Syarat Bakteriologis Syarat Kimia

tentang persyaratan kualitas air minum, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 5 NTU Depkes RI, 2002.

b. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli Coliform bakteri tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen Slamet, 2009. E.coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja manusia pada minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapa E.coli disebut sebagai indikator pencemaran pada tinja dibanding bakteri lainnya adalah Chandra, 2005 : a. Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Oleh karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia. b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur walau hanya terdapat 1 kuman dalam 100 cc air dibanding tipe kuman patogen lainnya. c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen lainnya. Universitas Sumatera Utara d. Organisme ini lebih resisitensi terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492MenkesPERIV2010 tentang persyaratan kualitas air minum, bakteri coliform yang memenuhi syarat untuk air minum harus 0 per 100 ml sampel.

c. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa Hg, Aluminium Al, Arsen As, Barium Ba, Besi Fe, Flourida F, Calsium Ca, Mangan Mn , Derajat keasaman pH, Cadmium Cd, dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492MenkesPERIV2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–8,5. Universitas Sumatera Utara Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya Slamet, 2006. 1 Besi Fe Besi atau ferrum Fe adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Titik leleh Fe sebesar 1538 ºC sedangkan titik didihnya sebesar 2861 ºC. Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Adanya Fe dalam air dapat bersumber dari dalam tanah itu sendiri batu-batuan yang mengandung besi ataupun endapan-endapan buangan industri. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak bumi adalah sebesar 5,63 x 10 -3 mgkg, sedangkan kandungan didalam laut sebesar 2 x 10 -3 Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mghari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mgl akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mgl akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. mgl Widowati, 2008. Universitas Sumatera Utara Kadar maksimum Fe yang diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492MenkesPERIV2010 adalah 0,3 mgl. Kadar Fe yang tinggi dalam air menimbulkan rasa, warna kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Fe dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbs. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus Soemirat, 2007. Simpanan Fe yang berlebihan dalam tubuh dapat merusak sel alat pencernaan secara langsung, dalam bentuk hemosiderin dapat menimbulkan hemosiderosis Widowati, 2008. 2 Mangan Mn Mangan adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan sering kali bersifat khronis sebagai akibat dari kelebihan kadar Mn dalam tubuh sehingga dapat mengganggu proses pencernaan. Kadar maksimum Mn yang diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492MenkesPERIV2010 adalah 0,4 mgl. 3 Kadmium Cd Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Tubuh manusia tidak memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun pada manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal, dan penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit Glomerulo- Universitas Sumatera Utara nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur patah tulang-tulang punggung yang multiple. Di Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”. Gejalanya adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki. Kadar maksimum Cd yang diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492MenkesPERIV2010 adalah 0,003 mgl.

2.5. Air Minum Dalam Kemasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

5 47 151

Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Air Minum Kemasan Isi Ulang Yang Dipasarkan di Kota Medan Tahun 2003

1 58 60

Peramalan Banyaknya Jumlah Air Minum Yang Disalurkan Berdasarkan Pelanggan PDAM Tirtanadi Medan Tahun 2009-2010 Dengan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda

0 31 64

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Air Minum Dalam Kemasan pada PT.Tirta Sibayakindo, Berastagi Kabupaten Karo

1 45 80

ANALISIS KUALITAS BIOLOGI, FISIK DAN KIMIA AIR MINUM DALAM KEMASAN DI DAERAH KAMPUS UNEJ

1 49 17

Analisis Kandungan Unsur yang Tercantum dalam Kemasan Air Minum Merk X - Ubaya Repository

0 0 1

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 16

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 7

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 8 35