung kepada driller atau tool pusher. “Pekerjaan ini- ini saja yang dihadapi.. sudah terbayang oleh kami apa yang akan kami hadapi dan apa yang harus kami perbuat.” Bapak AA “ Kami mengerjakan yang biasa kami lakukan, kalau memang ada hal yang ndak biasa dan kami ndak paham, tanya sama driller, kalau ndak tool pusher.. mereka mau arahin tu. ” Bapak AA “Ini-ini aja yang dikerjakan.. dah tau kalau apa yang harus dilakukan kalau ada bahaya.. tapi biasanya mandor ngarahin juga.” Bapak AB “Pekerjaan yang dilakukan setiap harinya seperti ini.. jadi sudah tau bagaimana menghadapi.. tapi kalau ragu.. ya tanyakanlah sama mandor. ” Bapak AC Informan utama dan informan pendukung memberikan informasi yang sama bahwa kru pekerja sudah memahami dan dapat melakukan tindakan pengendalian hazard di lokasi kerja. Alasannya karena para pekerja sudah memiliki keterampilan, kemahiran, dan pengalaman melaksanakan pekerjaan di rig. Berdasarkan hasil analisis dokumen, pemahaman para pekerja juga didukung oleh pelaksanaan uji coba dan pelatihan pengendalian hazard yang dilakukan rutin di lokasi kerja. Hal ini dijelaskan dalam OEMS Wellwork and Completion 2010 dan menjadi menjadi syarat HES yang wajib dilakukan. 9. Kesesuaian Compability LTA Pada event ini akan dibahas tentang kesesuaian pengendalian hazard yang direkomendasikan dengan peralatan pengendalian yang ada di tempat kerja. Keempat informan utama mengakui bahwa pengendalian hazard yang direkomendasikan dalam JSA dapat dilakukan oleh para pekerja di lapangan. Perlengkapan dan peralatan yang direkomendasikan juga tersedia di lokasi kerja. Pernyataan yang sama juga datang dari keempat pekerja yang diwawancarai. Keempat pekerja mengakui bahwa mereka dapat melakukan tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam JSA. Peralatan pengendalian juga sudah tersedia di lokasi kerja, salah satunya APD. Berdasarkan hasil analisis JSA, tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam JSA tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan tindakan pengendalian yang direkomendasikan cenderung kepada perilaku kerja dan penggunaan APD. Alat pelindung diri dimiliki oleh para pekerja juga sudah sesuai dengan rekomendasi JSA. Dalam Buku OEMS Well Work and Completion 2010, dijelaskan bahwa salah satu bentuk pencegahan blow-out adalah blow-out hidrolik dengan satu set ram, blinds, dan chokes yang terpasang dengan baik dan dites di lapangan. Peralatan ini harus digunakan setiap tubing dicabut dari sumur. Berdasarkan penjelasan ini, peralatan well control merupakan syarat keselamatan operasi yang harus tersedia di masing-masing rig dan sudah disesuaikan dengan hazard yang ada dipekerjaan. Di buku yang sama, dijelaskan juga bahwa alat pelindung diri merupakan salah satu syarat keselamatan beroperasi. APD dasar untuk semua pekerja adalah topi keselamatan, kacamata keselamatan dengan pelindung samping, penyumbat telinga untuk daerah bising, dan sarung tangan. Derrickman selaku pekerja yang bekerja diketinggian juga harus menggunakan full-body harness. Seluruh APD yang dimiliki pekerja sudah sesuai dengan syarat operasi rig. 10. Uji Coba Pengendalian Testing of Control LTA Pada event ini akan dibahas tentang uji coba pengendalian hazard. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifannya di tempat kerja. Berdasarkan hasil analisis JSA, tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam JSA tidak terlalu sulit untuk dilakukan karena pengendalian cenderung kepada perilaku kerja dan penggunaan APD. Salah satu APD yang diuji coba saat peneliti turun ke lapangan adalah pengujian APD untuk derrickman. Derrickman membutuhkan APD yang berbeda dari pekerja yang lain karena ia bekerja di ketinggian. Derrickman wajib menggunakan full-body harness dengan lan yard. Derrick escape lines harus terpasang sesuai spesifikasi dan lolos uji tarik. Pengujian derrick escape lines ini juga dijelaskan dalam buku OEMS Well Work and Completion 2010. Dalam buku yang sama dijelaskan pula mengenai uji coba BOP, uji coba H2S, kebakaran, evakuasi, dan tumpahan minyak. Kegiatan uji coba BOP dilakukan sekali dalam seminggu, dan kegiatan uji coba lainnya dilakukan sekali dalam sebulan. Semua kegiatan uji coba harus didokumentasikan. 11. Arahan Directive LTA Pada event ini akan dibahas tentang arahan untuk melaksanakan pengendalian hazard. Menurut Bapak A, pengarahan dapat dilakukan saat tail gate meeting atau saat pekerjaan dilaksanakan. WSM akan berkoordinasi dengan tool pusher untuk mengendalikan hazard di lokasi kerja. Pengarahan juga dapat dilakukan dalam bentuk meeting yang melibatkan para kru kerja. Bapak B sebagai WSM memberikan informasi yang sama dengan Bapak A. Bapak C dan D memberikan informasi tambahan mengenai pengarahan untuk tindakan pengendalian. Mereka mengatakan bahwa WSM akan langsung turun ke lapangan jika pengendalian sulit untuk dilakukan. Mereka juga mengutarakan hal yang sama dengan para WSM, bahwa pekerjaan yang berbahaya dapat di SWA stop work authority lalu diadakan meeting untuk membahas tindakan pengendalian atas hazard tersebut. Keempat pekerja sebagai informan pendukung, mengakui bahwa mereka sudah mengetahui tindakan pengendalian di rig, namun para pengawas akan memberikan pengarahan untuk pengendalian hazard yang tidak mereka pahami. “Kami mengerjakan yang biasa kami lakukan, kalau memang ada hal yang ndak biasa dan kami ndak paham, tanya sama driller, kalau ga tool pusher.. mereka mau arahin tu. ” Bapak AA “Di tempat kerja ni, yang udah biasa lakukan, lakukanlah.. tapi kalau ndak.. komunikasiin dulu ke driller.. nanti dijelaskannya tu. ” Bapak AB “Pekerjaan yang dilakukan setiap harinya seperti ini.. jadi sudah tau bagaimana menghadapi.. tapi kalau ragu.. ya ta nyakanlah sama mandor…mereka mau arahain kita tu. ”Bapak AC “Kalau bahayanya jarang-jarang ada, dan kami baru sekali menghadapinya, biasanya mandor, tool pusher, sampai WSM langsung turun untuk membantu. ” Bapak AD Ketika peneliti mengamati keadaan lapangan, peneliti menemukan suatu keadaan yang tidak biasa di rig yaitu terjadinya flowing saat pipa dikeluarkan dari sumur minyak. Berdasakan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa WSM memberikan perintah pengendalian kepada tool pusher, tool pusher menyampaikan kepada driller, dan driller menyampaikan kepada kru pekerja. Perintah pengendalian pada kondisi tersebut juga dilengkapi dengan tahap-tahap pekerjaan. Saat WSM melihat keadaan belum membaik, ia segera turun ke lapangan dan memerintah langsung para kru pekerja tanpa perantara. Tidak lama kemudian, pekerjaan di SWA dan diadakan meeting singkat untuk mencari jalan keluar. Setelah meeting singkat, pekerjaan dilanjutkan dan flowing dapat dikendalikan. Tahap-tahap pekerjaan yang dijelaskan WSM kepada tool pusher dan meeting singkat yang dilakukan pada kondisi di atas, merupakan suatu bentuk pengarahan dari pengawas kepada kru kerja. Petunjuk mengendalikan hazard juga terdapat dalam bentuk SOP, perusahaan menyediakan SOP untuk mengendalikan hazard di lokasi kerja, seperti blow-uot, keadaan darurat H2S, kebakaran, evakuasi dan lainnya. SOP ini dapat dilihat pada lampiran 5.4. 12. Ketersediaan Avaibility LTA Pada event ini akan dibahas mengenai pengendalian hazard yang tersedia di tempat kerja dan dapat digunakan oleh pekerja. Dalam buku OEMS Well Work and Completion 2010, dijabarkan peralatan-peralatan pengendalian hazard harus tersedia di lokasi kerja sebagai syarat HES. Seperti alat untuk mencegah blow-out dan peralatan menghadapi H2S, kebakaran, evakuasi, serta tumpahan minyak yang harus tersedia di lokasi kerja. APD juga menjadi persyaratan dasar untuk semua pekerja. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, peralatan-peralatan yang menjadi syarat HES ini sudah tersedia di lapangan kerja. Bapak C dan D sebagai informan utama mengatakan bahwa peralatan pengendalian selalu tersedia di lokasi kerja. “Semua alat pengendalian tersedia di lapangan.. itu udah menjadi syarat unit pengeboran. ” Bapak C “Oh iyalah kalau ndak ada mana boleh beroperasi.. “Bapak D 13. Penyesuaian Adaptibility LTA Pada event ini akan dibahas apakah pengendalian hazard yang direkomendasikan dapat digunakan pada situasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara keempat informan berpendapat bahwa tindakan pengendalian dapat digunakan pada situasi apa saja, dengan catatan hazard yang dihadapi sama. Jika hazard yang ada pada pekerjaan berbeda, maka tindakan pengendaliannya juga berbeda. “Ya bisa… kalo bahaya yang dihadapi sama.. biasanya rekomendasinya sama.. kalau dah beda.. cara mengendaikannya beda juga .” Bapak A “Selama pekerjaan yang dilaksankan sama.. ya bahayanya sama aja.. pencegahannya itu juga .” Bapak B “Kalau kerjanya itu itu juga ya sama.. bahaya ndak akan berbeda.. kalau ada bahaya yang beda,, tu lain cerita.. perlu didiskusikan gimana cara ngendalinnya .” Bapak C “Iya samalah, kalau kerjaannya sama..bahayakan itu juga,, pencegahannya ya sama. “Bapak D Para pekerja juga memberikan hasil wawancara yang tidak jauh berbeda dengan para pengawas. “Ya bisa lah.. biasanya juga kayak gitu aja.. pekerjaannya kan ini-ini aja.. kalau beda tu beda pula nanganinya .” Bapak AA “Tiap pindah lokasi, kerja ini- ini aja… biasanya sama aja apa yang direkomendasikan di JSA tu.. kalau ada informasi bahaya baru, nah pas meeting tu lah kita omongin, kayak mana jalan keluarnya. ” Bapak AB “Pekerjaan kami ni rutin.. bahaya ya itu-itu aja.. kalau beda ya dibicarain ulang gimana cara ngadapainnya .” Bapak AC “Kalau kerjaannya sama.. bahayanya sama aja.. kalau nampak ada bahaya yang beda, tu dibicarakan, di share satu sama lain… biar kompak gimana ngadapinnya.” Bapak AD Informan utama dan informan pendukung memberikan informasi yang sama bahwa tindakan pengendalian dapat digunakan pada situasi apa saja, jika hazard yang dihadapi sama. Jika hazard yang ada pada pekerjaan berbeda, maka tindakan pengendaliannya juga berbeda. 14. Perintah yang Tidak Dilaksanakan Use Not Mandatory Pada event ini akan dibahas mengenai pelaksanaan pengendalian hazard yang telah direkomendasikan. Dalam penelitian ini, keempat informan utama memberikan informasi yang sama, bahwa para pekerja melakukan pekerjaan termasuk pengendalian hazard sesuai yang direkomendasikan JSA. Bapak A memberi tanda setuju dengan mengangguk. “Sama kok sama yang di JSA.” Bapak B “Apa yang dibikin di JSA ya harus dilakukanlah.” Bapak C Para pekerja juga mengakui bahwa mereka melaksanakan tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam JSA. “Ya bisalah,, apa yang ditulis dalam JSA tu kan ga berat.. pakai PPE, berhati-hati kalau istirahat biar ga digigit ular.. hati- hati titik jepit… ya untuk keselamatan kita juga kan? ”Bapak AA “Diikutinlah.. siapa yang ga mau selamat.. udah dikasih tau jalannya masak ndak mau ikutin .” Bapak AB “ Kalau tindakan yang dibuat dalam JSA tu.. ya bisa lah dilakukan.. udah sehari-hari itu juga kan.”Bapak AC “Iya dilakukanlah.” Bapak AD Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sering ditemukan pelaksanaan JSA yang tidak tepat bahkan tidak dilakukan sama sekali. Untuk JSA yang dibuat, tindakan pengendalian yang direkomendasikan cenderung kepada perilaku kerja dan penggunaan APD, seharusnya hal ini tidak sulit dilaksanakan oleh kru pekerja. Untuk APD, masih ditemukan para pekerja yang menanggalkan eye protector ketika bekerja dan tidak menggunakan ear plug ketika berada di dekat engine yang menyala. Informan utama mengatakan bahwa rekomendasi pengendalian hazard harus dilaksanakan oleh pekerja, dan para pekerja sebagai informan pendukung mengakui bahwa mereka melakukan tindakan pengendalian tersebut. Akan tetapi, dalam pengamatan di lapangan masih ditemukan beberapa pekerja yang lalai melaksanakannya.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain : 1. Situasi dan kondisi yang kurang kondusif saat berlangsungnya wawancara dapat mempengaruhi informan memberikan jawabannya. Situasi dan kondisi yang kurang kondusif tersebut misalnya, bising oleh suara engine dan pekerja lain yang menghampiri saat wawancara berlangsung. 2. Dalam penelitian ini, baik Task Specific Risk Assessment, Task Spesific Risk Analysis, Task Analysis, dan Pre-job Analysis berbentuk Analisis Keselamatan Kerja Job Safety Analysis JSA. JSA hanya terbatas pada identifikasi hazard dan penentuan tindakan mitigasinya, tidak menyentuh tahap penilaian risiko yang ditinjau dari kemungkinan kejadian likelihood dan keparahan severity yang ditimbulkannya. 3. Data mengenai event Task Analysis Not Required dengan kode e2 didapatkan berdasarkan wawancara dengan informan kunci dan analisis pedoman perusahaan. Hasil wawancara dengan informan kunci dan analisis pedoman perusahaan sudah menjawab pertanyaan ini. 4. Event Task Analysis LTA dengan kode e2, diteliti berdasarkan hasil analisis formulir JSA pada pembagian langkah-langkah pekerjaan.