Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(1)

PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BATANG KUIS

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

TESIS

Oleh SUHARTINI 117032206/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF THE FACTORS OF NUTRITION, SMOKING, DRINKING COFFEE, DRINKING TEA AND ANTENATAL CARE

ON THE INCIDENT OF LOW BIRTH WEIGHT IN THE WORKING AREA OF BATANG KUIS HEALTH CENTER

DELI SERDANG DISTRICT IN 2013

THESIS

By SUHARTINI 117032206/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BATANG KUIS

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh SUHARTINI 117032206/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN

ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Suhartini

Nomor Induk Mahasiswa : 117032206/IKM

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing


(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 05 Pebruari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

2. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, SpOG (K) 3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si


(6)

PERYATAAN

PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BATANG KUIS

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2014 Penulis

Suhartini 117032206/IKM


(7)

ABSTRAK

World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut bayi berat lahir rendah, yang merupakan indikator penting dari kesehatan bayi karena berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas bayi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor gizi, merokok, minum kopi, minum teh dan antenatal care terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Matching dilakukan menurut usia, gravida dan paritas, menggunakan model pendekatan waktu retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dengan BBLR dan ibu yang mempunyai bayi tidak BBLR pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Juli 2013 berjumlah 1136 orang. Sampel kasus berjumlah 51 orang dan sampel kontrol berjumlah 153 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berat badan selama hamil paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR dengan OR= 11,206 ( 95 % CI 2,974-42,221) artinya risiko bayi dengan BBLR peluang ibunya dengan berat badan selama hamil ≤ 9 kg 11, 206 kali lebih tinggi dibanding dengan ibu yang kenaikan berat badan selama hamil > 9 kg.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Puskesmas Batang Kuis, agar dapat memantau kesehatan ibu hamil sehingga tidak melahirkan bayi dengan BBLR. Pemantauan dapat dilakukan dengan menganjurkan ibu hamil dalam melakukan ANC selama kehamilan.

Kata Kunci : Gizi, Merokok, Kopi, Teh, Antenatal Care, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


(8)

ABSTRACT

World Health Organization (WHO) defines that a newborn baby with weight less than 2500 grams is called a low birth weight baby, which is an important indicator for a baby’s health because it is closely related to its morbidity and mortality.

The purpose of this analytical observational survey study with matched case control study design was to find out the influence of the factors of nutrition, smoking, drinking coffee, drinking tea and antenatal care on the incident of low birth weight babies. Matching was conducted according to age, gravida and parity using restropective time approach. The samples for this study comprised of 51 mothers in the case group and 153 mothers in the control group.

The result of research showed that the weight gain during pregnancy was the most dominant influenced on the incident of low birth weight with OR = 11,206 (95 % CI 2,974 - 42,221), it meant that the risk of low birth weight baby among mothers with weight gain during pregnancy ≤ 9 kg was 11,206 times higher than those of weight gain > 9 kg.

Deli Serdang District Health Office and Health Center of Batang Kuis Subdistrict are expected to be able to monitor the health of pregnant mothers so they will not give birth to low birth weight babies. Monitoring can be done by suggesting the pregnant mothers to do antenatal care (ANC) during their pregnancy.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak/Ibu:

1. Prof. Dr . dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes, Komisi pembimbing I serta dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan proposal ini.

5. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, SpOG (K) selaku dosen penguji I serta Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Kepala Puskesmas Kecamatan Batang Kuis yang telah membantu dan memberikan izin dalam melakukan penelitian ini.

8. Orang tua tercinta, yang telah memberikan doa, kasih sayang serta motivasi selama penulis menjalankan pendidikan.

9. Teristimewa buat suami dan putraku serta adik yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

10. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat Studi Kesehatan Reproduksi.

Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi kita semua.


(11)

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tesis ini dengan penuh harapan, semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2014 Penulis

Suhartini 117032206/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Suhartini dilahirkan pada tanggal 19 Pebruari 1984 di Batang Serei. Anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan ayahanda Suwito dan ibunda Sumiatik. Menikah dengan Erwin Susilo dan mempunyai seorang putra bernama Hafizh Satria Wihardi.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1 Sugiharjo Kecamatan Batang Kuis tamat tahun 1996, Sekolah menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Bustanul Ulum di Kecamatan Batang Kuis tamat tahun 1999, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Batang Kuis tamat tahun 2002. Pendidikan D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Rumah Sakit Haji Medan dan tamat tahun 2005. Kemudian menyelesaikan pendidikan di Program Studi D-IV Bidan Pendidik di Poltekkes RI Medan dan tamat tahun 2007, Pada Tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu kesehatan Masyarakat minat studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai dengan sekarang

Tahun 2005 bekerja disebuah klinik bidan Praktik Swasta. Tahun 2005 sampai dengan sekarang bekerja di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Haji Sumatera Utara sebagai Pengelola dan Dosen tetap di Prodi D-IV Bidan Pendidik.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Hipotesis ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ... 13

2.1.1 Pengertian ... 13

2.1.2 Klasifikasi ... 14

2.1.3 Masalah-Masalah yang Dapat Terjadi ... 14

2.1.4 Manifestasi Klinis BBLR ... 21

2.1.5 Penatalaksanaan ... 21

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR ... 26

2.2.1 Faktor Gizi ... 26

2.2.2 Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Teh ... 27

2.2.3 Faktor Antenatal Care ... 30

2.3 Landasan Teori ... 32

2.8 Kerangka Konsep ... 33

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1 Data Primer ... 38

3.4.2 Data Sekunder ... 38

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39


(14)

3.5.1 Variabel Penelitian ... 41

3.5.2 Definisi Operasional ... 42

3.6 Metode Pengukuran ... 43

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 43

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 43

3.7 Metode Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

4.1.1 Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis ... 49

4.1.2 Fasilitas di Puskesmas Batang Kuis ... 49

4.1.3 Fasilitas Gedung Puskesmas Batang Kuis ... 50

4.1.4 Fasilitas Sumber Daya Manusia ... 51

4.2 Analisis Univariat ... 51

4.2.1 Karakteristik Responden ... 51

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Item Jawaban Pertanyaan tentang Faktor Gizi ... 53

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 62

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Gizi, Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013... 63

4.3 Analisis Bivariat ... 65

4.4. Analisis Multivariat ... 68

4.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat ... 68

4.4.2 Penentuan Variabel yang Paling Berpengaruh ... 69

BAB 5. PEMBAHASAN ... 71

5.1 Faktor Gizi ... 71

5.1.1 Pengaruh Penambahan Berat Badan Selama Hamil terhadap Kejadian BBLR ... 73

5.2. Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Teh ... 75

5.2.1 Pengaruh Merokok terhadap Kejadian BBLR ... 75

5.2.2 Pengaruh Minum Kopi terhadap Kejadian BBLR ... 77

5.2.3 Pengaruh Minum Teh terhadap Kejadian BBLR ... 78


(15)

5.3.1 Pengaruh Kunjungan ANC Pertama terhadap Kejadian

BBLR ... 80

5.3.2 Pengaruh Kuantitas ANC terhadap Kejadian BBLR ... 81

5.3.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan ANC terhadap Kejadian BBLR ... 82

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

6.1 Kesimpulan ... 85

6.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Perhitungan Besar Sampel menurut Beberapa Variabel yang Diteliti ... 37

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

3.3 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur... 46

4.1 Distribusi Kasus dan Kontrol Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 52

4.2 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Berat Badan Selama Hamil ... 53

4.3 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Zat Besi ... 54

4.4 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Merokok ... 55

4.5 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Minum Kopi ... 56

4.6 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Minum Teh ... 57

4.7 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Kunjungan ANC Pertama ... 58

4.8 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Kuantitas ANC ... 59

4.9 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Kualitas Pelayanan ... 61

4.10 Distribusi Responden Menurut Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 62

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Gizi, Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Faktor Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 64


(17)

4.12 Pengaruh Faktor Gizi, Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Faktor Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskemas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 67 4.13 Pemilihan Kandidat Model untuk Tahap Pemodelan Multivariat ... 68 4.14 Hasil Analisis Multivariat Conditional Logistic Regression Pengaruh

Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian BBLR ... 69


(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 91

2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 100

3. Master Data ... 102

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 114

5. Hasil Statistik ... 120

6. Surat izin survei pendahuluan ... 127

7. Surat Izin Penelitian ... 128

8. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 129


(20)

ABSTRAK

World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut bayi berat lahir rendah, yang merupakan indikator penting dari kesehatan bayi karena berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas bayi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor gizi, merokok, minum kopi, minum teh dan antenatal care terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Matching dilakukan menurut usia, gravida dan paritas, menggunakan model pendekatan waktu retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dengan BBLR dan ibu yang mempunyai bayi tidak BBLR pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Juli 2013 berjumlah 1136 orang. Sampel kasus berjumlah 51 orang dan sampel kontrol berjumlah 153 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berat badan selama hamil paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR dengan OR= 11,206 ( 95 % CI 2,974-42,221) artinya risiko bayi dengan BBLR peluang ibunya dengan berat badan selama hamil ≤ 9 kg 11, 206 kali lebih tinggi dibanding dengan ibu yang kenaikan berat badan selama hamil > 9 kg.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Puskesmas Batang Kuis, agar dapat memantau kesehatan ibu hamil sehingga tidak melahirkan bayi dengan BBLR. Pemantauan dapat dilakukan dengan menganjurkan ibu hamil dalam melakukan ANC selama kehamilan.

Kata Kunci : Gizi, Merokok, Kopi, Teh, Antenatal Care, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


(21)

ABSTRACT

World Health Organization (WHO) defines that a newborn baby with weight less than 2500 grams is called a low birth weight baby, which is an important indicator for a baby’s health because it is closely related to its morbidity and mortality.

The purpose of this analytical observational survey study with matched case control study design was to find out the influence of the factors of nutrition, smoking, drinking coffee, drinking tea and antenatal care on the incident of low birth weight babies. Matching was conducted according to age, gravida and parity using restropective time approach. The samples for this study comprised of 51 mothers in the case group and 153 mothers in the control group.

The result of research showed that the weight gain during pregnancy was the most dominant influenced on the incident of low birth weight with OR = 11,206 (95 % CI 2,974 - 42,221), it meant that the risk of low birth weight baby among mothers with weight gain during pregnancy ≤ 9 kg was 11,206 times higher than those of weight gain > 9 kg.

Deli Serdang District Health Office and Health Center of Batang Kuis Subdistrict are expected to be able to monitor the health of pregnant mothers so they will not give birth to low birth weight babies. Monitoring can be done by suggesting the pregnant mothers to do antenatal care (ANC) during their pregnancy.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini merupakan indikator penting dari kesehatan bayi karena berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas bayi.

World Health Organization (WHO) menyatakan tahun 2011 prevalensi global bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah sebesar 15,5% yang berarti sekitar 20,6 juta bayi lahir setiap tahunnya, 96,5% terjadi dinegara berkembang dengan insiden tertinggi di Asia Tengah 27,1% dan terendah di Eropa sebanyak 6,4%. Pada tahun 2012 prevalensi global bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah sebesar 15%. Sepuluh negara dengan prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) terbesar yaitu Mauritania sebesar 34%, Pakistan sebesar 32%, India sebesar 28%, Nauru sebesar 27%, Niger sebesar 27%, Haiti sebesar 25%, Bangladesh sebesar 22%, Nepal sebesar 21%, Philippines sebesar 21%, Ethiopia sebesar 20% dan 5 negara dengan prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) terendah yaitu Belarus, Montenegro, Turkmenistan dan Ukraine sebesar 4%, dan China sebesar sebesar 3% (WHO, 2012).

Persentasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tahun 2012 di negara Canada sebesar 6,2%. Berdasarkan jenis kelamin persentasi sebesar 5,7% untuk bayi laki-laki dan 6,7% untuk bayi perempuan. Berdasarkan usia ibu sebesar 6,2% usia kurang dari


(23)

20 tahun, 5,8% usia ibu 20-34 tahun dan sebesar 7,6% usia ibu 35-49 tahun (Statistics Canada, 2012).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Penyebab kematian neonatal yaitu Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR (30,3%), Asfiksia (27%), tetanus (9,5%), masalah gangguan pemberian ASI (5,6%), masalah infeksi (5,4%), lain-lain (12,7%). Penyebab kematian bayi diantaranya gangguan perinatal (34,7%), infeksi saluran nafas (27,6%), diare (9,4%), kelainan saluran cerna (4,3%), tetanus (3,4%), kelainan syaraf (3,2%), lain-lain (17,4%). Penyebab kematian balita di antaranya infeksi saluran nafas (22,5%), diare (13,2%), penyakit syaraf (11,8%), tifus (11,0%), kelainan saluran pencernaan (5,9%), lain-lain (35,3%).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia sebesar 11,1% dari 84,4% yang lahir dan ditimbang, sedangkan berdasarkan jenis kelamin yaitu jenis kelamin laki-laki sebesar 9,8% dan perempuan 12,4%, berdasarkan tempat tinggal yaitu diperkotaan sebesar 10,4 % dan di pedesaan 12%, berdasarkan pendidikan yaitu tidak pernah sekolah sebesar 13,7%, tidak tamat SD 15,1%, tamat SD 12,3%, Tamat SMP 10,6%, Tamat SMA 9,4%, Tamat Perguruan Tinggi 7,9%, berdasarkan pekerjaan yaitu tidak bekerja sebesar 12,3%, pegawai 7,8%, Wiraswasta 9,8%, Petani/Nelayan/Buruh 12,9%, lainnya 12,6% (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 jumlah bayi di Indonesia sebanyak 4.699.699 jiwa, neonatal komplikasi termasuk bayi berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 704.955 jiwa, cakupan penanganan neonatal komplikasi


(24)

sebanyak 602 jiwa atau 30%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, persentasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Provinsi Sumatera Utara sebesar 8,2 %, Aceh 11%, Sumatera Barat 6,0%, Riau 9,3%, Jambi 12,4%, Sumatera Selatan 11,4%, Bengkulu 8,7%, Lampung 9,0%, Kepulauan Bangka Belitung 10,4%, Kepulauan Riau 14,1%, DKI Jakarta 9,1%, Jawa Barat 10,9%, Jawa Tengah 9,9%, DI Yogyakarta 9,3%, Jawa Timur 10,1%, Banten 10,3 %, Bali 12,1%, Nusa Tenggara Barat 15,1%, Nusa Tenggara Timur 19,2%, Kalimantan Barat 13,9%, Kalimantan Tengah 18,5%, Kalimantan Selatan 16,6%, Kalimantan Timur 9,3%, Sulawesi utara 3,8%, Sulawesi Tengah 17,6%, Sulawesi Selatan 16,2%, Sulawesi Tenggara 10,4%, Gorontalo 16,7%, Sulawesi Barat 14,9%, Maluku 9,6%, Maluku Utara 17%, Papua Barat 13,5% dan Papua 17,9% (Kemenkes RI, 2011).

Hasil pendataan, pelacakan kasus, dan sistem pelaporan yang dilakukan disarana kesehatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang, angka kematian bayi pada tahun 2007 sebesar 3,09 per 1000 kelahiran hidup, meningkat menjadi 3,11 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008, dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2009 sebesar 3,28 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 angka kematian bayi mengalami penurunan yang sangat berarti yaitu sebesar 2,67 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah neonatal risti/komplikasi di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 yang dihitung berdasarkan estimasi 15% dari jumlah bayi baru lahir sebanyak 5.551 orang. Berdasarkan data yang dilaporkan pada tahun 2010 BBLR di Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan bila dibanding tahun 2009, yaitu dari 172 kasus dari 41.000 bayi yang dilahirkan atau 0,42% menjadi 65 kasus dari 36.639 bayi baru lahir


(25)

yang ditimbang dan dilaporkan atau sebesar 180 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Deli Serdang, 2011).

Data dari Rekam Medis Rumah Sakit Haji Medan didapatkan dari bulan Januari sampai bulan Desember 2012 sebanyak 467 bayi yang dilahirkan dan sebanyak 45 bayi atau 9,63% dengan berat lahir rendah. Kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Haji Medan diakibatkan oleh ketuban pecah dini, Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK), Gemelli, Plasenta Previa, Myoma Uteri, Letak Sungsang, dan Prematur (Rumah Sakit Haji Medan, 2012).

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Selain itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Bila dilihat berdasarkan Kabupaten/Kota, Angka Kematian Bayi terendah dimiliki oleh Kabupaten Karo sebesar 11,50/1000 kelahiran hidup, diikuti Kota Pematang Siantar sebesar 13,70/1000 kelahiran hidup dan Kota Medan sebesar 13,80/1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Mandailing Natal sebesar 41,50/1000 kelahiran hidup, diikuti Kabupaten Labuhan Batu sebesar 35,10/1000 kelahiran hidup dan Kabupaten Asahan sebesar 34,70/1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009).


(26)

Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat gizi meningkat. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu. Kekurangan zat gizi dapat mengakibatkan anemia, abortus, partus prematurus, BBLR, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis. Asupan gizi yang baik selama kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan janin termasuk kesehatan ibu selama kehamilan, persiapan persalinan dan menyusui. Oleh karena itu asupan gizi selama kehamilan tidak boleh diabaikan. Pemenuhan gizi yang seimbang bagi ibu hamil berarti memenuhi panduan makanan yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang seimbang, yaitu yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Dalam setiap kali makan diusahakan harus selalu mengandung zat gizi seimbang. Status gizi ibu hamil dapat dilihat melalui kenaikan berat badan selama hamil yaitu sekitar 10-12 kg, dengan asumsi kenaikan trimester I kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Zat besi juga sangat dibutuhkan selama hamil melalui konsumsi tablet zat besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan, karena pemenuhan zat besi melalui makanan saja tidak mencukupi selama kehamilan (Indrayani, 2011).

Ibu yang merokok selama kehamilan sering mengandung bayi lebih kecil dari pada yang tidak merokok. Ibu yang merokok mempunyai angka lebih besar terhadap ketidakberhasilan kehamilan karena meningkatnya kematian perinatal. Kopi dan teh dapat meningkatkan detak jantung dan metabolisme pada tubuh ibu, yang dapat menimbulkan stress yang nantinya mengganggu perkembangan janin, kopi juga dapat menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa tegang dan mudah


(27)

marah. Kopi berdampak pada janin karena dapat masuk keperedaran darah janin melalui plasenta. Hal ini akan berdampak yaitu keguguran, BBLR, sindrom kematian bayi mendadak, detak jantung meningkat. Teh berbahaya bagi ibu hamil karena beberapa zat yang terkandung dalam teh menyerap zat yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk janinnya dan memberikan efek negatif terhadap kondisi bayi. Terlalu banyak mengkonsumsi teh dapat menyebabkan kelainan zat tanin. Dikhawatirkan ibu yang mengkonsumsi banyak teh ketika hamil akan menderita anemia baik ibu maupun bayinya (Indrayani, 2011).

Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal yaitu untuk menjaga agar ibu sehat selama kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko-resiko kehamilan dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin perinatal. Standart pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (2003) meliputi: pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat, melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas. Melakukan pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan deteksi dini terjadinya komplikasi, pengukuran


(28)

tinggi fundus uteri dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin, molahidatidosa, janin ganda dan hidramnion, melakukan palpasi abdominal setiap kali kunjungan, pemberian imunisasi tetanus toxoid, pemeriksaan HB pada kunjungan pertama dan pada trimester III, memberikan tablet zat besi sebanyak 90 tablet, pemeriksaan urin jika ada indikasi, memberikan penyuluhan tentang perawatan diri, membicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/ keluarga pada trimester III, tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat digunakan, obat-obatan yang diperlukan, dan mencatat semua temuan dalam KMS (Mufdlilah, 2009).

Berdasarkan hasil survei melalui wawancara kepada bidan desa dan bidan praktik swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis jumlah seluruh bayi usia satu tahun yang ada sebanyak 1550 bayi lahir dan ditimbang dan dengan BBLR dari bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 sebesar 3,5%. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 15 orang ibu yang melahirkan didapatkan bahwa 10 orang ibu yang melahirkan dengan BBLR penambahan berat badan selama hamil antara 10-13 kg, sedangkan 5 orang ibu yang melahirkan dengan bayi berat lahir normal penambahan berat badan selama hamil kurang dari 9 kg. Konsumsi tablet zat besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan jarang dilakukan. Selama kehamilan ibu juga tidak pernah merokok akan tetapi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, 5 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal mengatakan bahwa dari sebelum hamil sudah merokok dengan menghabiskan sebanyak satu bungkus rokok setiap harinya. Ibu yang merokok akan mengabsorbsi


(29)

karbonmonoksida kedalam tubuh secara langsung dan akan mengikat hemoglobin. Hemoglobin memiliki kemampuan mengikat karbonmonoksida jauh lebih besar dibanding dengan kemampuannya mengikat oksigen sehingga kapasitas oksigen dalam darah akan berkurang.

Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR mengatakan bahwa mereka jarang mengkonsumsi kopi dan teh selama hamil, akan tetapi dari 5 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal mereka mengatakan sangat suka minum kopi dan teh, dalam sehari minum kopi dan teh sebanyak tiga gelas. Data yang diperoleh dari Puskesmas Batang Kuis tahun 2012 bahwa cakupan kunjungan Antenatal Care K1 mencapai 98,1% dan K4 mencapai 96,01%, cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid 27,28%, persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe sebesar 86% yang berarti telah memenuhi target pencapaian. Hasil wawancara yang telah dilakukan tentang pelayanan antenatal care bahwa kunjungan antenatal tercapai akan tetapi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kurang sesuai dengan standar antenatal care. Pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter dan pemeriksaan protein urin jika ada indikasi masih jarang dilakukan, yang seharusnya dilakukan karena sangat penting untuk menentukan status gizi ibu hamil dan pertumbuhan janin dalam rahim. Pemberian imunisasi tetanus toxoid dan tes penyakit menular seksual juga tidak pernah diberikan disebabkan ibu hamilnya sendiri yang tidak menginginkan tindakan tersebut karena merasa tabu. Pemeriksaan kadar haemoglobin dalam darah yang seharusnya dilakukan pada kunjungan pertama dan kunjungan kehamilan pada trimester III tidak


(30)

pernah dilakukan sehingga banyak ibu hamil yang tidak terdeteksi mengalami anemia.

Kramer (1987) dengan melakukan meta analisis tentang determinan dari Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), menemukan 43 determinan penyebab Bayi Berat Lahir rendah (BBLR) yang dianalisis dari 895 yang diteliti berdasarkan literatur dari tahun 1970 sampai 1984. Penelitian dibatasi pada persalinan pertama ibu yang hidup di daerah pinggir laut dan tidak memiliki penyakit kronis. Faktor yang jarang dan komplikasi pada persalinan dikecualikan. Ke 43 faktor tersebut dikategorikan kedalam faktor genetik, faktor demograpi dan psikologis, faktor obstetrik, faktor gizi, faktor penyakit selama kehamilan, merokok, minum kopi, minum teh dan faktor antenatal care (ANC).

Menurut penelitian Despande Jayant et al (2011) di India daerah pedesaan Barat Maharastra dari 200 kasus yang diteliti tentang faktor-faktor risiko ibu terkait dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) mayoritas kasus dan kontrol memiliki kelompok umur 20-29 tahun, proporsi pendapatan yang rendah, buta huruf, pekerjaan ibu buruh tani, primipara, dan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun. Bayi berat lahir rendah sangat terkait dengan anemia. Faktor risiko yang signifikan diidentifikasi dalam analisis univariat termasuk kehamilan dengan hipetensi, berat badan ibu sebelum hamil <45 kg, tinggi <145 cm, dan perawatan Antenatal Care yang tidak memadai. Sebahagian besar ibu-ibu di daerah pedesaan tidak memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Banyak faktor risiko yang dapat di identifikasi untuk mencegah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebelum kehamilan terjadi. Pendidikan kesehatan, pembangunan sosial ekonomi, gizi ibu hamil, meningkatkan penggunaan


(31)

layanan kehamilan adalah sangat penting untuk mengurangi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Menurut penelitian Irnawati et al (2011) di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin di kota Banda Aceh menyatakan bahwa bayi berat lahir rendah merupakan penyumbang terbesar kematian dan kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat memengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap rokok dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin dalam kandungan. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara ibu hamil perokok pasif berisiko 1,8 kali untuk melahirkan bayi BBLR.

Berdasarkan Latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang”.

1.2Permasalahan

Masih adanya kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan angka kejadian BBLR di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 180 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan cakupan kunjungan antenatal care K1 mencapai 98,1% dan K4 mencapai 96,01% , cakupan imunisasi tetanus toxoid 27,28%, persentasi ibu hamil yang mendapat tablet Fe


(32)

sebesar 86% yang berarti telah memenuhi target pencapaian, untuk maksud tersebut ingin dilihat pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh faktor gizi, merokok, minum kopi, minum teh dan antenatal care terhadap kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

1.4Hipotesis

Ada pengaruh faktor gizi, merokok, minum kopi, minum teh dan antenatal care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan bagi petugas kesehatan khususnya Kepala Puskesmas dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan antenatal care dan Kesehatan Ibu dan Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

2. Bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanan antenatal care dan pelayanan neonatus risiko tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.


(33)

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang kesehatan reproduksi dan pengembangan pengetahuan tentang faktor yang memengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR)

4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor gizi, merokok, minum kopi, minum teh dan antenatal care terhadap kejadian berat lahir rendah (BBLR).


(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Pengertian

World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut bayi berat lahir rendah. Hal ini merupakan indikator penting dari kesehatan bayi karena berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas bayi.

Menurut Pantiawati (2010) definisi bayi berat lahir rendah (BBLR) sebagai berikut:

1. Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259) hari.

2. Term infant atau bayi cukup bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).

3. Post term atau bayi lebih bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan, bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRS) 1000-1500 gram dan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLARS) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram. Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas, artinya bayi lahir cukup bulan (usia


(35)

kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya yaitu tidak mencapai 2500 gram.

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :

1. Menurut Harapan Hidupnya

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram

b.Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram

c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram. 2. Menurut Masa Gestasinya

a. Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). b. Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

2.1.3 Masalah-masalah yang Dapat Terjadi

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Penyakit yang dapat terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan belum matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kehamilan, makin tidak sempurna organ-organnya. Konsekuensi dari anatomi dan


(36)

fisiologis yang belum matang, bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Adapun masalah-masalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Masalah Jangka Pendek

1. Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada pada suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36°C sampai dengan 37°C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberikan pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas. Tanda klinis hipotermia adalah suhu tubuh dibawah normal, kulit dingin dan sianosis.

2. Sindrom Gawat Nafas

Kesukaran pernafasan dapat disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke-35 kehamilan. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan


(37)

tekanan negatif intratiraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat. Adapun tanda klinis sindrom gawat nafas yaitu pernafasan cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi, retraksi substernal dan interkostal.

3. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl. Tanda klinis hipotermia adalah gemetar atau tremor, sianosis, apatis, kejang, apnea intermiten, tangisan lemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum, terdapat gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung.

4. Perdarahan Intrakranial

Pembuluh darah masih sangat rapuh sehingga mudah pecah, perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidermal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.


(38)

Tanda klinis perdarahan intracranial:

a. Kegagalan umum untuk bergerak normal b. Refleks moro menurun atau tidak ada c. Tonus otot menurun

d. Letargi

e. Pucat dan sianosis f. Apnea

g. Kegagalan menetek dengan baik h. Muntah yang kuat

i. Tangisan bernada tinggi dan tajam j. Kejang

k. Kelumpuhan

l. Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung

m. Pada bagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinik satupun.

5. Rentan terhadap Infeksi

Pemindahan substansi kekebalan dari ibu kejanin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Bayi mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang sehingga bayi mudah menderita infeksi.

6. Hiperbilirubinemia

Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk


(39)

belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal 10 mg/dl.

Tanda klinis hiperbilirubinemia:

a. Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning.

b. Letargi

c. Kemampuan mengisap menurun d. Kejang

7. Kerusakan Integritas Kulit

Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktural kulit yang belum matang dan rapuh. Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu lama. Pemakaian plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan atas ikut terangkat (Pantiawati, 2010).

2.1.3.2Masalah Jangka Panjang A. Masalah Psikis

1. Gangguan Perkembangan dan Pertumbuhan

Pada bayi BBLR pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan dengan maturitas otak.


(40)

Penelitian longitudinal menunjukan perbedaan kecepatan bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal. Pada BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan berat lahir normal sampai usia 6,5 tahun.

3. Gangguan Neorologi dan Kognisi

Luaran jangka panjang BBLRS erat berhubungan dengan usia kehamilan dan kelainan neurologi berbanding terbalik dengan derajat imaturitas bayi (ditinjau dari berat lahir atau masa gestasi). Hal ini juga berlaku untuk kognisi abnormal atau IQ rendah, bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yang berhasil melewati masa kritis neonatal tetap beresiko tinggi untuk lambat berkembang dikemudian hari.

4. Gangguan Belajar/ Masalah Pendidikan

Sulit menilai untuk negara berkembang karena faktor kemiskinan juga berperan pada kinerja sekolah. Negara maju seperti Eropa menunjukkan bahwa lebih banyak anak BBLR dimasukan kesekolah khusus.

5. Gangguan Atensi dan Hiperaktif

Merupakan gangguan neurologi, gangguan ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Lebih banyak pada anak dengan berat lahir < 2041 gram. Sering disertai dengan gejala ringan dan perubahan perilaku, paling sering disertai gangguan disfungsi integrasi sensori.


(41)

B. Masalah Fisik

1. Penyakit Paru Kronis

Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama kehamilan dan radiasi udara di lingkungan.

2. Gangguan Penglihatan

Sering kali dikeluhkan gangguan penglihatan meskipun telah diberikan oksigen terapi terkendali. Biasanya retinopathy of prematurity (ROP) ini menyerang bayi BBLR dengan BB<1500 gram dan masa gestasi <30 minggu. Bayi bisa mengalami kebutaan.

3. Kelainan Bawaan (Kelainan Congenital)

Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika ia dilahirkan. Cacat bawaan lebih sering ditemukan pada bayi BBLR dari pada bayi lahir hidup lainnya. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Angka kejadian cacat bawaan meninggi pada bayi sesuai masa kehamilan (SMK) dan kecil masa kehamilan (KMK), sedangkan kejadian yang paling tinggi adalah pada bayi dengan pertumbuhan intrauteri yang terlambat. Penyebab terjadinya kasus kelainan bawaan 60% tidak diketahui, sedangkan sisanya disebabkan oleh lingkungan atau genetik atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Secara umum kelainan struktur dan kelainan metabolisme terjadi akibat hilangnya bagian tubuh tertentu, kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu, kelainan bawaan pada kimia tubuh.


(42)

2.1.4 Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), secara umum gambaran klinis dari BBLR adalah sebagai berikut:

1. Berat kurang dari 2500 gram 2. Panjang kurang dari 45 cm 3. Lingkar dada kurang dari 30 cm 4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm 5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu 6. Kepala lebih besar

7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang 8. Otot hipotonik lemah

9. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea

10. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi lurus 11. Kepala tidak mampu tegak

12. Pernapasan 40-50 kali/ menit 13. Nadi 100-140 kali/ menit.

2.1.5 Penatalaksanaan

A. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam inkubator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban agar bayi dapat mengatur suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan.


(43)

Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembaban relatif, dan aliran udara sehingga produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Menurut Hidayat (2008), cara perawatan bayi dalam inkubator adalah sebagai berikut :

a. Inkubator Tertutup

1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.

2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.

3. Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi.

4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh. 5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.

6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27°C.

b. Inkubator Terbuka

1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi.


(44)

2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan.

3. Membungkus dengan selimut hangat.

4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.

5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.

B. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.

Air susu ibu (ASI) adalah pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup mengisap. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde kelambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberikan makan dalam posisi dipangku.


(45)

Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui Naso Gastric Tube (NGT). Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih rendah.

C. Pencegahan Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofi, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.

Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan kelainan tingkah laku bayi. Perubahan tersebut antara lain: malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekuensi pernafasan meningkat, muntah, diare, dan berat badan mendadak turun. Bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.


(46)

D. Penimbangan Berat Badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

E. Pemberian Oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah yang serius bagi bayi BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi oksigen yang diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box, konsentrasi oksigen yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

F. Pengawasan Jalan Nafas

Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh melalui plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir, dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian BBLR.


(47)

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi BBLR 2.2.1 Faktor Gizi

1. Penambahan Berat Badan Selama Hamil

Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu, dan persediaan laktasi baik untuk ibu maupun janin. Kenaikan berat badan selama hamil adalah sekitar 10-12 kg, dengan asumsi kenaikan trimester I kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg (Proverawati, 2011).

Menurut penelitian Usman (2013) di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Sundari Medan menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu pada trimester I rata-rata sekitar 1 kg pada kelompok umur 20-35 tahun. Pada trimester II kenaikan berat badan ibu berdasarkan kelompok umur relatif sama yaitu sekitar 5 kg. Pada trimester III kenaikan berat badan ibu paling tinggi pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu rata-rata 5,75 kg.

Menurut penelitian Yuliva, et. al (2009) di Rumah Sakit Umum Pusat DR. M. Djamil Padang, pada variabel kenaikan berat badan ibu menunjukkan hubungan yang kurang kuat dengan berat lahir bayi (r=0,326) dan berpola positif artinya semakin besar kenaikan berat badan ibu maka semakin berat bayi yang akan dilahirkan. Hasil uji statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu dengan berat lahir bayi (p=0,000).


(48)

2. Tablet Zat Besi

Selama kehamilan terjadi pembentukan sel-sel yang luar biasa banyaknya, disertai penambahan volume darah. Semua zat gizi berperan dalam proses ini, namun kebutuhan akan asam folat (vitamin B11), kobalamin (vitamin B12), besi, dan seng memerlukan perhatian secara khusus karena memiliki peran yang sangat penting dalam sintesis DNA, RNA, dan sel-sel baru. Sumber besi adalah makanan hewani seperti hati, daging, ayam, ikan, dan telur. Makanan nabati seperti serealia, kacang-kacangan dan hasil olahnya serta sayuran hijau (Almatsier, et.al, 2011).

Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh yang diperlukan untuk hemopoesis, juga untuk metabolisme protein, pertumbuhan tulang, daya tahan tubuh dan mencegah kelelahan. Selama hamil kebutuhan akan zat besi bertambah. Zat besi bagi wanita hamil yang tidak anemia adalah 30 mg ferosus mulai 12 minggu kehamilan. Pada wanita hamil dengan anemia defisiensi zat besi diberikan 60-120 mg/hari. Ibu hamil yang mendapatkan asupan zat gizi cukup pada masa kehamilannya, akan memberkan cadangan zat besi pada bayinya untuk kurun waktu 3 bulan setelah kelahiran (Indrayani, 2011).

2.2.2 Merokok, Minum Kopi, Minum Teh

1. Merokok

Ibu yang merokok selama kehamilan sering mengandung bayi lebih kecil dari pada yang tidak merokok. Ibu yang merokok mempunyai angka lebih besar terhadap ketidakberhasilan kehamilan karena meningkatnya kematian perinatal. Efek tembakau dapat menyebabkan berat plasenta yang rendah, abortus spontan, malforasi


(49)

Kongenital, masalah pernafasan pada bayi baru lahir dan bayi. Ibu hamil merokok sering melahirkan janin yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan. Hal ini berkaitan dengan pengaruh penyebaran karbonmonoksida (CO), nikotin, dan ikatan-ikatan lain yang terdapat dalam rokok serta transpor oksigen didalam janin. Selain itu ada kemungkinan penggunaan energi makanan yang tidak efisien pada ibu hamil yang merokok. Ibu hamil merokok kurang dari enam batang sehari akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) 41% lebih tinggi dari pada ibu hamil yang tidak merokok (Almatsier, et.al, 2011).

Menurut Wibowo (1992) yang mengutip pendapat Atriyanto (2006) merokok saat hamil berhubungan dengan turunnya berat badan bayi saat lahir, dan penurunannya proporsional dengan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian di Montreal dan Puerto Rico mendapatkan bahwa ibu dengan kebiasaan merokok < 10 batang per hari berisiko melahirkan bayi BBLR 1,64 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak merokok, dan pada ibu yang merokok 10-19 batang per hari risiko melahirkan bayi BBLR meningkat menjadi 2,39 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok saat kehamilannya.

2. Minum Kopi

Kopi dapat menyebabkan detak jantung dan metabolisme pada tubuh ibu, yang dapat menimbulkan stress yang nantinya mengganggu perkembangan janin. Kopi juga dapat menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa tegang dan lekas marah. Kafein berdampak pada janin karena dapat masuk kedalam peredaran darah janin melalui plasenta, dampaknya yaitu keguguran, berat lahir


(50)

rendah, sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), detak jantung meningkat. Dianjurkan agar ibu hamil membatasi minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, cola dan minuman ringan lainnya. Sebuah penelitian menunjukan bahwa sedikitnya dua cangkir dapat berisiko keguguran dua kali lipat. Ibu yang mengkonsumsi 71-140 mg melahirkan bayi dengan berat seperempat lebih kecil, jika mengkonsumsi lebih dari 4 cangkir kopi setiap hari dapat menyebabkan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) (Indrayani, 2011).

3. Minum Teh

Teh dikenal sebagai tanaman yang dikenal memiliki banyak manfaat, mulai dari minuman yang segar dan untuk pengobatan. Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman camellia sinensis dengan air panas. Teh merupakan sumber alami kafein. Selain zat tanin teh juga mengandung kafein sekitar 3 % dari berat kering atau 40 mg per cangkir. Kafein tidak hanya terdapat dalam kopi melainkan juga terdapat pada teh, cokelat, minuman bersoda, dan minuman berenergi yang banyak disukai karena menimbulkan rasa segar dan menghilangkan rasa mengantuk (Manganti, 2011).

Teh berbahaya bagi ibu hamil karena beberapa zat yang terkandung dalam teh menyerap zat yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk janinnya dan memberikan efek negatif terhadap kondisi bayi. Seorang ibu hamil membutuhkan suplai gizi yang tinggi baik untuk metabolisme diri sendiri dan untuk asupan gizi janin. Terlalu banyak mengkonsumsi teh dapat menyebabkan kelainan zat tanin. Terlalu banyak zat


(51)

tanin akan bersenyawa dengan zat besi dan membentuk sebuah komponen yang tidak dapat diserap oleh tubuh. Dikhawatirkan ibu yang mengkonsumsi banyak teh ketika hamil akan menderita anemia baik ibu maupun bayinya. Selain itu, teh juga memiliki zat yang mampu memblokir protein, sedangkan protein sangat dibutuhkan oleh ibu hamil dan janinnya (Indrayani, 2011).

2.2.3 Faktor Antenatal Care (ANC)

1. Kunjungan Antenatal Pertama

Waktu terbaik untuk melakukan kunjungan awal pada kehamilan adalah saat wanita tersebut merasakan bahwa dirinya kemungkinan hamil. Biasanya terjadi pada sepuluh minggu kehamilan. Adapun tujuannya adalah untuk mempersiapkan ibu hamil dan keluarganya terhadap kehamilannya, persalinan dan nifas termasuk laktasi, perawatan bayi baik dari segi fisik, psikologi, spiritual dan sosial sebagai suatu hal yang dipandang secara holistik (Indrayani, 2011).

2. Kuantitas Kunjungan

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama dua kali pada triwulan ketiga.

3. Kualitas Pelayanan

Menurut penelitian Wibowo (1992) bahwa kualitas pelayanan antenatal yang paling baik baru mencapai 34,5% dan yang paling buruk mencapai 18 %. Dalam hal ini hanya 34,5 % ibu hamil yang mendapatkan pelayanan yang kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan harapan minimal dalam pedoman pelayanan antenatal


(52)

care. Pemanfaatan pelayanan antenatal yang berkualitas secara bermakna mampu membantu menurunkan kejadian BBLR sebanyak 2,05 kali.

Pelayanan antenatal yang berkualitas meliputi: pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat, melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas secara teratur mempunyai arti klinis penting karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dan berat badan lahir anak, melakukan pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan deteksi dini terjadinya komplikasi, pengukuran tinggi fundus uteri dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin, molahidatidosa, janin ganda dan hidramnion, melakukan palpasi abdominal setiap kali kunjungan, pemberian imunisasi tetanus toxoid, pemeriksaan HB pada kunjungan pertama dan pada trimester III, memberikan tablet zat besi sebanyak 90 tablet, pemeriksaan urin jika ada indikasi, memberikan penyuluhan tentang perawatan diri, membicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/ keluarga pada trimester III, tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat digunakan, obat-obatan yang diperlukan, dan mencatat semua temuan dalam KMS (Mufdlilah, 2009).


(53)

2.3 Landasan Teori

Menurut Kramer (1987) yang dikutip dari Bulletin of the World Health Organization, ada 43 determinan bayi berat lahir rendah yaitu :

1. Faktor genetik meliputi : jenis kelamin, ras/etnis asal, tinggi badan ibu, berat badan ibu sebelum hamil, tekanan darah ibu, tinggi badan dan berat badan ayah, faktor genetik yang lain.

2. Faktor demografi dan psikososial meliputi: umur ibu, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan), faktor psikologi ibu.

3. Faktor obstetrik meliputi: paritas, jarak kelahiran, aktivitas seksual pada trimester III, Intra Uteri Growth Retardation (IUGR), riwayat abortus sebelumnya, abortus yang disengaja, riwayat kehamilan sebelumnya, penggunaan obat dietylbestrol (obat hipertensi).

4. Faktor gizi meliputi: penambahan berat badan selama hamil, intake kalori, aktifitas fisik, intake protein, zat besi, folid acid dan vitamin B12, zink, kalsium, pospor dan vitamin D, vitamin lainnya.

5. Keadaan kesehatan ibu selama hamil meliputi: keadaan kesehatan umum, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi alat genetalia.

6. Terpapar zat meliputi: merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan kopi, penggunaan ganja, jenis narkotik lainnya, penggunaan obat-obatan lainnya. 7. Antenatal Care (ANC) meliputi: kunjungan antenatal pertama, kuantitas

kunjungan, kualitas pelayanan.


(54)

2.4Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas bahwa dalam penelitian ini variabel dependen yang diteliti adalah kejadian BBLR dan variabel independen yang diteliti adalah faktor gizi (penambahan berat badan selama hamil, tablet zat besi), merokok, minum kopi, minum teh) dan faktor antenatal care (kunjungan antenatal pertama, kuantitas kunjungan, kualitas pelayanan), sedangkan variabel lain tidak ditemukan adanya masalah di tempat penelitian.

- Faktor Gizi

1. Penambahan berat badan selama hamil 2. Tablet zat besi 1. Merokok 2. Minum kopi 3. Minum teh

Kejadian BBLR

- Antenatal care 1. Kunjungan antenatal

pertama

2. Kuantitas kunjungan 3. Kualitas pelayanan


(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik observasional dengan desain matched case control study (kasus kontrol berpasangan). Matching dilakukan menurut usia, gravida dan paritas, menggunakan model pendekatan waktu retrospektif. Desain ini dipilih karena dapat digunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh faktor risiko memengaruhi terjadinya penyakit, sesuai untuk penelitian penyakit yang jarang terjadi, dapat menilai beberapa faktor risiko, menunjukkan risiko relatif yang memadai, jangka waktu penelitian relatif singkat. Matching merupakan suatu upaya dimana kelompok kontrol (control) diambil sesuai karakteristik kelompok kasus (case) yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan, usia 20-35 tahun, gravida pertama sampai dengan ke tiga, paritas ke satu sampai dengan ke tiga (Basuki, 2000).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

a. Masih adanya kelahiran bayi berat lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.


(56)

c. Belum pernah dilakukan penelitian tentang bayi berat lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari proses pengajuan judul, pencarian literatur, konsultasi dengan pembimbing, proposal, penelitian, pengolahan data, penyajian data, pembahasan, kesimpulan dan saran. Keseluruhan proses penelitian tersebut dilakukan pada bulan Nopember 2012 – Nopember 2013. Proses penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 6 Juli s/d 5 Agustus 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dengan BBLR dan ibu yang mempunyai bayi tidak BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Juli 2013 berjumlah 1136 orang. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR berjumlah 63 orang dan yang tidak BBLR berjumlah 1073 orang.

3.3.2 Sampel

Kelompok sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu kelompok kasus (case) dan kelompok kontrol (control).

1. Sampel Kasus

Untuk kriteria inklusi pada kasus (case) yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan yang dilahirkan dengan bayi berat lahir rendah (BBLR), usia 20-35 tahun,


(57)

gravida pertama sampai dengan ke tiga, paritas ke satu sampai dengan ke tiga dan bersedia menjadi responden.

2. Sampel Kontrol

Untuk kriteria inklusi pada kontrol (control) yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan yang dilahirkan dengan tidak BBLR, usia 20-35 tahun, gravida pertama sampai dengan ketiga, paritas kesatu sampai dengan ketiga dan bersedia menjadi responden, dimana sebelumnya kelompok control diambil setelah dilakukan matching yang sesuai dengan karakteristik lingkungan kelompok case.

Penentuan besarnya sampel dapat menggunakan rumus Schlesselman (1982) sebagai berikut:

�= ��∝�2

+����

�� −1

2

� � �

2

Keterangan:

n = Besar sampel minimum

Z�/₂ = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada �5 % : 1,96 Z� = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada � 20 % : 0,842 P = Proporsi efek pada kelompok kasus (R/(1+R)


(58)

Maka jumlah populasinya adalah :

Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel menurut Beberapa Variabel yang Diteliti

Variabel OR nnLokasi Referensi

1. Faktor Gizi

- Berat badan selama hamil

4 19 19 India Jayant, D., et. al ( 2011).

- Zat besi 3 29 29 India Jayant, D., et. al (2011).

- Merokok 3 29 29 RSU. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh.

Irnawati., Hakim, M., Wibowo, T (2011).

- Minum kopi 2 76 76 Hospital in Pelotas Southern Brazil

Santos, IS., et. al (1998).

2. Antenatal Care - Kuantitas

kunjungan

2 76 76 Departement of Obstetrics and Gynaecology Lady Wellingdon and Lady Aitchison Hospitals.

Anjum, F., et. al (2011)

Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh besar sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang karena kasus (case) yang ada hanya 63 orang, untuk memenuhi kekurangan kasus maka kontrol diperbanyak dengan perbandingan antara kelompok kasus dan kontrol adalah 1 : 3 dengan pertimbangan kelipatan dari sampel yaitu 152 orang, jadi untuk memenuhi jumlah sampel secara keseluruhan digunakan rumus Schlesselman (1982) sebagai berikut:

�′= �+ 1

2�� � ��

Dimana:


(59)

c = Perbandingan kontrol terhadap kasus n = Besar kasus yang diperlukan

maka:

�′= 3 + 1

2�3 � � 76

` = 51

sedangkan untuk kontrol n=cx�′=3x51= 153 orang, sehingga besar sampel penelitian berjumlah 204 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner yang dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau dokumen yang diperoleh dari data demografi Puskesmas Kecamatan Batang Kuis, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner ini dilakukan pada 30 ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan yang dilahirkan dengan BBLR dan yang tidak BBLR di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan. Kelayakan dalam menggunakan instrument yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas


(60)

dan reliabilitas. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kemaknaan suatu alat ukur (instrument) dalam mengukur suatu pertanyaan, bahwa instumen dikatakan valid, apabila instumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas suatu instumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor tiap item dengan skor total variabel (corrected item total corelation), dengan ketentuan bila nilai corrected item total correlation tiap pertanyaan > nilai r tabel (0,361) pada alpha 5%; df:28, maka dinyatakan tiap item pertanyaan valid dan sebaliknya (Riyanto, 2012).

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini tekhnik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach”s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan harga kritik atau standar reliabilitas. Harga kritik untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Artinya suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien cronbach’s alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2012).


(61)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen N

o Variabel

Corrected Item

Total Correlation Status

Cronbach`s

Alpha Status 1 Faktor Gizi

Berat badan 1 0,695 Valid 0,857 Reliabel

Berat badan 2 0,496 Valid

Berat badan 3 0,576 Valid

Berat badan 4 0,825 Valid

Berat badan 5 0,825 Valid

Tablet zat besi 1 0,673 Valid 0,821 Reliabel Tablet zat besi 2 0,630 Valid

Tablet zat besi 3 0,556 Valid Tablet zat besi 4 0,812 Valid Tablet zat besi 5 0,430 Valid 2 Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Teh

Merokok 1 0,704 Valid 0,761 Reliabel

Merokok 2 0,625 Valid

Merokok 3 0,476 Valid

Minum kopi 1 0,476 Valid 0,785 Reliabel

Minum kopi 2 0,468 Valid

Minum kopi 3 0,670 Valid

Minum kopi 4 0,670 Valid

Minum kopi 5 0,531 Valid

Minum teh 1 0,625 Valid 0,796 Reliabel

Minum teh 2 0,677 Valid

Minum teh 3 0,488 Valid

Minum teh 4 0,373 Valid

Minum teh 5 0,745 Valid

3 Faktor Antenatal Care

Antenatal pertama 1 0,770 Valid 0,809 Reliabel Antenatal pertama 2 0,672 Valid

Antenatal pertama 3 0,500 Valid Antenatal pertama 4 0,529 Valid Antenatal pertama 5 0,542 Valid

Kuantitas kunjungan 1 0,528 Valid 0,783 Reliabel Kuantitas kunjungan 2


(62)

Tabel 3.2 Lanjutan

No Variabel

Corrected Item

Total Correlation Status

Cronbach`s

Alpha Status Banyak kunjungan 3 0,641 Valid

Kualitas pelayanan 1 0,513 Valid 0,868 Reliabel Kualitas pelayanan 2 0,513 Valid

Kualitas pelayanan 3 0,622 Valid Kualitas pelayanan 4 0,566 Valid Kualitas pelayanan 5 0,744 Valid Kualitas pelayanan 6 0,714 Valid Kualitas pelayanan 7 0,684 Valid Kualitas pelayanan 8 0,566 Valid Kualitas pelayanan 9 0,504 Valid

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa seluruh variabel faktor gizi, faktor merokok, minum kopi dan teh serta faktor antenatal care mempunyai nilai corrected item total correlation > 0,361 dan nilai cronbach alpha > 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan variabel valid dan reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen yaitu kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).

3.5.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.


(63)

Variabel independen dari penelitian ini adalah : faktor gizi (Berat badan selama kehamilan (kg), zat besi), merokok, minum kopi dan teh serta antenatal care (kunjungan antenatal pertama, banyaknya kunjungan, kualitas pelayanan).

3.5.3 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel yang diteliti adalah :

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan.

2. Faktor gizi adalah suatu zat- zat yang memengaruhi keadaan ibu selama hamil untuk menghasilkan energi diukur dengan melihat pertambahan berat badan selama hamil dan konsumsi tablet zat besi.

3. Penambahan berat badan selama hamil adalah ibu mengalami peningkatan berat badan selama hamil normalnya ≥10-12 kg selama kehamilan.

4. Tablet zat besi adalah ibu mengkonsumsi tablet zat besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan.

5. Faktor merokok, minum kopi, minum teh adalah suatu kondisi yang menjadi penyebab dan reaksi dari zat-zat/bahan yang berisiko bagi kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan

6. Merokok adalah suatu proses pembakaran tembakau dan menjadi kebiasaan ibu selama hamil.

7. Minum kopi adalah suatu kebiasaan ibu minum kopi selama hamil. 8. Minum teh adalah suatu kebiasaan ibu mengkonsumsi teh selama hamil.


(64)

9. Faktor antenatal care adalah keadaan yang mempengaruhi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu kunjungan antenatal care pertama (pertama kali ibu memeriksakan kehamilannya), banyaknya kunjungan dan kualitas pelayanan. 10. Kunjungan antenatal care pertama adalah Ibu melakukan kunjunagan kehamilan

yang pertama dimulai dari ibu positif hamil sampai usia kehamilan 12 minggu. 11. Kuantitas kunjungan adalah ibu melakukan pemeriksaan kehamilannya minimal

sebanyak 4x selama kehamilan.

12. Kualitas pelayanan adalah pelayanan antenatal care yang sesuai dengan standar.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen

1. Kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat lahir kurang dari normal. Pengukuran kategori BBLR terdiri dari dua yaitu :

Kategori : tidak BBLR = 0, apabila berat bayi ≥ 2500 grm. BBLR = 1, apabila berat bayi < 2500 grm. Skala : Ordinal

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen A. Faktor Gizi terdiri dari :

1. Penambahan berat badan selama hamil, terdiri dari 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 0 dan tidak diberi nilai 1. Kategori : normal = Jika responden mengalami penambahan berat badan


(65)

tidak normal = Jika responden mengalami penambahan berat badan <10 kg selama kehamilan.

Skala : ordinal

2. Tablet zat besi, terdiri dari 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 0 dan tidak diberi nilai 1.

Kategori : normal = 0 = Jika responden mengkonsumsi tablet zat besi 90 tablet

tidak normal = 1 = Jika responden tidak mengkonsumsi tablet zat besi 90 tablet

Skala : ordinal

1. Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Tehterdiri dari :

1. Merokok, terdiri dari 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0.

Kategori : tidak = 0, apabila responden tidak merokok selama hamil ya = 1, apabila responden merokok selama hamil

Skala : ordinal

2. Minum kopi, terdiri dari 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0.

Kategori : tidak = 0, apabila responden tidak mengkonsumsi kopi selama hamil

ya = 1, apabila responden mengkonsumsi kopi selama hamil Skala : ordinal


(66)

3. Minum teh, terdiri dari 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0.

Kategori : tidak = 0, apabila responden tidak mengkonsumsi teh selama hamil

ya = 1, apabila responden mengkonsumsi teh selama hamil Skala : ordinal

2. Faktor Antenatal Care terdiri dari :

1. Kunjungan antenatal pertama, terdiri dari 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 0 dan tidak diberi nilai 1.

Kategori : ya = 0, apabila responden melakukan kunjungan ANC pertama

tidak = 1, apabila responden tidak melakukan kunjungan ANC pertama

Skala : ordinal

2. Kuantitas kunjungan, terdiri dari 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 0 dan tidak diberi nilai 1.

Kategori : sesuai = 0, apabila responden melakukan ANC sesuai standar tidak sesuai = 1, apabila responden tidak melakukan ANC sesuai standar


(67)

3. Kualitas pelayanan, terdiri dari 9 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika ya diberi nilai 0 dan tidak diberi nilai 1, sehingga skor terendah 0 dan skor tertinggi 9.

Kategori : sesuai standar = 0, apabila responden memperoleh total 0-4 tidak sesuai standar = 1, apabila responden memperoleh skor

5-9 Skala : ordinal

Tabel 3.3 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur

Variabel Cara dan

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Dependen

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Wawancara (Kuesioner)

0 = Tidak BBLR 1 = BBLR

Ordinal

Variabel Independen

- Faktor Gizi

1. Penambahan

berat badan selama hamil

Wawancara (Kuesioner)

0 = Normal 1 = Tidak Normal

Ordinal

2. Tablet zat besi Wawancara (Kuesioner)

0 = Konsumsi 1 = Tidak konsumsi

Ordinal - Faktor Merokok, Minum Kopi,

Minum Teh

1. Merokok Wawancara (Kuesioner)

0 = Tidak 1 = Ya

Ordinal 2. Minum kopi Wawancara

(Kuesioner)

0 = Tidak 1 = Ya

Ordinal 3. Minum teh Wawancara

(Kuesioner)

0 = Tidak 1 = Ya


(68)

Tabel 3.3 Lanjutan

Variabel Cara dan

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

- Faktor Antenatal Care 1. Kunjungan

antenatal pertama

Wawancara (Kuesioner)

0 = Ya 1 = Tidak

Ordinal

2. Kuantitas kunjungan

Wawancara (Kuesioner)

0 = Sesuai 1 = Tidak sesuai

Ordinal 3. Kualitas

pelayanan

Wawancara (Kuesioner)

0 = Sesuai standar 1 = Tidak sesuai standar

Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menitik beratkan kepada penggambaran atau deskripsi data yang diperoleh.

2. Analisis Bivariat, yaitu analisis untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen dengan menggunakan uji conditional logistic regression.

3. Analisis Multivariat, merupakan analisis lanjutan untuk mengetahui pengaruh antara variabel indenpenden (faktor gizi, faktor merokok, minum kopi dan teh serta faktor antenatal care) dengan variabel dependen (bayi berat lahir rendah). Analisis multivariat yang digunakan adalah dengan uji conditional logistic regression. Menurut Sastroasmoro (2002) digunakan juga perhitungan odds ratio (OR) untuk mengestimasi tingkat risiko antara variabel.

Bila OR = 1, artinya variabel independen bukan faktor risiko Bila OR > 1, artinya variabel independen sebagai faktor kausatif Bila OR < 1, artinya variabel independen sebagai faktor protektif


(69)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Batang Kuis terletak di Ibu Kota Kecamatan yaitu terletak dijalan Pancasila No. 26 Desa Batang Kuis Pekan Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Kecamatan Batang Kuis terletak pada posisi 35°-41° Lintang Utara dan 41°-46° Bujur Timur, dengan luas wilayah 40-43 Ha pada ketinggian berkisar 4-30 meter diatas laut dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu 2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa 3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Beringin

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan

Wilayah kerja Puskesmas Batang Kuis terdiri dari 11 desa dengan jumlah penduduk 56.778 jiwa dengan 12.031 kepala keluarga. Adapun 11 desa tersebut adalah:

1. Desa Batang Kuis Pekan terdiri dari 12 dusun 2. Desa Baru terdiri dari 5 dusun

3. Desa Paya Gambar terdiri dari 7 dusun 4. Desa Mesjid terdiri dari 3 dusun


(70)

6. Desa Sidodadi terdiri dari 8 dusun 7. Desa Sena terdiri dari 10 dusun

8. Desa Tanjung Sari terdiri dari 11 dusun 9. Desa Sugiharjo terdiri dari 5 dusun 10. Desa Bakaran Batu terdiri dari 3 dusun 11. Desa Bintang Meriah terdiri dari 5 dusun

4.1.1 Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja puskesmas Batang Kuis adalah sebagai berikut :

1. Puskesmas : 1 Buah 2. Puskesmas Pembantu : 4 Buah 3. Posyandu : 46 Buah 4. Posyandu Lansia : 11 Buah 5. Kader aktif : 160 Orang 6. Poskesdes : 7 Buah 4.1.2 Fasilitas di Puskesmas Batang Kuis

Puskesmas Batang Kuis menjalankan semua program didukung oleh berbagai fasilitas fisik, yang meliputi :

1. Gedung puskesmas permanen 2. Sumber daya manusia

3. Obat-obatan 4. Alat-alat kesehatan


(1)

KP 1.466761 .564485 1.00 0.320 .6898793 3.118498

Status Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Log likelihood = -70.216036 Pseudo R2 = 0.0069

Prob > chi2 = 0.3247

LR chi2(1) = 0.97

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 204

Iteration 2: log likelihood = -70.216036

Iteration 1: log likelihood = -70.216036

Iteration 0: log likelihood = -70.216061

. clogit Status KP, group(Pair) or

BykANC 8.52049 3.609598 5.06 0.000 3.714187 19.54634

Status Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Log likelihood = -52.787529 Pseudo R2 = 0.2534

Prob > chi2 = 0.0000

LR chi2(1) = 35.83

Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 204

Iteration 2: log likelihood = -52.787529

Iteration 1: log likelihood = -52.787533

Iteration 0: log likelihood = -52.798053

. clogit Status BykANC, group(Pair) or


(2)

Analisis Multivariat

BykANC 8.674487 5.822473 3.22 0.001 2.327566 32.32851 ANC 8.763901 6.375923 2.98 0.003 2.105864 36.47242 Teh 5.199468 4.050988 2.12 0.034 1.129209 23.94107 ZB 4.009012 2.686444 2.07 0.038 1.078068 14.90832 BBibu 11.20664 7.584198 3.57 0.000 2.97452 42.22153 Status Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] Log likelihood = -19.214485 Pseudo R2 = 0.7282 Prob > chi2 = 0.0000 LR chi2(5) = 102.97 Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 204 Iteration 4: log likelihood = -19.214485

Iteration 3: log likelihood = -19.214485 Iteration 2: log likelihood = -19.214712 Iteration 1: log likelihood = -19.37662 Iteration 0: log likelihood = -20.097564

. clogit Status BBibu ZB Teh ANC BykANC, group(Pair) or

BykANC 2.160386 .6712181 3.22 0.001 .8448229 3.475949 ANC 2.170641 .7275212 2.98 0.003 .7447258 3.596556 Teh 1.648556 .7791159 2.12 0.034 .1215171 3.175595 ZB 1.388545 .6701012 2.07 0.038 .0751705 2.701919 BBibu 2.416507 .6767593 3.57 0.000 1.090083 3.74293 Status Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] Log likelihood = -19.214485 Pseudo R2 = 0.7282 Prob > chi2 = 0.0000 LR chi2(5) = 102.97 Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 204 p < 0.2000 for all terms in model

begin with full model


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

3 90 80

Pengaruh Konsumsi Tembakau Kunyah Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Simalungun Tahun 2013

8 50 146

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

0 49 120

Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir

4 59 53

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupate

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 1 12

PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 TESIS

0 0 19