9
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah manfaat untuk: 1.
Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk pengembangan wahana ilmu pengetahuan tentang program Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja SMK3 terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja, serta lokasi kerja yang selalu terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik kelapa
sawit Tanjung Medan Provinsi Riau. 2.
Masyarakat, sebagai informasi tentang program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 yang diterapkan terhadap
pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit serta lokasi kerja yang sering terjadi kecelakaan.
3. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan
penanggulangan penyebab kecelakaan kerja pada pabrik kelapa sawit.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau, meliputi:
1. Komitmen dan Kebijakan; dikelolanya divisi K3 pada Ast Pengendali Mutu.
2. Perencanaan, direncanakannya pelatihanpenyuluhan serta pemberian
penghargaan dan hukuman. 3.
Penerapan, rekruitmen, pelatihan dan pendidikan, penyuluhan, Alat pelindung diri, pengumuman peringatan, penghargaan dan sanksi, perawatan peralatan.
10
4. Pengukuran dan evaluasi, perbaikan kegiatan penerimaan TBS, penerangan.
5. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja SMK3
Masalah keselamatan dan kecelakaan kerja kerja pada umumnya sama tua dengan kehidupan manusia. Demikian juga keselamatan kerja dimulai sejak manusia
bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan kerja, dan dari padanya berkembang pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak berulang
Suma’mur, 1987. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi: struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja K3 merupakan suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur Depnaker RI, 1993. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
11
12
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Di mana sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air, maupun di udara Suma’mur, 1987. Menurut Maimum 2004, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat
dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas
kerja secara optimal, meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan produktivitas kerja maksimum dibutuhkan faktor pendukung
antara lain kesehatan pekerja. Adapun tujuan dari diselenggarakannya upaya kesehatan kerja dalam suatu industri antara lain:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas. 2.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3.
Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien Sama’mur, 1992.
Secara aspek juridis keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat
kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta
13
agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien Soemaryanto, 2002.
Secara aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3 Soemaryanto, 2002.
Menurut Dewi 2006, dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit,
cacat dan kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang
menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja Muhammad, 2005.
Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan
setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen yang disebut SMK3
Soemaryanto, 2002.
14
Menurut Tunggal S.W 1996, Tahapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki beberapa tahapan antara lain:
1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko.
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk barang dan atau jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana
untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, karenanya harus dipelihara dan ditetapkan prosedurnya.
2. Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya
Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi dan pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan
organisasi yang bersangkutan. Manajemen organisasi juga harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.
3. Tujuan dan Sasaran Manajemen
Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan oleh organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai
berikut: a.
Dapat diukur, b.
Satuanindikator pengukuran, c.
Sasaran pencapaian, d.
Jangka waktu pencapaian.
15
4. Indikator Kerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur sebagai
penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian Sistem Manajemen K3.
Kecelakaan yang didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kerugian fisik Physical harm atas orang atau kerusakan atas milik
atau harta benda property. Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak dengan sumber energi kinetik, kimia, dan panas yang melebihi nilai ambang batas.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja Notoadmojo S, 1996.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05MEN1996 disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja K3 adalah suatu
pernyataan tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad
melaksanakan K3, kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.
Untuk pembuktian penerapan SMK3 perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk menteri Pasal 5 ayat 1 PER.05MEN1996.
Unsur-unsur audit SMK3 meliputi:
16
a. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen,
Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap K3 dengan menyediakan sumberdaya yang memadai. Pengusaha dan pengurus
perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 yang diwujudkan dalam:
1. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan
keputusan perusahaan, 2.
Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3,
3. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan K3, 4.
Perencanaan K3 yang terkoordinasi, 5.
Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3. Beberapa hal tentang pembangunan dan pemeliharaan komitmen antara lain:
1. Adanya kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal dan secara jelas
menyatakan tujuan-tujuan K3 dan komitmen perusahaan dalam memperbaiki kinerja K3,
2. Kebijakan yang ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus,
3. Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui
proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja,
17
4. Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga
kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara yang tepat,
5. Apabila diperlukan, kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang
bersifat khusus, 6.
Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut mencerminkan dengan
perubahan yang terjadi dalam peraturan perundangan. b.
Strategi pendokumentasian Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap sistem manajemen dan
harus dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus ditentukan dan didokumentasikan serta
diperbaharui apabila diperlukan. Perusahaan harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif.
Pendokumentasian SMK3 didukung kesadaran tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem kinerja K3. Bobot dan mutu
pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan perusahaan. Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan dalam keseluruhan dokumen yang ada. Perusahaan harus mengatur dan
memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk: 1
Menyatukan secara sistematis kebijakan tujuan dan sasaran K3,
18
2 Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3,
3 Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur,
4 Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan
unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan, 5
Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan.
Perencanaan dan rencana strategi K3 meliputi: 1
Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan risiko K3 yang berkaitan dengan operasi,
2 Perencanaan strategi K3 perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan untuk
mengendalikan potensi bahaya dan resiko K3 yang telah terindentifikasi yang berhubungan dengan operasi,
3 Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses proyek atau tempat
kerja tertentu telah dibuat, 4
Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan K3 sebelumnya,
5 Rencana tersebut menetapkan tujuan K3 perusahaan yang dapat diukur,
menetapkan prioritas dan menyediakan sumber daya.
19
c. Peninjauan ulang disain dan kontrak
Peninjauan ulang disain dan kontrak meliputi: 1
Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan atau
perancangan ulang, 2
Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perancangan,
3 Petugas yang kompoten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi
bahwa perancangan memenuhi persyaratan K3 yang ditetapkan, 4
Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai implikasi terhadap K3 diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau ulang dan
disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum pelaksanaan, 5
Prosedur yang terdokumentasi harus mampu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya K3 tenaga kerja, lingkungan dan masyarakat, di mana
prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu kontrak,
6 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap tinjauan
ulang kontrak oleh personil yang berkompoten, 7
Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat memenuhi persyaratan K3 bagi pelanggan,
8 Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan.
20
d. Pengendalian dokumen
Perusahaan harus menjamin bahwa: 1
Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan,
2 Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan, jika diperlukan dapat direvisi,
3 Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil
yang berwenang, 4
Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu, 5
Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan, 6
Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami. e.
Pembelian Spesifikasi pembelian barang dan jasa meliputi:
1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin spesifikasi
teknik dan informasi lain yang relevan dengan K3 telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli,
2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau jasa
harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan K3 dicantumkan dalam spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan dan standar K3 yang berlaku, 3
Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan K3 dicantumkan
dalam spesifikasi pembelian,
21
4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan terhadap
prosedur kerja perlu dipertimbangkan sebelum pembelian, serta ditinjau ulang sebelum pembelian dan pemakaian sarana produksi dan bahan
kimia, 5
Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian,
6 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih
dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai resikonya, 7
Produksi yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan dengan jelas.
f. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
Keamanan bekerja berdasarkan SMK3: 1
Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses
kerja, 2
Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian,
3 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan
diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas-tugas kerja yang beresiko tinggi,
4 Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko
yang teridentifikasi didokumentasikan,
22
5 Kepatuhan dengan peraturan, standar, ketentuan pelaksanaan diperhatikan
pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja,
6 Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten
dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk,
7 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar
serta dipelihara selalu dalam kondisi layak dipakai, 8
Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku,
9 Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada
proses kerja, 10
Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja
yang telah ditentukan, 11
Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas,
12 Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat pengendalian,
13 Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit
akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran- saran kepada pengurus,
14 Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi,
23
15 Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan kesehatan diidentifikasi
dan dipakai untuk menyeleksi dan penempatan tenaga kerja, 16
Penugasan pekerjaan harus didasarkan pada kemampuan dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja,
17 Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui
daerah-daerah yang memerlukan pembatasan izin masuk, 18
Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan izin masuk, 19
Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis,
20 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus
dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis, 21
Penjadwalan pemeriksaan dan pemeriksaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang
ditetapkan oleh peraturan perundangan standar dan pedoman teknis. g.
Standar pemantauan Standar pemantauan meliputi:
1 Inspeksi tempat kerja dan cara kerja yang dilaksanakan secara teratur,
2 Inspeksi dilakukan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja
yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya, 3
Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa,
24
4 Daftar periksa chek list tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada
saat inspeksi, 5
Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan,
6 Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya,
7 Pemantauan lingkungan tempat kerja dilaksanakan secara teratur dan
hasilnya yang dicatat dipelihara, 8
Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis,
9 Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi,
pemeliharaan, penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai kesehatan dan keselamatan,
10 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten,
11 Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja yang
bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau, 12
Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk
membantu pemeriksaan ini, 13
Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan perundangan,
14 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan
perundangan,
25
15 Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan peraturan
perundangan. h.
Pelaporan dan perbaikan kekurangan Pelaporan dan perbaikan kekurangan meliputi:
1 Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya dan personil perlu
diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap K3, 2
Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan
oleh peraturan perundangan, 3
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan,
4 Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang dilaporkan, 5
Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau ahli K3 yang telah dilatih,
6 Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan
usaha perbaikan, 7
Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan
penyelidikan, 8
Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat terjadinya kecelakaan,
26
9 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah K3
dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya. i.
Pengelolaan material dan pemindahannya, Pengelolaan material dan pemindahannya meliputi:
1 Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai
risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis, 2
Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten, 3
Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual atau mekanis,
4 Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode pencegahan terhadap
kerusakan, tumpahan dan kebocoran, 5
Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa bahan disimpan dan dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku, 6
Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian bahan yang dapat rusak dan kadaluarsa,
7 Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang
aman sesuai dengan peraturan perundangan, 8
Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpanan, penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya yang sesuai dengan
persyaratan peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis,
27
9 Lembar data keselamatan bahan yang komprehensif untuk bahan-bahan
berbahaya harus mudah didapat, 10
Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian bahan-bahan berbahaya,
11 Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku, 12
Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan secara aman bahan-bahan berbahaya,
13 Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya diberi pelatihan
mengenai cara penanganan yang aman, 14
Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten. j.
Pengumpulan dan penggunaan data Pengumpulan dan penggunaan data meliputi:
1 Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan K3, 2
Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan dipelihara pada tempat mudah didapat,
3 Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga
kerahasiaan catatan, 4
Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara, 5
Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan rehabilitasi kesehatan dipelihara,
28
6 Data K3 yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa,
7 Laporan rutin kinerja K3 dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan.
k. Audit SMK3
Audit SMK3 meliputi: 1
Audit SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut
efektif, 2
Audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan independen di perusahaan,
3 Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang
berkepentingan, 4
Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantau untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan.
l. Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan
Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan meliputi: 1
Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan K3 telah dilaksanakan,
2 Rencana pelatihan K3 telah disusun bagi semua tingkatan dalam
perusahaan, 3
Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemajuan dan latar belakang pendidikan,
29
4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan
dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut peraturan perundangan yang berlaku,
5 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan
yang efektif, 6
Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh pelatihan,
7 Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin peningkatan
secara berkelanjutan, 8
Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar tetap relevan dan efektif,
9 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam
pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan K3,
10 Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan
tanggung jawab mereka, 11
Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara
aman, 12
Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara
aman,
30
13 Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua tenaga
kerja, 14
Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur K3,
15 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan
teklimat kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin keselamatan dan kesehatan,
16 Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap
peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan.
2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja