Penerapan Kebijakan di Bidang K3

72 di lingkungan kerja pabrik kelapa sawit, sehingga diperoleh situasi dan kondisi kerja yang lebih kondusif bagi para pekerja.

5.2.2. Penerapan Kebijakan di Bidang K3

Kerugian yang tidak diharapkan dapat dikontrol melalui bermacam usaha yang dapat dilakukan oleh jajaran pimpinan dengan melibatkan karyawan secara aktif. Berikut merupakan tanggung jawab yang penting untuk mencapai suksesnya kebijakan ini: 1. Jajaran Pimpinan Bertanggung Jawab: a. Menyertakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam aspek-aspek kerja, b. Menyebar luaskan komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja sebagai bagian aspek kerja, c. Merencanakan, mengembangkan, menjalankan dan memantau program- program keselamatan dan kesehatan kerja, d. Melakukan tindakan yang efektif untuk menyediakan dan menjaga tempat kerja aman, selamat dan sehat. 2. Karyawan Bartanggung jawab: a. Melakukan pekerjaan dengan cara yang selamat dan juga mendorong rekan kerjanya bekerja selamat, b. Bekerjasama mendukung dan mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat bekerja, 73 c. Melapor danatau mengkoreksi cara kerja, atau keadaan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku, d. Melakukan pekerjaan dengan benar sesuai dengan prosedur. Beberapa hal yang berhubungan dengan SMK3 yang direncanakan di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan adalah: 1. Rekruitmen Rekruitmen yang dilakukan pada para pekerja juga dengan mempertimbangkan pengetahuan calon pekerja terhadap SMK3, calon pekerja akan diuji dengan tata cara penyelamatan diri dari kecelakaan kerja, serta tindakan- tindakan apa yang akan dilakukan oleh calon pekerja jika terjadi kecelakaan kerja atau kebakaran di lingkungan kerjannya. Seluruh hasil uji terhadap kemampuan dan keterampilan terhadap SMK3 akan menjadi bahan pertimbangan untuk manejemen dalam menentukan diterima atau tidaknnya calon pekerja tersebut. 2. Pelatihan dan pendidikan Pendidikanpelatihan yang telah dilaksanakan pada Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan adalah pelatihan tentang manejemen keselamatan dan kesehatan kerja, pencegahan dan pemadam kebakaran, dan pertolongan pertama pada kecelakaan P3K. Pendidikan dan pelatihan ini dilakukan setelah pekerja tersebut telah mengenali peralatan dan lokasi bekerja. Pelatihan-pelatihan tersebut dilaksanakan dengan panduan ahli P2K3 yang didatangkan dari instansi lain. Menurut manual P2K3 Departemen Tenaga Kerja yang merupakan penjabaran dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970. P2K3 74 memiliki sejumlah tata kerja dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan K3 yang meliputi: Audit K3Inspeksi K3, Identifikasi Masalah K3, Manejemen K3 dan Pelaporan. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Apalagi jika dilihat dari latar belakang pendidikan tidak satupun dari mereka yang memiliki spesialisasi bidang K3 atau ahli K3 sehingga tanpa pendidikan atau pelatihan akan sangat sulit untuk menghasilkan tenaga yang terampil. Kurangnya pengetahuan dan penguasaan materi anggota P2K3 mengakibatkan kurangnya wawasan tentang K3 sehingga dapat mempersulit dalam pelaksanaan program kerja P2K3 Anzwar, 1997. Hasil wawancara dengan pekerja diperoleh bahwa efek dari pelatihan yang diikuti sangatlah besar seperti timbulnya kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri, mematuhi jam kerja terutama pada saat bekerja tim yang membutuhkan kekompakan, meningkatnya kesadaran dalam hal menangani pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing. Efek lainnya dari pelatihan adalah semakin meningkatnya kinerja dan efisiensi hal ini ditunjukkan dari semakin bersihnya lingkungan kerja, terutama pada bagian mesin produksi, yaitu ditandai dengan tidak ditemukannya lagi ceceran minyak solaroli di sekitar mesin, bahkan di bagian penumpukan buah tandan segar juga tidak ditemukan serpihan bongkol buah segar. 75 3. Penyuluhan Penyuluhan tentang SMK3 telah dilaksanakan secara berkala di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan, penyuluhan selalu melibatkan seluruh pekerja pabrik, bahkan adakala hanya dihadiri oleh pengambil kebijakan seperti manejer dan supervisior. Seluruh keadaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa kemampuan dan keterampilan pekerja terhadap SMK3 semakin meningkat. 4. Alat Pelindung Diri Rekapitulasi penggunaan alat pelindung diri untuk setiap stasiun kerja tidaklah sama, hal ini disebabkan kesadaran, pengalaman dan tingkat pendidikan pekerja yang berbeda-beda, sehingga pekerja yang belum berpengalaman sangat sulitberat menggunakan alat pelindung diri. Rekapitulasi penggunaan alat pelindung diri seperti tertera pada Tabel 5.6: a. Helm Pelindung Helm pelindung kepala secara umum digunakan pekerja yang berada di lokasi pabrik kelapa sawit, presentasi pemakaian helm ini sangat tinggi sekitar 89,48 berdasarkan wawancara di lapangan diketahui pemakaian helm pelindung kepala ini, sudah menjadi kebiasaan pekerja, di mana helm ini sudah dianggap sebagai topi, helm ini juga digunakan para pekerja ketika pulang ke rumah masing-masing. Namun bagi pekerja yang menggunakan kendaraan roda empat helm tersebut lebih banyak dititipkan di ruang kerja masing-masing. 76 Tabel 5.6. Rekapitulasi Penggunaan Alat Pelindung Diri Berdasarkan Lokasi Kerja Lokasi No Alat Pelindung Diri Jlh Pekerja yang Dianjur kan Lapa ngan Ru ang Mesin Ruang Adminis trasi Pergu dangan Jum Lah yang Mem akai Per sen 1 Helm pelindung 152 72 37 - 27 136 89,48 2 Sarung Tangan 22 5 5 - 6 16 72,73 3 Sepatu boot 12 7 2 - 1 10 63,34 4 Penutup telinga 34 2 21 - 7 30 88,24 5 Kaca mata hitam 6 - - - 6 6 100,00 6 Pelindung Radiasi Komputer 16 - - 10 - 10 62,50 7 Penutup mulut 18 8 2 - 4 14 77,78 8 Pelapis dada 15 6 2 - - 8 53,34 Sumber: Data Primer Olahan 2008 b. Sarung Tangan Sarung tangan pada umumnya digunakan pekerja pada bagian penerimaan tandan buah segar TBS, sortisasi bahan baku, maupun pekerja di boiler, penggunaan sarung tangan ini mencapai persentase 72,73, besar persentase ini diakibatkan masih banyaknya dijumpai pekerja penerima TBS yang tidak menggunakan sarung tangan, dengan alasan menggunakan sarung tangan dapat menghambat kerja, tidak bebas dalam bekerja mengangkat, menurunkan dan serta memindahkan Tandan Buah Segar yang rata-rata berbobot 61 kilogram pertandannya. 77 c. Sepatu Boot Sepatu boot banyak digunakan pekerja pada bidang pengelolaan limbah, penerimaan buah, perebusan buah serta boiler, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada kaki, baik berupa tertindih, terjepit, terendam air limbah genangan. Besar persentase penggunaannya adalah 63,34 . Kecilnya penggunaan ini disebabkan pada pekerja limbah banyak yang kurang menyukai penggunaannya karena dianggap dapat memperlambat proses bekerja, seperti dalam menggali drainase jika menggunakan sepatu boot pergerakan kaki dalam menggali drainase dan kolam penampungan limbah menjadi sangat terbatas. d. Penutup Telinga Penutup telinga secara umum digunakan pekerja pada bagian mesin, daerah pengelasan yaitu daerah yang mengeluarkan suara ribut. Presentase penggunaan penutup telinga ini sebesar 88,34 , sedangkan sisanya responden enggan menggunakan penutup telinga karena arealnya bekerja di kantor pengontrol ruang mesin, dengan tingkat keributan relatif rendah. e. Kaca Mata Hitam Penggunaan kaca mata hitam secara umum hanya digunakan pekerja pada bidang pengelasan. Penggunaan kaca mata hitam ini dapat mencapai tingkat persentase 100. Hal ini disebabkan tingginya tingkat kesadaran pekerja serta pengaruh teknik pengelasan untuk dapat melihat benda-benda metal yang akan dilas memang harus menggunakan kaca mata hitam, jika tidak menggunakan kaca mata 78 hitam material yang akan dilas tidak terlihat, dengan demikian seluruh pekerja pengelasan memiliki kaca mata hitam masing-masing serta memakainya saat bekerja. f. Pelindung Radiasi Komputer Pelindung radiasi komputer secara umum disarankan pada para pekerja yang berhubungan langsung dengan komputer penghasil radiasi. Namun penggunaan pelindung ini relatif rendah sekitar 62,50 , hal ini disebabkan penggunaan pelindung radiasi komputer mengakibatkan layar komputer lebih buram serta resiko dari tidak menggunakan pelindung radiasi tidak nampak secara langsung. Faktor lainnya adalah beberapa pekerja bertugas dengan menggunakan note book, yang secara teknis sudah dipasang alat pelindung radiasi. g. Penutup Mulut Penutup mulut secara umum digunakan pekerja bagian limbah cair dan limbah padat, namun penggunaannya hanya 77,78 . Berdasarkan wawancara, pekerja yang tidak menggunakan penutup mulut merasa terganggu pada saat bicara, serta merasa pengap menggunakannya. Di samping itu juga pekerja sudah tidak merasa asing dengan aroma yang ditimbulkan oleh limbah tersebut, sehingga secara umum para pekerja tersebut tidak merasa terganggu. h. Pelapis Dada Pekerja yang umum menggunakan pelapis dada adalah kurir yang menggunakan sepeda motor, dan perebusan buah. Namun penggunaan alat pelindung diri terendah adalah pekerja ini, hal ini disebabkan alat pelindung diri ini lebih sulit 79 mengenakannya, serta mendatangkan perasaan kurang nyaman di bagian dada dan perut, sehingga banyak pekerja yang memilih tidak menggunakannya. 5. Papan Pengumuman Peringatan Papan pengumuman juga sudah terlihat sejak memasuki areal pabrik yaitu peringatan dilarang merokok dan membuang puntung rokok di sembarang tempat, karena dikhwatirkan dapat menyulut bahaya kebakaran. Demikian halnya anjuran menggunakan baju laboratorium bagi pekerja dan pengunjung yang akan memasuki ruangan laboratorium. Seluruh papan peringatan itu bertujuan untuk memastikan tidak terjadinya kecelakaan kerja di areal Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan tersebut. 6. Penghargaan dan Sanksi Penghargaan selalu diberikan kepada karyawan atau unit yang telah melaksanakan program kerja K3. Karyawan yang sepenuhnya melaksanakan program K3, seperti penggunaan alat pelindung diri sesuai aturan yang telah diprogramkan akan mendapatkan penghargaan, baik berupa liburan singkat, intensif tambahan, peralatan pelindung diri, maupun kenaikan pangkatjabatan. Penilaian tersebut dilakukan secara terbuka dan diumumkan kepada seluruh pekerja. Sehingga dapat menambah semangat para pekerja. 7. Perawatan Peralatan Perawatan peralatan dilakukan secara berkala sesuai dengan keberadaan peralatan tersebut. Peralatan permesinan produksi dilakukan perawatan berkala sekali dalam 3 tiga bulan yang dilakukan oleh tenaga ahli mesin perusahaan, namun untuk 80 perawatan menyeluruh terhadap mesin dilaksanakan 1 kali dalam setahun, perawatan ini umumnya ditangani oleh tenaga ahli mesin yang didatangkan dari kantor pusat sesuai dengan petunjuk mesin. Untuk perawatan mesin-mesin pendukung seperti perebusan, pemisah brondolan buah, ban berjalan dilakukan 1 kali dalam sebulan, perawatan ini sepenuhnya dilakukan tenaga ahli dari pabrik. Sedangkan untuk perawatan peralatan administrasi seperti mesin ketik, komputer, saluran telekomonikasi telepon, handy talki dilakukan sekali dalam tiga bulan, perawatan ini dilakukan tenaga ahli pabrik. Perawatan transportasi secara umum dilakukan sesuai dengan keadaan alat transportasi tersebut, namun untuk perawatanpenggantian oli dilakukan setiap 2500 km, seluruh perawatan tersebut telah dilaksanakan oleh tenaga ahli pabrik.

5.2.3. Pengawasan Kebijakan di Bidang K3