BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Morfologi Isolat Bakteri Pelarut Fosfat dengan Pewarnaan Gram
Pengamatan morfologi isolat bakteri pelarut fosfat yang telah diberi pewarnaan Gram bertujuan untuk memastikan tidak terjadinya kontaminasi pada
kultur yang digunakan. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa semua isolat bakteri pelarut fosfat yang diamati PH3-1B, PH4-3B dan PH5-2B merupakan
bakteri Gram positif Gambar 1, 2 dan 3. Secara mikroskopis, semua isolat bakteri pelarut fosfat yang diuji menunjukkan berbentuk batang dan pada setiap
preparat sel-selnya tampak seragam. Menurut Pelczar dan Chan 1986, salah satu bakteri yang menunjukkan ciri berbentuk batang dan Gram positif adalah Bacillus
sp. Beberapa jenis Bacillus sp. memiliki kemampuan melarutkan fosfat seperti Bacillus megaterium
dan Bacillus subtilis Motsara et al, 1995. Meskipun semua berbentuk batang, ketiga isolat bakteri memiliki panjang yang berbeda. Rata-rata
ukuran panjang PH3-1B 1,68 m terlihat lebih besar dibandingkan kedua isolat lainnya, yaitu PH5-2B 1,08 m dan PH4-3B 0,36 m.
Dengan karakter bakteri yang menunjukkan Gram positif, maka bakteri tersebut tahan terhadap pengaruh faktor lingkungan yang ada di tanah masam.
Menurut Pelczar dan Chan 1986, bakteri Gram positif lebih resisten terhadap gangguan fisik dan perlakuan mekanis. Dinding sel bakteri Gram positif memiliki
peptidoglikan yang lebih tebal Pelczar dan Chan, 1986, sehingga dapat bertahan hidup pada tanah di daerah Paku Haji yang bersifat masam
Gambar 1. Isolat Bakteri PH3-1B Perbesaran 1000 x
Gambar 2. Isolat Bakteri PH5-2B Perbesaran 1000 x
Gambar 3. Isolat Bakteri PH4-3B Perbesaran 1000 x
4.2. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri Pelarut Fosfat
Pertumbuhan bakteri dapat diamati melalui peningkatan jumlah sel terhadap waktu. Menurut Pelczar dan Chan 1986, kurva pertumbuhan terdiri dari fase
adaptasi, logaritmik, stationer dan kematian mikroorganisme. Pada kurva pertumbuhan ketiga isolat bakteri pelarut fosfat yang diamati, semua fase dapat
diamati dengan jelas Gambar 4, 5 dan 6.
10 20
30
10 20
30 40
50
Waktu Jam lo
g j
u m
la h
s e
l m
l
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH3-1B Tabel 1. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH3-1B
Waktu jam ยต perjam
4-5 1,614
5-5,5 3,857
5,5-6,5 9,558
6,5-9,5 1,663
Pada Gambar 4, PH3-1B mulai menunjukkan peningkatan jumlah sel sejak jam ke-5. Fase logaritmik tercepat terjadi pada jam ke-5,5-6,5 Tabel 1 dengan
nilai =9,558 perjam. Penurunan jumlah sel yang signifikan mulai terjadi setelah
36 jam. Pertumbuhan isolat bakteri ini terlihat lebih cepat dibandingkan isolat lain yang digunakan, sehingga lebih cepat mencapai fase logaritmik.
10 20
30
10 20
30 40
50
Waktu Jam L
o g
j u
m la
h s
e l
m l
Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH5-2B Tabel 2. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH5-2B
Berdasarkan Gambar 5, PH5-2B mulai mengalami peningkatan jumlah sel sejak jam ke-7,5 dan mencapai puncak fase logaritmik pada jam ke-8,5 jam
dengan nilai = 4,206 perjam Tabel 2. Penurunan jumlah sel yang signifikan mulai terjadi setelah 19,5 jam. Hal ini dapat saja disebabkan oleh nutrisi yang
semakin berkurang atau terakumulasinya limbah metabolisme Sugiri, 1992. Waktu jam
perjam 6,5-7,5
1,836 7,5-8,5
4,206 8,5-9,5
1,372
10 20
30
10 20
30 40
Waktu Jam L
o g
j u
m la
h s
e l
m l
Gambar 6. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH4-3B Tabel 3. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH4-3B
Waktu jam perjam
6-6,5 1,696
6,5-8,15 1,166
8,15-18,25 0,835
18,25-21,25 2,388
21,25-23,25 4,43
23,25-24,55 6,04
24,55-25,55 11,703
25,55-26,25 0,498
Berdasarkan Gambar 6, PH4-3B menunjukkan pertumbuhan yang lambat. Isolat bakteri ini menunjukkan peningkatan pertumbuhan sejak jam ke-10 dan
mencapai fase logaritmik tercepat pada jam ke-24,55-25,55 dengan nilai = 11,703 perjam Tabel 3. Penurunan jumlah sel terjadi setelah jam ke-28.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri pelarut fosfat yang digunakan membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk mencapai fase
logaritmik. Untuk kepentingan pengujian digunakan isolat bakteri pada fase logaritmik. Hal ini disebabkan pada fase ini pertumbuhan bakteri berlangsung
paling cepat. Pada fase logaritmik kebutuhan nutrien cukup dan limbah sel yang dikeluarkan ke lingkungan tidak mengganggu pembelahan sel, sehingga
pertumbuhan jumlah selnya paling cepat Sugiri, 1992. Karena kondisi setiap isolat bakteri dibuat sama, maka perbedaan waktu untuk mencapai fase logaritmik
dipengaruhi oleh sifat masing-masing isolat yang digunakan. Perbedaan waktu untuk mencapai jumlah sel tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
sumber energi, sumber karbon, pH, suhu, lingkungan, O
2
dan masa inkubasi atau sifat mikroorganisme tersebut Pelczar dan Chan,1986.
4.3. Inokulum Isolat Fungi Pelarut Fosfat