kali pada tanah yang tidak dipupuk fosfat dan 8 kali lipat pada tanah yang dipupuk dengan trikalsium fosfat Robert dan Barthelin, 1986 dalam Goenadi 2006.
4.5. Pertumbuhan Tanaman Kedelai dengan Inokulasi Fungi Pelarut fosfat Pada Benih
Perkecambahan Beberapa benih kedelai dengan inokulasi fungi pelarut fosfat mulai
berkecambah pada hari ke-3. Namun sebagian besar yang lain mulai berkecambah pada hari ke-5. Hal ini menyerupai yang terjadi pada bakteri Halaman 33, yang
berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh inokulasi bakteri pelarut fosfat atau fungi pelarut fosfat terhadap kecepatan pertumbuhan.
Tinggi Tanaman
Pengaruh inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih terhadap rata-rata tinggi tanaman berbeda dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 11. Rata-rata tinggi tanaman kedelai varietas Wilis dengan inokulasi fungi pelarut fosfat lebih rendah dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2.
Berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.5b, rata-rata tinggi tanaman pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,004. Nilai ini memperlihatkan
bahwa rata-rata tinggi tanaman kedelai pada kontrol dan perlakuan inokulasi
fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F memiliki perbedaan yang nyata.
10 20
30 40
50
1 2
3 4
5
Umur Minggu T
in g
g i
T a
n a
m a
n C
m
Kontrol 2 PH1-4F
Kontrol 1 PH1-3F
PH5-5F
Gambar 11. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai cm Varietas Wilis dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih
Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7.5c menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman dengan inokulasi PH1-3F dan PH5-5F tidak berbeda dengan
kontrol 2 tetapi sedikit berbeda dengan kontrol 1. Perlakuan inokulasi PH1-4F memiliki tinggi tanaman yang sedikit berbeda dengan kontrol 2 tetapi berbeda
sangat nyata dengan kontrol 1. Nilai tinggi tanaman oleh semua perlakuan tersebut selalu lebih kecil dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2. Hal ini
menunjukkan bahwa inokulasi fungi pelarut fosfat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman atau tidak kompatibel terhadap kedelai varietas Wilis.
Jumlah dan Lebar Daun
Rata-rata jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat mulai meningkat pada minggu ke-2 dan ke-3 Gambar 12. Pada akhir
pengamatan minggu ke-5, jumlah daun mulai mengalami penurunan pada setiap perlakuan. Hal ini dapat saja disebabkan perubahan fase vegetatif menjadi fase
generatif. Menurut Hanafiah 2005, pada saat pertumbuhan dan perkembangan organ generatif, maka pertumbuhan dan perkembangan organ vegetatif akan
berkurang. Rata-rata jumlah daun pada minggu pertama minggu pertama berkisar 0-1,33 helai, minggu kedua 2-3 helai, minggu ketiga 4-4,67 helai, minggu
keempat 2,67-5 helai, dan pada minggu kelima antara 2-5,67 helai.
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5
Umur Minggu J
u m
la h
D a
u n
H e
la i
PH5-5F Kontrol 1
Kontrol 2 PH1-3F
PH1-4F
Gambar 12. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai Helai Varietas Wilis dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih
Pengamatan rata-rata jumlah daun menunjukkan hasil yang bervariasi pada setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.6b, rata-rata jumlah
daun pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,002. Nilai ini menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis pada kontrol dan perlakuan
inokulasi fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F memiliki perbedaan yang nyata. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7.6c menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi PH1-3F tidak berbeda dengan kontrol 1 tetapi berbeda sangat nyata dengan kontrol 2. Perlakuan PH5-5F
memiliki jumlah daun yang sedikit berbeda dengan kontrol 1 dan berbeda sangat nyata dengan kontrol 2. Inokulasi PH1-4F memperlihatkan jumlah daun yang
berbeda sangat nyata dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2. Jumlah daun paling
banyak adalah kontrol 2, yaitu 5,67 helai sedangkan yang paling rendah PH1-4F, yaitu 2 helai. Hal ini menunjukkan bahwa inokulasi fungi PH1-4F dapat
menghambat pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
1 2
3 4
5 6
Umur Minggu L
e b
a r
D a
u n
C m
Kontrol 1 Kontrol 2
PH1-3F PH1-4F
PH5-5F
Gambar 13. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Kedelai cm Varietas Wilis dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih
Sama halnya dengan jumlah daun, berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.7b, rata-rata lebar daun pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,012.
Nilai ini menunjukkan bahwa lebar daun tanaman kedelai pada kontrol dan perlakuan inokulasi fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F memperlihatkan
perbedaan yang nyata. Rata-rata lebar daun pada minggu pertama berkisar antara 0-1,33 cm, minggu kedua 2-3,33 cm, minggu ketiga 2,43-3,47 cm, minggu
keempat 3-3,5 cm, dan pada akhir pengamatan berkisar antara 3-3,73 cm. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7.7c memperlihatkan bahwa lebar
daun pada tanaman dengan inokulasi PH1-3F tidak berbeda dengan kontrol 2 tetapi berbeda sangat nyata dengan kontrol 1. Perlakuan PH5-5F memiliki lebar
daun sedikit berbeda dengan kontrol 1 dan kontrol 2. Inokulasi PH1-4F
memperlihatkan lebar daun yang sedikit berbeda dengan kontrol 2 tetapi berbeda sangat nyata dengat kontrol 1. Lebar daun yang paling tinggi adalah kontrol 1,
yaitu 3,73 cm, sedangkan nilai yang paling rendah adalah PH1-4F, yaitu 3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa inokulasi fungi pelarut fosfat menghambat pertumbuhan
lebar daun tanaman kedelai varietas Wilis. Tanaman yang telah memasuki fase generatif mulai membentuk bunga.
Perlakuan fungi PH5-3F, kontrol 1 dan 2 berbunga lebih awal, yaitu setelah 31 hari, sedangkan perlakuan lain sebagian besar berbunga pada hari ke-33. Bunga
kedelai berwarna ungu dan berbentuk kupu-kupu. Hal ini sesuai dengan surat Keputusan Menteri Pertanian No.318KptsTp.2404 tahun 1985 tentang
Karakteristik Kedelai Varietas Wilis. Setelah berbunga, tanaman kedelai mulai membentuk polong pada hari ke-39 kemudian dilakukan pemanenan.
Inokulasi fungi pelarut fosfat yang diuji tidak menunjukkan hasil yang efektif pada setiap parameter. Hal ini dapat saja disebabkan umur pengamatan
yang singkat 5 minggu sehingga fungi yang diaplikasikan ke tanaman kedelai varietas Wilis belum memberi respon untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Santoso dan Haryantini 2000, pemberian inokulum spora pada tanaman cabai dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas
daun dan berat kering tajuk. Namun membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan respon inokulasi. Hal ini disebabkan spora memerlukan waktu untuk
perkecambahan dan pada beberapa spesies memiliki sifat dorman.
Berat Kering
Berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.8b, berat kering tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih memiliki nilai signifikansi 0,016
sehingga menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7.8c menunjukkan bahwa berat kering tanaman dengan inokulasi PH1-3F tidak
berbeda dengan kontrol 2 tetapi sedikit berbeda dengan kontrol 1. Perlakuan PH1- 4F dan PH5-5F memiliki berat kering yang sedikit berbeda kontrol 1 tetapi
berbeda sangat nyata dengan kontrol 2. Berat kering tanaman tertinggi adalah kontrol 2, yaitu 2,27 gram.
0.5 1
1.5 2
2.5
Kontrol 1 Kontrol 2 PH1-3F
PH1-4F PH5-5F
Perlakuan B
e ra
t K
e ri
n g
G ra
m
Gambar 14. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis Dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat
Inokulasi fungi pelarut fosfat memperlihatkan nilai yang rendah dibandingkan kontrol pada setiap parameter. Dengan berkurangnya tinggi
tanaman, daun yang terbentuk menjadi lebih sedikit, sehingga pembentukan karbohidrat hasil asimilasi tanaman juga menurun, yang akan menyebabkan
penurunan berat kering tanaman. Menurut Gardner 1991 dalam Krishnawati
2003. Berat kering tanaman merupakan penimbunan hasil asimilasi CO
2
sepanjang masa pertumbuhan.
4.6. Pertumbuhan Tanaman Kedelai Setelah Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Akar