Fosfat dan Mekanisme Penyerapannya

Pertumbuhan mikroba pelarut fosfat sangat dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Pada tanah masam, aktivitas mikroba didominasi oleh kelompok fungi sebab pertumbuhan optimum fungi pada pH 5 - 5,5. Sebaliknya, pertumbuhan kelompok bakteri optimum pada pH netral dan meningkat seiring dengan meningkatnya pH tanah, yaitu berkisar antara 4 - 10,6 Ginting dkk., 2006.

2.5. Fosfat dan Mekanisme Penyerapannya

Fosfat adalah unsur hara kedua yang dibutuhkan setelah nitrogen Schachtman et al., 1998 dalam Handbook Of Microbial Fertilizer, 2006. Fosfat merupakan 0,2 dari berat kering tanaman. Fosfat berperan dalam pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin, pementukan bunga, buah dan benih, pematangan hasil panen dan menghilangkan efek kelebihan aplikasi nitrogen, perkembangan akar terutama akar lateral dan serabut, meningkatkan hasil panen dan meningkatkan resisten terhadap penyakit dan dalam metabolisme melalui suplai energi yang diperlukan untuk proses metabolik Brady and Weil, 2002. Fosfat diserap tanaman dalam bentuk ion fosfat. Ada dua jenis fosfat di dalam tanah, yaitu fosfat organik dan fosfat anorganik Hardjowigeno, 1992. Umumnya konsentrasi fosfat anorganik di dalam tanah lebih tinggi dibandingkan fosfat organik. Fosfat anorganik berasal dari fosfat yang berikatan dengan kalsium, besi dan alumunium serta mineral apatite, dimana mineral tersebut berada pada batuan, seperti fluorapatite, chloroapatite dan hidroksiapatite yang biasanya sukar larut. Konsentrasi ion di dalam tanah tergantung pada pH tanah. Pada tanah masam, H 2 PO 4 akan lebih dominan dibandingkan dengan HPO 4 2- , sedangkan pada pH netral 6-7, kedua ion tersebut tersedia didalam tanah. Pada pH basa, HPO 4 2- lebih dominan dbandingkan dengan H 2 PO 4 Tan, 1994. Keberadaan fosfat anorganik dipengaruhi oleh keberadaan besi, alumunium dan kalsium, jumlah dan dekomposisi bahan organik serta aktivitas mikroba Brady and Weil, 2002. Fosfat organik terdiri atas phytin dan asam nukleat. Phytin dapat diserap langsung oleh tanaman, sedangkan asam nukleat harus dipecah dengan menggunakan enzim dipermukaan akar. Pada tanah masam, phytin menjadi tidak larut dan tidak tersedia untuk tanaman karena diikat oleh besi dan alumunium. Keberadaan asam nukleat rendah pada tanah masam yang banyak mengadung montmorilonit, karena dapat diikat oleh montmorilonit Brady and Weil, 2002. Jumlah fosfat dalam tanah sangat tinggi sekitar 0,1-1 ppm, tetapi sebagian besar berada dalam bentuk yang tidak dapat digunakan oleh tanaman karena terjadi pengikatan fiksasi oleh aluminium pada tanah masam atau oleh kalsium pada tanah alkalis Hardjowigeno, 1992. Adanya pengikatan-pengikatan fosfat tersebut menyebabkan pupuk fosfat yang diberikan tidak efisien, sehingga perlu diberikan dalam takaran yang tinggi. Pemberian pupuk fosfat ke dalam tanah, hanya 15-20 yang dapat diserap oleh tanaman. Hal ini menyebabkan defisiensi fosfat bagi pertumbuhan tanaman Ginting dkk., 2006. Pelarutan senyawa fosfat berlangsung secara kimia dan biologi. Pada mekanisme pelarutan fosfat secara kimia, mikroba mengeksresikan sejumlah asam organik dengan berat molekul rendah seperti oksalat, suksinat, tartat, laktat, sitrat, asetat, propionat dan formiat. Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH. Perubahan pH berperan penting dalam peningkatan kelarutan fosfat. Selanjutnya, asam-asam organik ini akan bereaksi dengan pengikat fosfat seperti alumunium dan kalsium membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan fosfat yang terikat dan dapat diserap oleh tanaman Ginting dkk., 2006. Urutan kemampuan asam organik dalam melarutkan fosfat adalah asam sitrat asam oksalat = asam tartrat = asam malat asam laktat = asam format = asam asetat Isroi, 2007. Sedangkan dalam FNCA Biofertilizer Project 2005, dijelaskan bahwa asam glikonik yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp., Erwinia herbicola, P. cepacia dan Burkholderia cepacia merupakan agen utama pelarutan fosfat. Asam organik lainnya adalah asam 2 ketoglukonik yang dihasilkan oleh Rhizobium leguminosarum, R. meliloti dan Bacillus firmus. Bakteri dari strain Bacillus, Pseudomonas dan Rhizobium merupakan strain yang paling unggul dalam melarutkan fosfat. Asam organik yang membentuk kompleks yang lebih mantap dengan kation logam akan lebih efektif dalam melepas Ca dan Al mineral tanah sehingga akan melepas fosfat yang lebih besar. Sedangkan kemudahan fosfat terlepas mengikuti urutan Ca 3 PO 4 2 AlPO 4 . Kecepatan pelarutan fosfat dari mineral fosfat oleh asam organik ditentukan oleh kecepatan difusi asam organik dari larutan tanah, waktu kontak antara asam organik dan permukaan mineral, tingkat dissosiasi asam organik, tipe dan letak gugus fungsi asam organik, afinitas kimia agen pengkhelat terhadap logam dan kadar asam organik dalam larutan tanah Ginting dkk., 2006. Pelarutan fosfat secara biologi terjadi karena mikroba tersebut menghasilkan enzim fosfatase. Fosfatase adalah enzim yang akan dihasilkan apabila ketersediaan fosfat rendah. Pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia Ginting dkk., 2006. Penggunaan mikroba pelarut fosfat dapat berupa kultur murni terdiri dari satu jenis mikroba maupun kultur campuran terdiri dari beberapa mikroba yang bekerja sama. Sebagai contoh kultur campuran adalah penggunaan Rhizobium, Bacillus megatherium dan fungi biokontrol Trichoderma spp. Kombinasi tersebut dapat meningkatkan perkecambahan, pengambilan nutrisi, berat tanaman, jumlah cabang, nodul, hasil polong dan biomassa total jika dibandingkan inokulasi dengan menggunakan salah satu dari mikroba tersebut atau tanpa inokulasi FNCA Biofertilizer Project, 2005.

2.6. Interaksi Mikroba Tanah dengan Akar Tanaman