2.7. Tanaman Kedelai
2.7.1. Sistematika dan Morfologi Tanaman Kedelai
Kedelai termasuk famili Leguminosae, subfamili Papilionoideae, genus Glycine dan nama spesiesnya adalah Glycine max L. Merr Liu, 1997. Kedelai
merupakan tanaman semak berumur satu tahun, memiliki tinggi 0,2-0,6 meter Steenis et al., 1992.
Benih kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit benih. Embrio terletak diantara keping benih. Warna kulit benih bermacam-macam, yaitu kuning,
hitam, hijau dan coklat. Bentuk benih kedelai umumnya bulat lonjong, bundar atau agak pipih. Besar benih bervariasi, tergantung varietas. Di Indonesia besar
benih bervariasi dari 6-30 gram Suprapto, 2001. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan
akar sekunder serabut yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu, kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil.
Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi Adisarwanto, 2005 dalam Sofia, 2007.
Batang kedelai biasanya berwarna hijau atau ungu. Pada saat tanaman kedelai masih sangat muda setelah fase perkecambahan, batang dibedakan
menjadi dua, yaitu bagian batang di bawah keping benih yang belum lepas disebut hipokotil sedangkan di bagian atas keping benih disebut epikotil. Daun kedelai
merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan. Bentuk daun oval atau segitiga
Andrianto dan Indarto, 2004.
Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu, mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga. Bunga kedelai berwarna putih atau ungu. Bunga tumbuh pada
ketiak daun, biasanya terdapat 3-15 kuntum bunga, tetapi hanya beberapa yang dapat membentuk polong. Penyerbukan kedelai termasuk penyerbukan sendiri
karena pembuahan terjadi sebelum bunga mekar. Semua varietas kedelai mempunya bulu yang berwarna coklat atau putih kehijauan pada batang, cabang,
daun dan polong Andrianto dan Indarto, 2004.
2.7.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai