Observasi Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Observasi Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota

Medan Tahun 2012 Observasi kemasan air minum dalam kemasan gelas dilakukan berdasarkan pedoman pelabelan yang tercantum pada Kepmenperindag No. 705 tahun 2003 tentang Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. Kompenen pelabelan yang diamati antara lain meliputi, nama produk, merek dagang, nama produsen, alamat produsen, volume netto, no. pendaftaran dari Badan POM, bulan dan tahun kadaluarsa, tanda SNI, dan kode produksi. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari semua sampel air minum dalam kemasan gelas yang diobservasi hanya ada satu sampel yang memenuhi seluruh pelabelan yang tercantum di dalam Kepmenperindag No. 705 tahun 2003 tentang Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. Pada delapan sampel yang lainnya terdapat beberapa pelabelan yang tidak tersedia. Nama produk, merek dagang, dan nama produsen pada 9 sampel air minum dalam kemasan gelas sudah mencantumkan merk. Dengan adanya nama produk dan merek dagang, konsumen dapat dengan mudah membedakan, mengenal dan memilih setiap produk. Dan dengan adanya nama produsen, konsumen mengetahui dari mana air minum dalam kemasan tersebut diproduksi dan siapa yang bertanggung jawab dengan produk tersebut. Universitas Sumatera Utara Sembilan sampel air minum dalam kemasan gelas yang diobservasi hanya ada satu sampel yang mencantumkan alamat produsen. Hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang alamat produsen air minum kemasan tidak terpenuhi sehingga apabila ada hal yang tidak memuaskan dari produk, konsumen tidak tahu ke mana akan menyampaikan kritik, saran maupun keluhan. Volume netto telah dicantumkan pada seluruh sampel air minum dalam kemasan gelas yang diobservasi. Nomor pendaftaran dari Badan POM pada 8 sampel telah dicantumkan. Ada satu sampel yang tidak terdapat no. Pendaftaran Badan POM. Hal ini menunjukkan beberapa kemungkinan bahwa produk tersebut belum mendaftarkan dirinya kepada badan POM atau produsen sudah mendaftarkan akan tetapi mendapat penolakan dari badan POM sehingga tidak memiliki no. Pendaftaran badan POM. Dalam hal pendaftaran ditolak karena alasan keamanan, mutu, dan gizi serta label produk. Sembilan sampel air minum dalam kemasan gelas yang diteliti hanya ada dua sampel yang mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa, selebihnya tidak mencantumkan. Waktu kadaluarsa ini merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh konsumen. Hal ini agar tidak terjadi kesalahan mengkonsumsi produk yang sudah kadaluarsa. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang sudah kadaluarsa dapat menyebabkan keracunan karena pencemaran bakteri dalam makanan atau minuman kadalursa tersebut. Makanan dan minuman yang sudah kadaluarsa dikawatirkan akan terjadi adanya pencemaran bakteri. Sehingga akan berbahaya dalam tubuh manusia Universitas Sumatera Utara yang mengkonsumsinya. Barang yang sudah kadaluarsa harusnya tidak dikonsumsi, meski efeknya tidak secara langsung. Keracunan yang terjadi bisa saja sifatnya lambat, atau ada zat-zat lain yang sebetulnya punya masa keamanan yang terbatas, sehingga dapat membahayakan yang orang mengkonsumsinya. Selain masa atau waktu kadaluarsa, mutu kemasan juga berpengaruh terhadap kesehatan produk makanan atau minuman Sulistiyono, 2011. Seluruh sampel air minum dalam kemasan gelas yang diobservasi telah mencantumkan tanda SNI. Hanya ada satu sampel yang mencantumkan kode produksi pada kemasan. Hal ini menunjukkan bahwa produsen kurang peduli akan arti kode produksi tersebut, padahal dengan mencantumkan kode produksi akan mempermudah penanggulangan komplain yang suatu saat terjadi. Kode produksi tidak dicantumkan oleh produsen karena belum siap menanggung kemungkinan kerugian yang setiap saat akan terjadi. Adanya kode produksi akan memungkinkan produsen lebih mudah dalam mengontrol produknya, terlebih bila ada komplain adanya produk yang cacat dan harus ditarik dari pasar. Dengan adanya kode produksi maka tidak semua produk harus ditarik dari pasar tetapi hanya produk yang substandard saja. Selain itu produsen telah pula menjamin hak konsumen untuk mendapatkan produknya dengan aman. Pelabelan menurut PP. RI. No.69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan merupakan setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke Universitas Sumatera Utara dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Tujuan pelabelan ini adalah untuk menciptakan perdagangan yang bertanggung jawab. Sesuai dengan keputusan Badan POM, label pangan harus jelas dan informatif untuk memudahkan konsumen memilih, menyimpan, mengolah dan mengkonsumsi pangan. Kode produksi pangan diperlukan untuk penarikan produk, jika diperlukan. Hal ini diharapkan agar produsen melengkapi pelabelan pada kemasan agar dapat bertanggung jawab terhadap konsumen. Dengan adanya pelabelan, konsumen dapat memilih dengan cermat produk yang tepat untuk dikonsumsi. Pada sampel yang dijumpai di lapangan, pelabelan yang tidak memenuhi syarat terdapat pada kemasan gelas. Akan tetapi beberapa pelabelan pada kemasan kardus mencantumkan apa yang tidak ada pada kemasan gelas. Hal ini menunjukkan bahwa produsen kurang memperhatikan distribusi produk di lapangan yang juga memasarkan sampel per gelas kemasan. Keadaan pelabelan yang tidak lengkap akan berdampak apabila terdapat produk yang tidak memenuhi syarat seperti yang ditemukan pada penelitian YLKI 2010. Pelaporan produk yang tidak memenuhi syarat tidak bisa diidentifikasi karena tidak jelas kode produksi pada kemasan. Sesuai dengan hasil observasi sampel yang tidak memenuhi syarat pelabelan tidak memberikan dampak langsung terhadap kesehatan. Akan tetapi, untuk melindungi konsumen agar tidak salah memilih produk seharusnya pelabelan dalam produk harus dilengkapi sesuai yang tercantum dalam Kepmenperindag No. 705 tahun 2003 tentang Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

5 47 151

Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Air Minum Kemasan Isi Ulang Yang Dipasarkan di Kota Medan Tahun 2003

1 58 60

Peramalan Banyaknya Jumlah Air Minum Yang Disalurkan Berdasarkan Pelanggan PDAM Tirtanadi Medan Tahun 2009-2010 Dengan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda

0 31 64

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Air Minum Dalam Kemasan pada PT.Tirta Sibayakindo, Berastagi Kabupaten Karo

1 45 80

ANALISIS KUALITAS BIOLOGI, FISIK DAN KIMIA AIR MINUM DALAM KEMASAN DI DAERAH KAMPUS UNEJ

1 49 17

Analisis Kandungan Unsur yang Tercantum dalam Kemasan Air Minum Merk X - Ubaya Repository

0 0 1

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 16

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 0 7

Analisis Kadar Fenol Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Botol Plastik Serta Perilaku Pedagang Dalam Menjual Air Minum Dalam Kemasan Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2017

0 8 35