Analisis Kualitas Fisik, Biologi, dan Kimia Pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merk yang Dijual di Kota Medan Tahun 2012

(1)

ANALISIS KUALITAS FISIK, BIOLOGI, DAN KIMIA PADA AIR

MINUM DALAM KEMASAN BERBAGAI MERK YANG

DIJUAL DI KOTA MEDAN TAHUN 2012

S K R I P S I

Oleh:

NIM 061000140

WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS KUALITAS FISIK, BIOLOGI, DAN KIMIA PADA AIR

MINUM DALAM KEMASAN BERBAGAI MERK YANG

DIJUAL DI KOTA MEDAN TAHUN 2012

S K R I P S I

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM 061000140

WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS KUALITAS FISIK, BIOLOGI, DAN KIMIA PADA AIR MINUM DALAM KEMASAN BERBAGAI MERK YANG

DIJUAL DI KOTA MEDAN TAHUN 2012 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM 061000140

WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 April 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

NIP. 195804041987032002 dr. Surya Dharma, MPH

Penguji II

NIP. 196501091994032002 Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina,

MS

Penguji I

NIP. 197002191998022001 dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes

Penguji III

NIP. 196803201993032001 Ir. Evi Naria, M.Kes

Medan, April 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

NIP. 196108311989031001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Sesuai dengan ditemukannya beberapa produk air minum dalam kemasan gelas yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka perlu untuk melakukan pemeriksaan kualitas fisik, biologi dan kimia pada air minum dalam kemasan gelas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas fisik, kimiawi, dan biologis (total coliform), serta observasi keadaan kemasan dari air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan.

Berdasarkan hasil penelitian pelabelan pada kemasan air minum dalam kemasan gelas menunjukkan tidak semua sampel memenuhi syarat pelabelan, hanya 1 dari 9 yang memenuhi seluruh syarat yang tercantum (11%). Kualitas fisik air minum dalam kemasan gelas yang memenuhi syarat bau, rasa, warna, TDS, dan suhu (100%). Kualitas biologi air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat total coliform (100%). Kualitas kimia air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia (100%).

Pemerintah Kota Medan perlu meningkatkan pengawasan terhadap produksi dan distribusi air minum dalam kemasan gelas di Kota Medan agar kualitasnya tetap terjaga memenuhi syarat yang ditentukan. Produsen diharuskan agar melengkapi pelabelan yang masih belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang memilih produk yang memenuhi syarat kesehatan dengan meningkatkan sosialisasi akan pelabelan kemasan agar masyarakat dapat lebih teliti memilih air minum dalam kemasan yang memenuhi syarat kesehatan.

Kata kunci : Air Minum Dalam Kemasan Gelas, Kualitas air, Fisik, Biologi, Kimia


(5)

ABSTRACT

Water is a basic requirement for life. Water which is used by the public for daily use is still not meet the health requirements. Based on the invention of some products of drinking water in the cup packaging that does not met the health requirements,so it is necessary to check the quality of physical, biological and chemical in drinking water in the cup packaging.

The purpose of this research is to determine the quality of drinking water in the cup packaging of some brands that are sold in Medan year 2012.

This research is a descriptive survey, which is to get an idea of the quality of physical, chemical, and biological (total coliform), and observation of the conditions of the packaging cups of drinking water brands sold in Medan year 2011.

Based on the results of the reasearch of the labeling, drinking water in the cup packaging indicates that not all labeled are elligble. Only 1 out of 9 of the label meet all the requirements listed (11%). The physical quality of drinking water in the cup packaging fulfilled the requirements of smell, taste, color, TDS, and temperature (100%). The biological quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements to total coliform (100%). Chemical quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements of Arsenic, Fluoride, Total Chromium, Cadmium, Nitrite, Nitrate, cyanide, selenium, Aluminium, Iron, Hardness, Chloride, Manganese, pH, Zinc, Sulfate, Copper, and Ammonia (100% ).

Government of Medan need to improve the oversight of the production and distribution of packaging water in Medan, in order to maintain their quality. The Producents must to complete the labeling that still not meet the specified requirements. And they also need to increase public knowledge in choosing products that meet the requirements of health by improving the socialisations of labeling on the water packaging, so public can be more careful in choosing the packaging water.

Keywords: Drinking Water in Glass Packaging, Water Quality, Physical, Biological, Chemical


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR

Tempat/Tanggal Lahir : Dili / 28 Juni 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Pelita VI Gg. Keluarga no. 46, Medan Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-1997 : SD Negeri 10 Dili

2. Tahun 1997-2000 : SD Negeri 060856 Medan 3. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 12 Medan 4. Tahun 2003-2006 : SMU Negeri 3 Medan

5. Tahun 2006-2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Kualitas Fisik, Biologi, dan Kimia Pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merk yang Dijual di Kota Medan Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda Ependi Siregar dan ibunda Normin br. Karo, S.Sos yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang, dan tak henti mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amiin.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan dan penguji III beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.


(8)

3. dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKM USU, terima kasih untuk pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis.

8. Teristimewa kepada orangtua tercinta Ayahanda Ependi Siregar dan Ibunda Normin br. Karo, S.Sos, serta adik-adikku tersayang Rahma Sari Siregar dan Zainuddin Siregar yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan dan doa selama ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku, Dessy Puji Astuti, Dian Maya Sari, Khandila Sari, Thessianne Prahara Dipta, dan Fadilah Aini, dan Berkat Putra, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan dan semangat yang kalian berikan selama ini. 10.Teman seperjuangan di FKM Hengky, Andre, Iqbal, Conel, Ajem, Fitra,


(9)

kepada penulis. Serta semua teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan, PBL dan LKP yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

11.Senior dan junior yang selalu mendukung dan membantu Bang Budi, Bang Dani, Kak Kiki, Vonny, Vitry, Rudy,dan Fiesta terima kasih untuk semuanya. Dan juga terima kasih atas semua bantuan dan dukungan teman baikku Takim, Bima, Fauzi, dan Wikky.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Air ... 7

2.2. Macam Dan Sumber Air Baku ... 8

2.2.1.Air Hujan ... 8

2.2.2. Air Permukaan ... 9

2.2.3. Air Tanah ... 10

2.3. Hubungan Air Terhadap Kesehatan ... 11

2.4. Kualitas Air ... 19

2.4.1. Standard Kualitas Air ... 19

2.4.2. Syarat Kualitas Air ... 20

2.5. Air Minum Dalam Kemasan ... 25

2.5.1. Sertifikasi SNI ... 26

2.5.2. Sertifikasi Badan POM ... 28

2.6. Cara Pemeriksaan Kualitas Air ... 29

2.7. Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Objek Penelitian ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1. Data Primer ... 34

3.4.2. Data Sekunder ... 34


(11)

3.6. Aspek Pengukuran ... 35

3.7. Pengolahan Dan Analisa Data ... 35

3.7.1. Pengolahan Data ... 35

3.7.2. Analisa Data ... 36

3.8. Pemeriksaan Air ... 36

3.8.1. Pemeriksaan di Lapangan ... 36

3.8.2. Pemeriksaan di Laboratorium ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Hasil Observasi Terhadap Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas ... 44

4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 45

4.2.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 45

4.2.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Biologi Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 46

4.2.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Kimia Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 47

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1. Observasi Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 50

5.2. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 54

5.2.1. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 54

5.2.2. Pemeriksaan Kualitas Biologi Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 55

5.2.3. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM

Lampiran 2 Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik, Biologis,dan Kimia Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012


(12)

Lampiran 4 Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Observasi Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas

Di Medan Tahun 2012 ... 44 Tabel 4.2 Hasil Observasi Berdasarkan Pelabelan Kemasan Air Minum

Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 45 Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Minum Dalam

Kemasan Gelas di Medan Tahun 2012 ... 46 Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kualitas Biologi Air Minum Dalam

Kemasan Gelas di Medan Tahun 2012 ... 47 Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Air Minum Dalam


(14)

ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Sesuai dengan ditemukannya beberapa produk air minum dalam kemasan gelas yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka perlu untuk melakukan pemeriksaan kualitas fisik, biologi dan kimia pada air minum dalam kemasan gelas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas fisik, kimiawi, dan biologis (total coliform), serta observasi keadaan kemasan dari air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan.

Berdasarkan hasil penelitian pelabelan pada kemasan air minum dalam kemasan gelas menunjukkan tidak semua sampel memenuhi syarat pelabelan, hanya 1 dari 9 yang memenuhi seluruh syarat yang tercantum (11%). Kualitas fisik air minum dalam kemasan gelas yang memenuhi syarat bau, rasa, warna, TDS, dan suhu (100%). Kualitas biologi air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat total coliform (100%). Kualitas kimia air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia (100%).

Pemerintah Kota Medan perlu meningkatkan pengawasan terhadap produksi dan distribusi air minum dalam kemasan gelas di Kota Medan agar kualitasnya tetap terjaga memenuhi syarat yang ditentukan. Produsen diharuskan agar melengkapi pelabelan yang masih belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang memilih produk yang memenuhi syarat kesehatan dengan meningkatkan sosialisasi akan pelabelan kemasan agar masyarakat dapat lebih teliti memilih air minum dalam kemasan yang memenuhi syarat kesehatan.

Kata kunci : Air Minum Dalam Kemasan Gelas, Kualitas air, Fisik, Biologi, Kimia


(15)

ABSTRACT

Water is a basic requirement for life. Water which is used by the public for daily use is still not meet the health requirements. Based on the invention of some products of drinking water in the cup packaging that does not met the health requirements,so it is necessary to check the quality of physical, biological and chemical in drinking water in the cup packaging.

The purpose of this research is to determine the quality of drinking water in the cup packaging of some brands that are sold in Medan year 2012.

This research is a descriptive survey, which is to get an idea of the quality of physical, chemical, and biological (total coliform), and observation of the conditions of the packaging cups of drinking water brands sold in Medan year 2011.

Based on the results of the reasearch of the labeling, drinking water in the cup packaging indicates that not all labeled are elligble. Only 1 out of 9 of the label meet all the requirements listed (11%). The physical quality of drinking water in the cup packaging fulfilled the requirements of smell, taste, color, TDS, and temperature (100%). The biological quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements to total coliform (100%). Chemical quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements of Arsenic, Fluoride, Total Chromium, Cadmium, Nitrite, Nitrate, cyanide, selenium, Aluminium, Iron, Hardness, Chloride, Manganese, pH, Zinc, Sulfate, Copper, and Ammonia (100% ).

Government of Medan need to improve the oversight of the production and distribution of packaging water in Medan, in order to maintain their quality. The Producents must to complete the labeling that still not meet the specified requirements. And they also need to increase public knowledge in choosing products that meet the requirements of health by improving the socialisations of labeling on the water packaging, so public can be more careful in choosing the packaging water.

Keywords: Drinking Water in Glass Packaging, Water Quality, Physical, Biological, Chemical


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai kebutuhan dasar dalam kehidupan, air selalu diperlukan manusia untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Oleh sebab itu, air merupakan benda yang harus selalu ada bagi manusia. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2006) Setiap negara di dunia memiliki kebutuhan air minum yang berbeda-beda. Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum daripada di negara berkembang. Di negara maju, semua keperluan air dipenuhi dengan air yang sesuai dengan standard air minum sedangkan di negara berkembang air minum khusus hanya digunakan untuk makan dan minum saja karena untuk keperluan mencuci dan keperluan lainnya cukup dipenuhi oleh air bersih. Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah 500 liter/orang/hari sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/orang/hari.

Menurut Juli Soemirat Slamet (2009) dalam buku Kesehatan Lingkungan, air di bumi mengalami proses daur ulang atau biasa disebut siklus hidrologi. Hal ini telah


(17)

memberi peluang bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air dibumi yaitu : air hujan, air tanah dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber tersebut digunakan untuk minum, mandi dan mencuci sehari-harinya baik di desa maupun di perkotaan. Air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan, hal ini dapat dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaannya mudah didapat dan lebih memenuhi syarat.

Menurut A. Azwar (1996) dalam buku Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat khususnya untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan/ditularkan melalui air. Disamping itu, air juga dapat menjadi sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air adalah salah satu media dari berbagai penularan penyakit.

Untuk itu dilakukanlah upaya kesehatan yang termasuk di dalamnya upaya penyehatan air. Sesuai dengan penjelasan dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia (Depkes RI, 1992).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum disebutkan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Depkes RI, 2010). Oleh karena itu, air yang dipergunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari


(18)

tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan, maka pengelolaan sumber daya air sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas fisika, kimia dan biologi (Effendi, 2003)

Penyakit diare kita ketahui penyebabnya dapat bersumber atau ditularkan melalui air yang tidak baik. Oleh karena itu, disamping segi kuantitas juga segi kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat penting untuk mendapat pengawasan dan dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan apabila terjadi penyimpangan agar masyarakat terlindungi (Depkes RI, 2006).

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di kota-kota besar, yang dulu melayani masyarakat dengan air bersih, sepertinya kualitasnya semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat khususnya di perkotaan lebih memilih membeli air layak konsumsi untuk minum dari pada memasak air sumur atau air dari PDAM (Amrih, 2005).

Di sisi lain, sekarang banyak dijual bermacam-macam jenis air minum. Telah banyak merk air minum dalam kemasan beredar di pasar Indonesia. Belum lagi sekarang bermunculan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang di dalamnya terdapat kandungan oksigen. Banyak juga bermunculan depot-depot isi ulang dengan harga lebih murah per volume airnya (Amrih, 2005).

Tingkat ketergantungan masyarakat pada AMDK semakin tinggi karena minuman ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Konsumsi AMDK di


(19)

seluruh Indonesia mencapai 12 miliar liter per tahun. Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, kini ada lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain Aqua, Vit, Ades, Monair, Aguaria, Prim-a.

Sesuai dengan ditemukannya produk air minum dalam kemasan gelas merk Aqua yang di dalam kemasan terdapat lumut dan jamur maka Balai Besar POM Makassar merekomendasikan penarikan khusus produk Aqua dengan tanggal kadaluarsa April 2009 di pasaran (Sinar Indonesia, 2007). Kasus lain juga ditemukan pada hasil pengujian terhadap 21 merek air minum dalam kemasan gelas yang beredar di pasaran, 11 merek di antaranya terbukti bermasalah. Dari 11 produk tersebut, sembilan produk mengandung koloni bakteri mendekati ambang batas yang telah ditentukan, yaitu 100.000 mikro bakteri per mililiter. Sementara dua produk lainnya memiliki bakteri di atas ambang batas (Kompas, 2010).

Ada beberapa penyakit tidak menular yang disebarkan lewat air, antara lain keracunan cadmium (Cd), akumulasi Fe berlebih dalam tubuh, dan berbagai keracunan fisis lainnya karena zat-zat kimia yang terdapat dalam air (Slamet, 2009). Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn (mangan), tekanan darah tinggi oleh kadmium (Cd), kerusakan ginjal pada besi.

Kebiasaan masyarakat Indonesia yang beralih dari mengolah air sendiri menjadi mengkonsumsi AMDK yang dipandang lebih praktis dan sehat membuat konsumsi AMDK meningkat. Banyaknya produk air minum dalam kemasan gelas


(20)

yang beredar di pasaran dengan harga yang jauh berbeda antara satu sama lain membuat kualitas setiap merk berbeda.

Berdasarkan data di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui kualitas fisik, biologis, dan kimia pada air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap air minum dalam kemasan gelas dan ditemukannya air minum kemasan gelas yang tidak memenuhi syarat maka perlu diketahui bagaimana gambaran tentang kualitas fisik, biologis, dan kimia pada air minum dalam kemasan berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kualitas air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pelabelan kemasan pada air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.

b. Untuk mengetahui kualitas fisik (bau, rasa, warna, TDS, dan suhu) air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012. c. Untuk mengetahui kualitas biologis (total coliform) air minum dalam


(21)

d. Untuk mengetahui kualitas kimiawi (Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia) air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dalam memilih air minum dalam kemasan gelas yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam menganalisa masalah kualitas air minum yang memenuni syarat kesehatan.

3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air adalah satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2

Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H

O : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008).

+ ) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH

-Menurut Kusnoputranto (2000) dalam buku Kesehatan Lingkungan, yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan.


(23)

2.2. Macam dan Sumber Air Baku

Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :

2.2.1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2, CO2, N2

Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

, juga zat-zat renik dan debu.

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran. Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang dekat dengan


(24)

tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya akan dibuang ke dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain.

Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan bakar air bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut, lautan dan sebagainya (Kusnoputanto, 1986).

2.2.3. Air Tanah

Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus hidrologi. Pada proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut ada yang mengalir masuk ke permukaan (mengalami runoff) dan ada juga yang meresap ke dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air tanah baik yang dangkal maupun yang dalam (Slamet, 2009).

Air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah.


(25)

Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno, 1996): a. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim. b. Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim

c. Mata Air

Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai.

Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :

a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.


(26)

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.

2.3. Hubungan Air Terhadap Kesehatan

Ada beberapa penyakit tidak menular yang disebarkan lewat air, antara lain keracunan air raksa (Hg), keracunan cadmium (Cd), keracunan cobalt (Co), akumulasi Fe berlebih dalam tubuh, dan berbagai keracunan fisis lainnya karena zat-zat kimia yang terdapat dalam air (Slamet, 2009). Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn (mangan), tekanan darah tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal dan korosi pada besi.

Zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh seseorang dalam jumlah yang melebihi ambang batas dapat mengakibatkan efek kesehatan. Klasifikasi atas dasar efek kesehatan atau atas dasar gejala yang timbul mengelompokkan pencemar sebagai penyebab gejala (Slamet, 2005) :

a. Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih, b. Granuloma atau ditemukannya jaringan radang yang kronis, c. Demam atau temperatur badan melebihi normal,

d. Afiksia atau keadaan kekurangan oksigen, e. Alergi atau sensitivitas yang berlebih, f. Kanker atau tumor ganas,


(27)

h. Cacat bawaan akibat teratogen,

i. Keracunan sistemik, yaitu keracunan yang menyerang seluruh anggota tubuh.

Keracunan zat-zat kimia juga dapat digolongkan berdasarkan organ yang diserangnya, antara lain:

a. Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati, b. Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal, c. Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf,

d. Hematotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah, e. Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru.

Klasifikasi ini sering digunakan karena sifat kimia-fisika racun yang berbeda dengan racun biologis ataupun kuman patogen. Berbagai racun kimia-fisika sering menimbulkan gejala yang sama dan sebaliknya satu jenis racun dapat menimbulkan berbagai/banyak gejala, seperti halnya gejala penyakit lainnya.

Masuknya zat-zat kimia yang berasal dari air minum melalui oral dan akan diserap tubuh. Adsorpsi zat kimia yang asing bagi tubuh dari saluran pencernaan umumnya berlangsung melalui transport pasif yaitu melalui difusi pasif (zat terlarut) melintasi membran dinding lambung atau usus (Ariens, 1986).

Zat-zat kimia yang masuk melalui oral akan masuk ke dalam saluran pencernaan dan akan mengalami berbagai proses. Zat-zat kimia yang dibutuhkan tubuh akan diserap sedangkan sisanya akan mengalami detoksikasi dan akan diekskresikan. Meskipun demikian sebagian zat-zat kimia dapat bereaksi dengan


(28)

senyawa lain menjadi kompleks. Sisanya akan menuju organ target masing-masing dan akan terakumulasi dalam tubuh. Hal ini yang akan berefek terhadap kesehatan.

Menurut hasil penelitian ditemukan bahwa konsentrasi mangan yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah besar dapat mengganggu mekanisme proses pengeluaran saluran cerna melalui empedu karena menyebabkan iritasi saluran cerna (Zahirsyah, 1987).

Arsen adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik. Secara kronis keracunan arsen dapat menimbulkan anorexia, kolik, mual, diare atau konstipasi, icterus, perdarahan pada ginjal, dan kanker kulit. Arsen dapat juga menimbulkan iritasi, alergi dan cacat bawaan (Slamet, 2005).

Fluorida adalah senyawa fluor. Fluor adalah halogen yang sangat reaktif, karena di alam selalu didapat dalam bentuk senyawa. Fluorida anorganik bersifat lebih toksis dan lebih iritant daripada yang organik. Gangguan pencernaan yang disebabkan olehnya yang dapat disertai dehidrasi (Slamet, 2005).

Dari zat-zat kimia yang mungkin tergantung di dalam air minum, flourida merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memilikidua konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentrasi yang berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat menimbulkan fluorosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi fluorida dalam air kurang dari 0,5 ml/l, dapat peningkatan insidensi penyakit karies gigi pada masyarakat. Fluorida merupakan bahan esensial


(29)

untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk fluorida adalah 0,5-0,8 mg/l (Chandra, 2007).

Keracunan kronik yang terjadi disebut fluorisis dengan gejala yang ditimbulkan antara lain berat badan turun, anemia, badan lemah, sendi-sendi terasa kaku, dan gigi berwarna hitam, jika keracunan terjadi dalam masa pembentukan gigi (Sartono, 2002).

Pada kasus keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian. Baru-baru ini penelitian tentang senyawa fluorida pada tikus memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara fluorida dengan kanker tulang. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan bagi para ahli penyediaan air bersih agar perlu meninjau kembali manfaat fluoridasi air, serta standar air minum bagi fluorida (Slamet, 2005).

Sebagai logam berat, khromium (Cr) termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh logam Cr ditentukan oleh valensi ionnya. Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat racunnya, bila dibandingkan dengan ion-ion Cr2+ dan Cr3+. Sifat racun yang dibawa oleh logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. Tingkat daya racun yang dibawa oleh logam khromium tidak sama pada semua makhluk hidup. Daya racun itu lebih ditentukan oleh masing-masing individu untuk menetralisir bahan-nahan beracun yang masuk kedalam tubuh. Banyaknya jumlah Cr dengan lambatnya proses penghapusan Cr dari paru-paru, menjadi dasar dari suatu hipotesis bahwa Cr merupakan salah satu bahan yang dapat menyebabkan timbulnya


(30)

kanker paru-paru. Oleh karena itu, Cr digolongkan pula sebagai bahan karsinogen (Palar, 2004).

Keracunan yang bersifat kronis yang dibawa oleh logam kadmium (Cd), terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena logam Cd yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil, sehingga dapat ditolerir oleh tubuh pada saat tersebut. Akan tetapi karena proses kemasukan tersebut terus-menerus secara berkelanjutan, maka tubuh pada batas akhir tidak lagi mampu memberikan toleransi terhadap daya racun yang dibawa oleh Cd. Keracunan yang bersifat kronik ini membawa akibat yang lebih buruk dan penderitaan yang lebih menakutkan bila dibandingkan dengan keracunan akut (Palar, 2004).

Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd, umumnya berupa kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh yang dapat dirusak oleh keracunan kronis logam ini adalah pada sistem urinaria (ginjal), sistem respirasi (pernafasan/paru-paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung. Di samping semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar reproduksi, sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Palar, 2004).

Adannya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l. Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan metahemoglobinemia infantil (Chandra, 2007).

Dalam keadaan normal nitrit tidak ditemukan dalam air minum,kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh garam besi.


(31)

Apabila hasil pemeriksaaan menunjukkan adanya nitrat (walaupun konsentrasinya rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran (Chandra, 2007).

Nitrit dan nitrat dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan gastero-in-testinal, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak ditolong akan meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal MetHb menjadi Hb dijumpai karena pembentukan enzim yang menguraikan MetHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini juga disebut blue babies (Slamet, 2005).

Sianida adalah senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di dalam tubuh akan menghambat pernafasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai tumbuhan. Apabila ada di dalam air minum, maka untuk menghilangkannya diperlukan pengolahan khusus. Selain itu, hidrocyanida juga mudah terbakar (Slamet, 2005).

Selenium adalah logam yang berbau bawang putih, didapat bersama-sama dengan Cu, Au, Ni, dan Ag. Selenium juga didapat antara lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor. Dalam dosis besar Se akan menyebabkan gejala gastero-in-testinal seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut, maka akan


(32)

terjadi gejala gangguan susunan syaraf seperti hilangnya refleks-refleks, iritasi cerebal, konvulsi, dan dapat terjadi kematian. Se merupakan racun sistemik, dan mungkin juga bersifat karsinogenik (Slamet, 2005).

Aluminium adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak digunakan sehingga terdapat banyak di lingkungan dan didapat pada berbagai jenis makanan. Sumber alamiah aluminium terutama adalah bauxit dan cryolit. Aluminium dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus. Aluminium yang berbentuk debu akan diakumulasi di dalam paru-paru. Aluminium juga dapat menyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernafasan (Slamet, 2005).

Di dalam air minum besi dapat menimbulkan rasa, warna kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri, dan kekeruhan. Besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan dalam tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapt diakumulasi di dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Slamet, 2005).

Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus sehingga biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi. Kesadahan pada air dapat berlangsung


(33)

sementara (temporary) maupun menetap (permanent). Kesadahan pada air ini dapat terjadi karena air mengandung:

1. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat (temporary). 2. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan magnesium dengan

sulfat,nitrat,dan klorida (permanent).

3. Garam-garam besi,zink, dan silika (Chandra, 2007).

Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida. Kadar klorida bervariasi antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran disekitar lokasi sumber air yang akan diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat disekitarnya, dapat dipastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran (Chandra, 2007).

Di dalam air mangan dapat menimbulkan masalah warna apabila terdapat dalam dosis yang tinggi yaitu menyebabkan warna air ungu/hitam (Slamet, 2005).

Air minum sebaiknya netral, tidal asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidal netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2005).

Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat


(34)

menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir (Slamet, 2005).

Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastri-intestinal, bila dicampur dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4

Tembaga sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, coma, dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, dan paeralatan dapur (Slamet, 2005).

yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare. Sulfat pada boilers menimbulkan endapan (hard scales), demikian pula pada heat exchangers (Slamet, 2005).

Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik. Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan adanya pencemaran oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan 0,05mg/l di dalam air minum (Chandra, 2007).

2.4. Kualitas Air

2.4.1. Standard Kualitas Air

Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur yang tercantum didalam standard kualitas. Dengan demikian dapat diketahui syarat kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur.


(35)

Standard kualitas air minum dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Sesuai peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air minum.

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Azwar, 1996).

Untuk standard kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas Air WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai


(36)

pedoman bagi negara anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota dapat menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut. 2.4.2. Syarat Kualitas Air

a. Syarat Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum, antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umumnya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

1) Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30

2) Bau dan Rasa

C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperatur atau suhu air diukur dengan menggunakan termometer air.


(37)

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan bahwa air minum tidak berbau dan tidak berasa .

3) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991).

Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air minum ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010


(38)

tentang persyaratan kualitas air minum, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 5 NTU (Depkes RI, 2002).

b. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Slamet, 2009).

E.coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja

manusia pada minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapa E.coli disebut sebagai indikator pencemaran pada tinja dibanding bakteri lainnya adalah (Chandra, 2005) :

a. Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Oleh karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.

b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya. c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen


(39)

d. Organisme ini lebih resisitensi terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, bakteri coliform yang memenuhi syarat untuk air minum harus 0 per 100 ml sampel.

c. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–8,5.


(40)

Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2006).

1) Besi (Fe)

Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Titik leleh Fe sebesar 1538 ºC sedangkan titik didihnya sebesar 2861 ºC. Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Adanya Fe dalam air dapat bersumber dari dalam tanah itu sendiri (batu-batuan yang mengandung besi) ataupun endapan-endapan buangan industri. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak bumi adalah sebesar 5,63 x 10-3 mg/kg, sedangkan kandungan didalam laut sebesar 2 x 10-3

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk.


(41)

Kadar maksimum Fe yang diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,3 mg/l. Kadar Fe yang tinggi dalam air menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Fe dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbs. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus (Soemirat, 2007). Simpanan Fe yang berlebihan dalam tubuh dapat merusak sel alat pencernaan secara langsung, dalam bentuk hemosiderin dapat menimbulkan hemosiderosis (Widowati, 2008).

2) Mangan (Mn)

Mangan adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan sering kali bersifat khronis sebagai akibat dari kelebihan kadar Mn dalam tubuh sehingga dapat mengganggu proses pencernaan. Kadar maksimum Mn yang diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,4 mg/l.

3) Kadmium (Cd)

Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Tubuh manusia tidak memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun pada manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal, dan penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit


(42)

Glomerulo-nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multiple. Di Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”. Gejalanya adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki. Kadar maksimum Cd yang diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,003 mg/l.

2.5. Air Minum Dalam Kemasan

Menurut Standard Nasional Indonesia 01-3553-2006 Air minum dalam kemasan adalah air baku yang diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air demineral. Air mineral merupakan air minum dalam kemasan yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral sedangkan air demineral merupakan air minum dalam kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian secara destilasi, deionisasi, reverse osmosis atau proses setara.

Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 705/MPP/Kep/11/2003 tentang persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjamin mutu air meliputi :

a. Pemeriksaan organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif.

b. Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi yang bersifat merusak/mengganggu kesehatan.


(43)

Perusahaan Industri AMDK wajib memiliki dokumen tentang perkembangan hasil

pengendalian dan pengujian mutu produk sesuai SNI yang berlaku yang disimpan minimal selama 2 (dua) tahun. Setelah memperoleh SNI, AMDK juga harus mendaftarkan produk kepada Badan Pom untuk dilakukan penilaian kelayakannya untuk beredar dipasaran.

2.5.1. Sertifikasi SNI

Khusus untuk produk Air Minum Dalam Kemasan, pemerintah telah mewajibkan semua perusahaan AMDK wajib memiliki SNI 01-3553-1996 dan mencantumkan produknya tanda SNI bukti bahwa perusahaan telah memiliki sertifikat SNI 01-3553-1996. Hal ini sesuai dengan Kepmenperindag No. 705 tahun 2003. Dalam rangka memperoleh sertifikat SNI, antara lain yang harus dilakukan untuk memenuhi syarat. Syarat mendapatkan SNI 01-3553-1996 adalah :

1. Persyaratan Administrasif

- SIPA (Surat Ijin Pengambilan Air ) milik sendiri atau dari pemasok air bila kita mendapat air dari pihak lain.

- Hasil uji Air Baku sesuai permenkes 907 tahun 2002 dari air baku kita sendiri atau dari pemasok air jika mendapat air dari pihak lain.

- NPWP, SIUP, TDP, TDI/IUI. - Sertifikat merk

- Badan hukum


(44)

Alat-alat Laboratorium yang harus ada (bisa digantikan dengan alat lain sesuai kebutuhan Uji Produk) antara lain, Turbidity meter, Condutivity meter, Oven, pH meter, Inkubator, peralatan gelas kebutuhan laboratorium, timbangan digital kecil, test ozon, alat-alat mikrobiologi, dan otoclave . Semua peralatan tersebut wajib ada sertifikat kalibrasi oleh badan kalibrasi yang terakreditasi 3. Kelengkapan dan implementasi Dokumen Sistem Manajemen Mutu meliputi,

pedoman mutu, prosedur, instruksi kerja, form dan catatan mutu.

4. Mengisi form permohonan dari SNI, mendatangi Badan Sertifikasi SNI yang telah diakui oleh KAN

5. Mengisi Form Data perusahaan

6. MOU Kontrak Kerja sama. Hak & Kewajiban masing - masing dan biaya. 2.5.1. Sertifikasi Badan POM

Seluruh produk AMDK melakukan proses pendaftaran produk kepada Badan POM meliputi prosedur penilaian keamanan dan mutu untuk mendapat Surat Persetujuan Pendaftaran. Surat Persetujuan Pendaftaran adalah persetujuan hasil Penilaian Pangan Olahan yang diterbitkan oleh Kepala Badan dalam rangka peredaran Pangan Olahan.

Tata cara pendaftaran pangan olahan meliputi:

1. Pendaftaran diajukan untuk setiap Pangan Olahan termasuk yang memiliki perbedaan dalam hal desain label, jenis kemasan, komposisi, nama dan/atau alamat pihak yang memproduksi.


(45)

2. Permohonan Pendaftaran diajukan secara tertulis dengan mengisi formulir Pendaftaran disertai dengan kelengkapan dokumen Pendaftaran. Dokumen pendaftaran merupakan dokumen rahasia yang hanya dipergunakan untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang. Terhadap dokumen pendaftaran dilakukan pemeriksaan dan penilaian sesuai kriteria dan persyaratan.

3. Hasil penilaian dapat berupa Surat Persetujuan Pendaftaran atau Surat Penolakan. Surat Persetujuan Pendaftaran disertai dengan rancangan Label yang telah disetujui. Surat Persetujuan Pendaftaran untuk Pangan Olahan diterbitkan dengan mencantumkan Nomor Pendaftaran Pangan. Nomor Pendaftaran Pangan untuk Pangan Olahan produksi dalam negeri berupa tulisan ”BPOM RI MD” yang diikuti dengan digit angka. Nomor Pendaftaran Pangan untuk Pangan Olahan produksi luar negeri berupa tulisan ”BPOM RI ML” yang diikuti dengan digit angka. Digit angka sebagaimana dimaksud berisi informasi identitas pangan olahan yang meliputi perusahaan, lokasi produsen, nomor urut produk, jenis kemasan, dan jenis pangan.

4. Nomor Pendaftaran Pangan wajib dicantumkan pada Label sedemikian rupa sehingga mudah dilihat dan dibaca oleh konsumen.

5. Surat Persetujuan Pendaftaran berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang melalui Pendaftaran kembali.

6. Surat Persetujuan Pendaftaran yang telah habis masa berlakunya dinyatakan tidak berlaku.


(46)

7. Pangan Olahan yang masa berlaku Surat Persetujuan Pendaftarannya telah habis dilarang diedarkan.

2.6. Cara Pemeriksaan Kualitas Air

Didalam pemeriksaan air dikenal dua cara yaitu (Depkes RI, 1991) : a. Pemeriksaan air di lapangan

Pemeriksaan air di lapangan dimaksudkan untuk mengadakan pemeriksaan air di lokasi dimana contoh air itu diambil. Biasanya pemeriksaan air di lapangan dilakukan untuk parameter suhu, bau, rasa, warna, sedangkan yang lainnya dilaksanakan di laboratorium.

b. Pemeriksaan air di laboratorium

Pemeriksaan air di laboratorium bertujuan untuk mengetahui mutu air tersebut untuk mengetahui parameter kualitas kimia dan biologis yang tidak dapat diukur di lapangan.

Beberapa langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan air di laboratorium, amtara lain :

a. Pemeriksaan E. Coli dalam air Cara Kerja :

- Sampel air sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur

- Buka kertas saring lalu letakkan di dalam Vacum Filtration lalu saring sampel air di dalam Vacum Filtration tersebut, lalu masukkan kertas saring dalam media agar yang telah dibiakkan.


(47)

- Simpan selama 24 jam di dalam Inkubator kemudian lihat hasilnya, jika muncul bintik – bintik yang berwarna biru pada kertas saring tersebut maka menandakan adanya bakteri E.Coli dan yang bintik – bintik yang berwarna merah adalah coliform, kemudian hitung jumlahnya.

- Apabila bakteri terlalu banyak maka dapat dihitung dengan menggunakan E.coli counter.

- Setelah diketahui kadar E. Coli dalam air maka hasil tersebut dibandingkan dengan Permenkes RI No. 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar total koliform yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0 jumlah per 100 ml.

c. Pemeriksaan pH air - Alat :

a. pH- meter - Bahan :

b. Larutan buffer pH 4 c. Larutan buffer pH 7 d. Larutan buffer pH 10

- Prosedur :

a. Kalibrasi pH-meter

1) Untuk peralatan ini sediakan 3 jenis larutan buffer yaitu : larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 10.


(48)

2) Dihubungkan elektroda dengan meter, dan dihidupkan meter dengan menekan/menggeser switch pada posisi “ON”.

3) Dicelupkan elektroda ke dalam larutan buffer pH 4 dan baca skala/angka yang ditunjukkan oleh meter (biasaya larutan perlu diaduk selama pengukuran secara perlahan-lahan).

4) Jika angka yang ditunjukkan tidak sama dengan pH buffer (dalam hal ini pH 4) putar tombol kalibrasi hingga angka yang ditunjukkan tepat = 4, bersihkan elektroda dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue.

5) Ulangi kalibrasi dngan menggunakan larutan buffer pH 7 dan pH 10. b. Pengukuran pH sampel

1) Dicelupkan elektroda pH-meter ke dalam larutan yang akan dianalisa. 2) Dibaca petunjuk angka pada pH-meter.

d. Pemeriksaan Kadar Fe dalam air Cara Kerja :

- Sampel air sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur. - Masukkan reagen Fe

- Diamkan selama 5 menit.

3 tetes takar yang terdapat pada kemasan reagen.

- Setelah itu masukkan ke dalam kuvet.

- Kalibrasi Spektrometer kemudian letakkan kuvet pada tempat yang telah disediakan


(49)

- Bandingkan kadar Fe tersebut dengan Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

2.7. Kerangka Konsep

Pelabelan Kemasan

Memenuhi Syarat Kepmenkes No. 492

Tahun 2010

Tidak Memenuhi Syarat Kepmenkes No. 492 Tahun 2010 Air Minum

Dalam Kemasan

Gelas

Parameter Kualitas Air: - Kualitas Fisik - Kualitas Kimiawi - Kualitas Biologis

Memenuhi Syarat Kepmenperindag No. 705

Tahun 2003

Tidak Memenuhi Syarat Kepmenperindag No. 705


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas fisik, kimiawi, dan biologis (total coliform), serta observasi keadaan kemasan dari air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel adalah beberapa grosir yang berada di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi pengambilan sampel ini karena grosir tersebut merupakan salah satu grosir yang menjual berbagai merk air minum dalam kemasan gelas yang beredar di kota Medan.

Lokasi pemeriksaan sampel air dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL-PPM) Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012, termasuk pengumpulan data-data pendukung.

3.3. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Air Minum Dalam Kemasan Gelas yang dijual di Kota Medan sebanyak 46 merk.


(51)

diambil dengan cara simple random sampling dari 46 merk yang beredar di kota Medan.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium sampel air minum dalam kemasan gelas, meliputi pemeriksaan fisik, kimia, serta biologis dari air minum dalam kemasan gelas yang beredar di kota Medan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari referensi penulis berupa buku-buku pendukung, data puskesmas, serta data-data dari instansi terkait.

3.5. Definisi Operasional

a. Kualitas fisik air adalah pemeriksaan yang terkait dengan keadaan mutu air yang meliputi suhu, warna, rasa, dan TDS air berdasarkan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010.

b. Kualitas biologis air adalah pemeriksaan yang terkait dengan mutu air yang memenuhi persyaratan kualitas biologis (total coliform) air minum dalam kemasan berdasarkan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010.

c. Kualitas kimia air adalah pemeriksaan yang terkait dengan keadaan mutu air yang meliputi pemeriksaan kadar Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia air minum dalam kemasan berdasarkan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010.


(52)

d. Memenuhi syarat kesehatan adalah kondisi air minum dalam kemasan gelas yang sesuai dengan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010 meliputi kualitas fisik, biologis dan kimia.

e. Organoleptik adalah suatu metode mengukur objek dengan menggunakan panca indera. Karena hal ini bersifat subjektif, maka objek akan diukur oleh 10 orang untuk mewakili hasil yang diukur.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran merupakan kualitas air minum dalam kemasan gelas yang meliputi kualitas fisik air, kualitas kimiawi air, kualitas biologis (total coliform). a. Bau diukur secara organoleptik, bila berbau dinyatakan tidak memenuhi syarat. b. Rasa diukur secara organoleptik, bila berasa dinyatakan tidak memenuhi syarat. c. pH diukur dengan pH-meter, memenuhi syarat bila pH nya 6,5-8,5.

d. Untuk logam-logam seperti Fe, Mn, Cd, dan lain-lain, kadarnya diperiksa di laboratorium dengan menggunakan alat Inductively Couple Plasma (ICP). Hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010.

e. Bakteri coliform diukur dengan pemeriksaan laboratorium, memenuhi syarat bila total coliform 0 per 100 ml sampel.

3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Data hasil pemeriksaan kualitas air di laboratorium diolah secara manual disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.


(53)

3.7.2. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian dinilai kualitas fisik yaitu: suhu, bau, dan rasa dengan pengamatan, sementara kekeruhan, pH, Fe, Mn, Cd dan bakteri coliform melalui pemeriksaan laboratorium kemudian dibandingkan dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan dianalisa secara deskriptif.

3.8. Pemeriksaan Air

3.8.1. Pemeriksaan di Lapangan a. Pemeriksaan suhu/temperatur

- Alat :

a. Termometer b. Erlenmeyer - Cara kerja :

a. Sampel air tuang kedalam Erlenmeyer. b. Masukkan termometer dan tunggu 2 -5 menit.

c. Lalu dibaca temperaturnya (temperature tetap dalam air waktu pembacaan).

d. Pemeriksaan suhu udara dilokasi dengan cara menempatkan termometer sedemikian rupa sehingga tidak kontak langsung dengan cahaya matahari.


(54)

b. Pemeriksaan Bau dan Rasa

Untuk pemeriksaan bau dan rasa dilakukan langsung di lapangan dengan cara organoleptik atau menggunakan hidung dan lidah dengan bantuan beberapa orang untuk mewakili pemeriksaan bau dan rasa air.

3.8.2. Pemeriksaan di Laboratorium

a. Pemeriksaan Kekeruhan - Bahan :

a. Larutan standard formazin 40,0 NTU b. Aqudest

- Prosedur: a. Kalibrasi alat :

1) Set range pada posisi 0-200 NTU.

2) Kemudian masukkan larutan standard formazin 40,0 NTU ke dalam kuvet, setelah itu masukkan ke lubang TUBE dan ditutup dengan CAP.

3) Tekan tombol tes dan baca hasilnya.

4) Jika tidak menunjukkan angka 40,0 NTU, putar tombol CAL sampai angka menunjukkan 40,0 NTU.

b. Pengukuran sampel :

1) Sampel dimasukkan kedalam kuvet kira-kira 20 ml.

2) Kemudian dimasukkan ke dalam lubang TUBE, setelah itu ditutup dengan CAP.


(55)

3) Tekan tombol TEST selama 5 – 10 menit sampai pembacaan stabil dan catat hasilnya.

b. Pemeriksaan Secara Bakteriologis

Untuk menentukan adanya coliform dan jumlah coliform didalam air dipakai sistem Multiple Tukes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda : 5 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1ml.

- Alat :

a. Autoclave

b. Incubator 370C dan 440 c. Timbangan

C

d. Labu Erlenmeyer e. Rak tabung reaksi f. Petri Disk

g. Pipa steril: 1cc dab 10cc h. Kawat ose

i. Tabung durham - Bahan :

a. Gram Buffer phosphate pH 7,2 b. Lactosa Broth


(56)

d. Endo agar e. Gentiane Violet f. Alkohol 99% g. Fuction

1. Test Perkiraan (Presumtive test)

Media yang biasa digunakan adalah lactose broth. - Cara pemeriksaan:

Siapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing media lactose broth yang berisi tabung durham. Air ditanam 5 tabung masing-masing 10ml: 1 tabung = 1 ml; 1 tabung = 0,1ml, dan dituliskan standart portion; 5 x 10ml;1 x 1ml,1 x 0,1ml.

Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 370

2. Test Penegasan (Confirmation test)

C. Tabung positif adalah tabung yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan dengan test penegasan.

Media yang dipergunakan Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%), test ini untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.

- Cara Pemeriksaan :

a) Dari tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose kedalam tabung konfirmative yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung Presumtive di inokulasikan ke dalam 2 tabung BGLB 2%.


(57)

b) Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 370C selama 24-48 jam , untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain diinokulasikan pada suhu 440

c) Pembacaan dilakukan setelah 24 - 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif gas.

C selama 24 jam untuk memastikan adanya koli tinja.

Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas, baik pada seri tabung yang di inkubasi pada suhu 370C ataupun pada seri tabung yang di inkubasi 440C angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh indeks MPN coliform untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 370C dan indeks MPN koli tinja untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 440

c. Pemeriksaan pH

C.

- Alat :

b. pH- meter - Bahan :

e. Larutan buffer pH 4 f. Larutan buffer pH 7 g. Larutan buffer pH 10 - Prosedur :

a. Kalibrasi pH-meter

6) Untuk peralatan ini sediakan 3 jenis larutan buffer yaitu : larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 10.


(58)

7) Dihubungkan elektroda dengan meter, dan dihidupkan meter dengan menekan/menggeser switch pada posisi “ON”.

8) Dicelupkan elektroda ke dalam larutan buffer pH 4 dan baca skala/angka yang ditunjukkan oleh meter (biasaya larutan perlu diaduk selama pengukuran secara perlahan-lahan).

9) Jika angka yang ditunjukkan tidak sama dengan pH buffer (dalam hal ini pH 4) putar tombol kalibrasi hingga angka yang ditunjukkan tepat = 4, bersihkan elektroda dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue.

10)Ulangi kalibrasi dngan menggunakan larutan buffer pH 7 dan pH 10. b. Pengukuran pH sampel

3) Dicelupkan elektroda pH-meter ke dalam larutan yang akan dianalisa. 4) Dibaca petunjuk angka pada pH-meter.

d. Pemeriksaan Kadar Logam - Alat :

a. Inductively couple plasama ( ICP ) b. Pemanas listrik

c. Pipet volume 3, 5, 10, 25 Ml d. Labu ukur 100 ML, 500 ML e. Corong

f. Erlenmeyer 250 mL - Bahan :


(59)

b. Air suling

c. Asam nirat, HNO3 d. Kertas saring

pekat

e. Gas Argon - Persiapan Sampel :

a. Pengujian Logam Terlarut

1) Saring sampel sebanyak 50 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL. 2) Filtrat hasil saringan siap untuk diuji.

b. Pengujian Logam Total

1) Masukkan 50 mL sampel ke dalam Erlenmeyer 250 mL. 2) Tambahkan 5 mL HNO3

3) Tambahkan lagi 5 mL HNO

pekat dan panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15-20 mL.

3

4) Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai semua logm larut, yang terlihat warna endapan dalam sampel menjadi agak putih atau sampe menjadi jernih.

pekat, tutup erlenmeyer dengan kaca arloji dan panaskan lagi.

5) Tambahkan lagi 2 mL HNO3

6) Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam erlenmeyer. pekat dan panaskan kira-kira 10 menit.


(60)

- Prosedur Analisa :

a. Atur alat ICP dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar besi.

b. Isapkan larutan baku dan larutan sampel satu per satu ke dalam alat ICP melalui pipa injeksi alat.

c. Catat konsentrasi masing-masing sampel yang terbaca di layar komputer. - Pengoperasian Inductively Couple Plasma (ICP) :

a. Alirkan gas argon, tunggu sekitar 3 menit untuk memastikan aliran sudah stabil. b. Hidupkan komputer, pilih program ICP Expert.

c. Hidupkan water chiller, tunggu sampai temperatur stabil menunjukkan angka 19-20°C.

d. Lakukan kalibrasi panjang gelombang.

e. Setelah kalibrasi panjang gelombang komplit, pilih parameter yang akan diperiksa dan jumlah sampel serta standard melalui menu yang ada di komputer.

f. Hidupkan plasma, tunggu sekitar 3 menit untuk memastikan plasma sudah stabil. g. Tekan START ANALYSIS.

h. Celupkan selang ICP ke dalam masing-masing larutan sampel sesuai perintah yang muncul di layar komputer.

i. Konsentrasi sampel akan terbaca di layar komputer.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Observasi Terhadap Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas Observasi tehadap kemasan 9 air minum dalam kemasan gelas yang diambil dengan cara simple random sampling dilakukan dengan melihat keadaan bentuk kemasan serta pelabelan sesuai dengan persyaratan teknis air minum dalam kemasan meliputi, nama produk, merek dagang, nama produsen, alamat produsen, volume netto, no. pendaftaran dari Badan POM, bulan dan tahun kadaluarsa, tanda SNI, dan kode produksi. Hasil observasi dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Hasil Observasi Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012

No Pelabelan Sampel

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Nama produk (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) 2 Nama/merek dagang (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) 3 Nama produsen (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) 4 Alamat produsen (minimal

PO Box)

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (+) 5 Volume netto (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) 6 Nomor pendaftaran dari

Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(+) (+) (+) (+) (+) (-) (+) (+) (+)

7 Bulan dan tahun kadaluarsa (-) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (+) 8 Tanda SNI (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) 9 Kode Produksi (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (+) Keterangan. (+) : Ada

(-) : Tidak ada

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil observasi pelabelan pada kemasan air minum dalam kemasan gelas yang beredar di kota Medan tahun 2012 menunjukkan tidak semua sampel memenuhi syarat pelabelan. Hal ini dikarenakan


(62)

masih adanya sampel yang tidak mencantumkan beberapa label yang seharusnya ada pada setiap kemasan.

Tabel 4.2. Hasil Observasi Berdasarkan Pelabelan Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012

No Pelabelan Kemasan Jumlah (sampel) Persentase (%)

1 Memenuhi syarat 1 11

2 Tidak memenuhi syarat 8 89

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 9 sampel yang diobservasi, hanya diperoleh 1 sampel yang sesuai dengan persyaratan teknis air minum dalam kemasan yang ditetapkan pada Kepmenperindag No. 705 tahun 2003 tentang Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya, sedangkan 8 sampel lainnya tidak memenuhi persyaratan karena terdapat beberapa label kemasan yang tidak ada pada kemasan.

4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012

4.2.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012

Pemeriksaan kualitas fisik air minum dalam kemasan gelas meliputi bau, warna, total zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, rasa, dan suhu. Hasil pemeriksaan kualitas fisik air minum dalam kemasan gelas dapat dilihat pada tabel berikut.


(63)

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Medan Tahun 2012

No Parameter Sampel Baku

mutu*

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Bau (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak berbau 2 Warna 12.1 13.0 12.6 12.5 12.5 12.3 12.6 13.3 12.2 15

TCU 3 Total zat

padat terlarut (TDS)

5 80 54 81 114 8 53 57 65 500 mg/l

4 Rasa (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak berasa 5 Suhu 26.7 26.8 26.7 26.7 26.6 26.6 26.7 26.7 26.6 Suhu

udara ± 3°C Keterangan. (+) : Ada

(-) : Tidak ada

* : Berdasarkan persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan air minum dalam kemasan gelas yang beredar di kota Medan tahun 2012 menunjukkan kualitas fisik air tersebut telah memenuhi syarat kualitas air minum karena dari semua parameter fisik sampel yang diperiksa semua menunjukkan kadar yang masih berada di bawah batas kadar maksimum yang ditetapkan pada persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010.

4.2.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Biologi Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012

Pemeriksaan kualitas biologi air minum dalam kemasan gelas meliputi pemeriksaan total koliform. Hasil pemeriksaan kualitas biologi air minum dalam kemasan gelas dapat dilihat pada tabel berikut.


(1)

yang diperiksa semuanya menunjukkan kadar yang masih berada dalam batas kadar yang ditetapkan pada Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan seluruh paramter yang diperiksa memenuhi syarat maka air minum dalam kemasan aman untuk dikonsumsi. Apabila terdapat kadar yang berlebih dalam sampel dapat berpengaruh tehadap kesehatan yang mengkonsumsi. Salah satu parameter yang diteliti yaitu pH. Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Slamet (2005) yaitu air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.

Parameter lain yang diteliti yaitu besi. Hasil menunjukkan bahwa kadar besi dalam air minum dalam kemasan masih memenuhi syarat. Di dalam air minum besi dapat menimbulkan rasa, warna kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri, dan kekeruhan. Besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.


(2)

paru-paru. Oleh karena kadar besi pada seluruh sampel masih dibawah ambang batas yang ditetapkan maka air minum dalam kemasan layak untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan bahaya yang tersebut diatas.

Dalam tubuh manusia zat-zat kimia mengalami proses absopsi, distribusi dan sekresi. Banyak bahan kimia dapat masuk ke saluran cerna bersama makanan dan air minum, atau secara sendiri sebagai obat atau zat kimia lain. Sebagian besar bahan tidak menimbulkan efek toksik kecuali kalau mereka diserap. Absorpsi dapat terjadi di seluruh saluran cerna. Setelah suatu zat kimia memasuki darah,ia didistribusi dengan capat ke seluruh tubuh. Laju distribusi ke tiap-tiap alat tubuh berhubungan dengan aliran darah di alat tersebut, mudah tidaknya zat kimia itu melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas komponen alat tubuh terhadap zat kimia itu. Setelah absorpsi dan distribusi dalam tubuh, zat kimia dapat dikeluarkan dengan cepat atau perlahan. Mereka dikeluarkan dalam bentuk asal, sebagai metabolit, dan/atau sebagai konjugat. Jalur utama ekskresi adalah urin, tetapi hati dan paru-paru juga merupakan alat ekskresi yang penting untuk zat kimia jenis tertentu.

Seluruh sampel yang memenuhi syarat menunjukkan bahwa air minum kemasan yang beredar di kota Medan aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan karena kadar bahan kimia didalamnya masih bisa diekskresikan oleh tubuh apabila dalam jumah yang wajar.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelabelan pada kemasan air minum dalam kemasan gelas yang beredar di kota Medan menunjukkan tidak semua sampel memenuhi syarat pelabelan hanya 1 dari 9 sampel yang memenuhi seluruh syarat yang tercantum (11%).

2. Kualitas fisik air minum dalam kemasan gelas di kota Medan yang memenuhi syarat bau, rasa, warna, TDS, dan suhu (100%).

3. Kualitas biologi air minum dalam kemasan gelas di kota Medan yang memenuhi syarat total coliform (100%).

4. Kualitas kimia air minum dalam kemasan gelas di kota Medan yang memenuhi syarat Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia (100%).

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat menyarankan sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Medan perlu meningkatkan pengawasan terhadap produksi


(4)

2. Kepada produsen diharuskan agar melengkapi pelabelan yang masih belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam Kepmenperindag No. 705 tahun 2003 tentang Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya.

3. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang memilih produk yang memenuhi syarat kesehatan dengan meningkatkan sosialisasi akan pelabelan kemasan agar masyarakat dapat lebih teliti memilih air minum dalam kemasan yang memenuhi syarat kesehatan.

4. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh bentuk fisik kemasan maupun keadaan distribusi produk di lapangan terhadap rasa air minum dalam kemasan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2007. Disperindag Makassar Baru Tarik Aqua Kemasan Gelas.

…………., 2007. Inilah 11 Merek Air Minum Kemasan Bermasalah.

Allafa. 2008. Air Bersih. http ://www.indoskripsi.com. Diakses 22 Oktober 2009 Amrih, Pitoyo. 2005. Cara Memastikan Air yang Anda Minum Bukan Sumber

Penyakit.

e-Ariens, J. E. dkk. 1986. Pengantar Toksikologi Umum. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Arya, W. W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta

Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta

BSN. 2006. SNI Air Minum Dalam Kemasan. Jakarta

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta Deperindag. 2003. Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam

Kemasan dan Perdagangannya. Jakarta

Depkes RI. 1992. Undang-undang Kesehatan No 23 tahun 1992. Jakarta

………….., 2006. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Depkes RI, Jakarta.


(6)

Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta

…………..., 2000. Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta

Lu, Frank C, 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi Kedua. UIP. Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta

Sartono. 2002. Racun & Keracunan. Widya Medika. Jakarta

Slamet, S. J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

………….., 2009. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Sutrisno, Muhammad. 1996. Sumur Gali Sumber Air Bersih. Udayana Press. Denpasar

Widowati, Wahyu, dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Andi. Yogyakarta

Zahirsyah, A. T. 1987. Toksikologi Pangan. Diktat Universitas Sumatera Utara. Medan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

5 47 151

Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Air Minum Kemasan Isi Ulang Yang Dipasarkan di Kota Medan Tahun 2003

1 58 60

Peramalan Banyaknya Jumlah Air Minum Yang Disalurkan Berdasarkan Pelanggan PDAM Tirtanadi Medan Tahun 2009-2010 Dengan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda

0 31 64

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Air Minum Dalam Kemasan pada PT.Tirta Sibayakindo, Berastagi Kabupaten Karo

1 45 80

ANALISIS KUALITAS BIOLOGI, FISIK DAN KIMIA AIR MINUM DALAM KEMASAN DI DAERAH KAMPUS UNEJ

1 49 17

Analisis Kandungan Unsur yang Tercantum dalam Kemasan Air Minum Merk X - Ubaya Repository

0 0 1

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 16

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 7

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 8 35