paling cepat. Pada fase logaritmik kebutuhan nutrien cukup dan limbah sel yang dikeluarkan ke lingkungan tidak mengganggu pembelahan sel, sehingga
pertumbuhan jumlah selnya paling cepat Sugiri, 1992. Karena kondisi setiap isolat bakteri dibuat sama, maka perbedaan waktu untuk mencapai fase logaritmik
dipengaruhi oleh sifat masing-masing isolat yang digunakan. Perbedaan waktu untuk mencapai jumlah sel tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
sumber energi, sumber karbon, pH, suhu, lingkungan, O
2
dan masa inkubasi atau sifat mikroorganisme tersebut Pelczar dan Chan,1986.
4.3. Inokulum Isolat Fungi Pelarut Fosfat
Inokulum fungi dapat diberikan ke tanaman dalam bentuk spora atau miselia Isroi, 2007. Dalam penelitian ini, inokulum fungi yang digunakan untuk
diinokulasikan ke tanaman kedelai varietas Wilis adalah dalam bentuk spora sebanyak 5x10
9
sporaml. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 x, spora fungi yang digunakan berbentuk bulat dan berwarna
hijau. Keuntungan penggunaan inokulum spora adalah tahan terhadap pengaruh
fisik dan kimia karena ketebalan dindingnya Widiastuti, 2005. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Sekardini 2005, pemberian inokulan 5 spora
Aspergillus niger dan pupuk kimia super fosfat 0,5 konsentrasi, optimum untuk
meningkatkan jumlah fosfat pada tanaman albasia.
4.4. Pertumbuhan Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat pada Benih
Perkecambahan Pertumbuhan tanaman kedelai varietas Wilis yang telah diinokulasi bakteri
pelarut fosfat pada benih diamati mulai dari munculnya kecambah ke permukaan media tanam sampai muncul bunga atau tanaman berumur 5 minggu. Beberapa
benih kedelai varietas Wilis dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat mulai berkecambah pada hari ke-3. Namun sebagian besar yang lain mulai berkecambah
pada hari ke-5. Bakteri yang diinokulasikan berpengaruh terhadap perkecambahan benih, di
mana benih yang diinokulasi dengan bakteri PH3-1B tidak ada yang berkecambah karena terjadi pembusukan benih, sedangkan benih yang diinokulasi PH4-3B dan
PH5-2B semuanya berkecambah dan tumbuh dengan baik. Demikian juga dengan kontrol 1 dan 2 yang tidak diinokulasi bakteri dapat berkecambah dan tumbuh.
Tidak berkecambahnya benih yang diinokulasi bakteri PH3-1B disebabkan bakteri tersebut menghambat perkecambahan atau bahkan dapat dikatakan patogen pada
tanaman kedelai. Seperti yang diungkapkan oleh Supriadi 2006, selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, bakteri pelarut fosfat ada yang berpotensi
menyebabkan patogen pada tanaman seperti Bacillus polymyxa.
Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.1b, tinggi tanaman pada minggu ke-5 memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,95. Nilai ini menunjukkan rata-
rata tinggi tanaman kedelai varietas Wilis pada kontrol dan perlakuan inokulasi
bakteri PH4-3B dan PH5-2B tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada potensi penghambatan pertumbuhan tanaman
kedelai varietas Wilis oleh isolat bakteri PH4-3B dan PH5-2B.
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
1 2
3 4
5 6
Um ur Minggu T
in g
g i T
a n
a m
a n
C m
Kontrol 1 Kontrol 2
PH3-1B PH4-3B
PH5-2B
Gambar 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai cm Varietas Wilis dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih
Pengaruh inokulasi bakteri pelarut fosfat terhadap rata-rata tinggi tanaman kedelai varietas Wilis tidak menunjukkan perbedaan Gambar 7. Pada minggu
pertama tinggi tanaman berkisar antara 7,2 cm-11,1 cm, minggu ke-2 antara 15,7 cm-19,27 cm, sedangkan pada minggu ke-3 antara 26 cm-31 cm. Pada minggu ke-
4 tinggi tanaman antara 30 cm-35,23 cm dan minggu ke-5 antara 40,37 cm-43,67 cm. Pada akhir pengamatan, tinggi tanaman dengan inokulasi PH4-3B terlihat
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol 1 dan 2.
Jumlah dan Lebar Daun
Jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis yang dihitung dalam penelitian ini adalah daun yang masih tumbuh. Rata-rata jumlah daun pada setiap
perlakuan meningkat pada minggu ke-2 dan ke-3 Gambar 8. Hal ini disebabkan tanaman kedelai varietas Wilis pada minggu ke-2 dan ke-3 masih dalam fase
vegetatif, sehingga jumlah daun akan selalu bertambah. Lama fase vegetatif dipengaruhi oleh genotip, waktu tanam, lokasi geografik dan kondisi lingkungan
Liu, 1997. Rata-rata jumlah daun pada minggu pertama berkisar antara 1,33-2 helai, minggu kedua antara 2,67-3 helai, minggu ketiga 4,33-4,67 helai, minggu
keempat 3,33-5 helai dan pada minggu kelima 3,67-4,67 helai. Pada awal minggu ke-5 mulai terbentuk bunga, sehingga jumlah daun pada umumnya berkurang
karena berguguran. Hal ini disebabkan oleh perubahan fase vegetatif menjadi generatif Hanafiah, 2005.
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
Umur Minggu J
u m
la h
D a
u n
H e
la i
Kontrol 1 Kontrol 2
PH3-1B PH4-3B
PH5-2B
Gambar 8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai Helai Varietas Wilis dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih
Pengamatan rata-rata jumlah daun pada semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan. Berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.2b, parameter
rata-rata jumlah daun pada akhir pengamatan minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,133. Nilai ini menunjukkan rata-rata jumlah daun tanaman kedelai
varietas Wilis pada kontrol dan perlakuan inokulasi bakteri PH4-3B dan PH5-2B tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hal ini berarti isolat bakteri PH4-3B
dan PH5-2B yang diinokulasikan pada benih tidak menghambat pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis.
1 2
3 4
1 2
3 4
5 6
Umur Minggu L
e b
a r
D a
u n
C m
Kontrol 1 Kontrol 2
PH3-1B PH4-3B
PH5-2B
Gambar 9. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Kedelai cm Varietas Wilis dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih
Sama halnya dengan jumlah daun, berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.3b, rata-rata lebar daun pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,674. Hal
ini memperlihatkan bahwa rata-rata lebar daun tanaman kedelai varietas Wilis pada kontrol dan perlakuan inokulasi bakteri PH4-3B dan PH5-2B tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini berarti inokulasi bakteri PH4-3B dan PH5-2B pada benih tidak menghambat lebar daun tanaman kedelai varietas Wilis.
Rata-rata lebar daun pada minggu pertama berkisar antara 1,1-1,8 cm, minggu kedua 1,1-1,8 cm, minggu ketiga 3,13-3,47 cm, minggu keempat 3,23-3,6 cm, dan
pada akhir pengamatan antara 3,43-3,77 cm.
Berat Kering
Berat kering yang dihasilkan oleh tanaman kedelai pada akhir pengamatan bervariasi pada setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Anova Lampiran 7.4b,
berat kering tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata dengan nilai signifikansi 0,034. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7.4c menunjukkan berat
kering tanaman kedelai varietas Wilis dengan inokulasi PH4-3B tidak berbeda dengan kontrol 2 tetapi berbeda sangat nyata dengan kontrol 1. Berat kering
tanaman yang diinokulasi PH5-2B sedikit berbeda dengan kontrol 1 dan kontrol 2. Berat kering tertinggi adalah perlakuan PH4-3B, yaitu 2,85 gram dan terendah
adalah kontrol 1, yaitu 0,98 gram Gambar 10.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
Kontrol 1 Kontrol 2
PH4-3B PH5-2B
Pe rlakuan B
e ra
t K
e ri
n g
G ra
m
Gambar 10. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat
Tanaman yang diinokulasi bakteri PH4-3B dapat meningkatkan berat kering tanaman kedelai varietas Wilis. Hal ini didukung dengan tingginya nilai
parameter tinggi dan jumlah daun tanaman. Setelah pencabutan, tanaman yang diinokulasi dengan bakteri PH4-3B memiliki perakaran yang lebih bagus
dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini disebabkan fungsi fosfat yang berperan untuk perkembangan akar Brady and Weil, 2002. Pelarutan fosfat yang
tinggi menyebabkan proses metabolisme dan fotosintesis berjalan dengan baik dan hasil dari proses tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhannya Mujib dkk.,
2000. Sesuai dengan hasil uji Anova pada setiap karakter yang diamati tinggi,
jumlah dan lebar daun, tanaman kedelai varietas Wilis yang diinokulasi PH4-3B dan PH5-2B tidak berbeda nyata jika dibandingkan tanaman kontrol. Tetapi secara
deskripsi, perlakuan inokulasi PH4-3B hampir pada semua parameter memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan inokulasi
PH5-2B memiliki nilai tertinggi pada parameter lebar daun. Bakteri PH4-3B dan PH5-2B dapat dikatakan kompatibel atau berhasil
melakukan pelarutan fosfat bagi tanaman kedelai varietas Wilis karena dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Bakteri PH3-1B tidak kompatibel
dengan tanaman kedelai varietas Wilis sehingga menyebabkan tidak terjadinya perkecambahan pada benih yang diinokulasi bakteri tersebut. Kebutuhan fosfat
yang cukup pada tanaman berperan dalam pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan benih, perkembangan akar dan peningkatan hasil panen Brady and
Weil, 2002. Pada penelitian terdahulu oleh Yousry et al 1977, pemberian Bacillus megatherium dapat meningkatkan berat kering kapri sebesar 10,9.
Pemberian Bacillus sp. pada tanaman pinus dapat meningkatkan serapan fosfat 1,5
kali pada tanah yang tidak dipupuk fosfat dan 8 kali lipat pada tanah yang dipupuk dengan trikalsium fosfat Robert dan Barthelin, 1986 dalam Goenadi 2006.
4.5. Pertumbuhan Tanaman Kedelai dengan Inokulasi Fungi Pelarut fosfat Pada Benih