Komite Medik Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu:

2.1 Komite Medik

2.1.1 Pengertian dan tugas komite medik 2.1.2 Jenis dan fungsi komite medik 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja komite medik 2.2 Unit Rawat Inap 2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap 2.2.2 Indikator Utilisasi Rawat Inap 2.2.3 Peranan Komite Medik Terhadap Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap

2.1 Komite Medik

2.1.1 Pengertian dan Tugas Komite Medik

Era globalisasi merupakan suatu era baru yang akan membawa berbagai perubahan di bidang kehidupan. Salah satunya yaitu perubahan di bidang kesehatan.Terbukanya pasar bebas akan berakibat pada tingginya kompetisi di bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini menuntut adanya peningkatan kualitas serta profesionalisme berbagai bidang termasuk di dalamnya mutu pelayanan rumah sakit selain daripada sumber daya manusia yang berkualitas 7 Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 sebagai faktor pendukung terciptanya mutu pelayanan rumah sakit yang baik serta berkualitas Jane, 2001 dikutip dari Purnomo, 2004. Menurut Pasuraman pada masa sekarang ini, ada 5 faktor penentu kualitas Tangible; Assurance, Responsiveness, Reliability dan Empathy pelayanan terkait dengan pencermatan strategi rumah sakit dalam menyikapi nilai-nilai ekonomis yang menjadi perhatian dikalangan masyarakat khususnya dalam hal pelayanan sosial . Oleh karena itu mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit tersebut akan tercapai dan hasilnya akan lebih optimal apabila rumah sakit itu sendiri memiliki suatu wadah atau organisasi yang bertindak sebagai motivator dan bersifat dinamis. Wadah yang bisa dianggap sebagai motivator atau motor penggerak pelayanan rumah sakit adalah komite medik. Komite medik sendiri akan membenahi fungsi pelayanan paripurna melalui kegiatan terarah serta mengarahkan organisasi rumah sakit menuju keunggulan di bidang pelayanan. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.983MenkesSK1992 tanggal 12 Nopember 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum sebagai pengganti keputusan Menteri Kesehatan No.134MenkesSKIV1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum yang menindaklanjuti dengan dibentuknya komite medik di Rumah Sakit yang secara resmi sudah ada dengan dikeluarkannya surat keputusan dari Direktur Jenderal Pelayanan Medik No 81122VII1993 tanggal 3 Juli 1993 tentang petunjuk pelaksanaan kerja penyusunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum, maka bagian atau departemen yang ada Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 di rumah sakit yang secara tradisional didasarkan pada spesialisasi klinis, seperti Bagian Bedah, Bagian Kesehatan Anak, dan lain-lain tidak ada lagi. Pada saaat ini yang ada ialah instalasi, seperti Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, dan lain-lain tempat dimana Staf Medis Fungsional dan staf lain memberikan asuhan kepada pasien Rowland, 1984. Komite medik merupakan bagian dari struktur organisasi rumah sakit dan bertindak sebagai pembina dan pengembang pelaksanaan profesi kedokteran di rumah sakit Yoga, 2003. Badan ini merupakan tempat dimana semua dokter bergabung dalam suatu organisasi resmi yang bertujuan meningkatkan dan menjaga mutu pelayanan medis di rumah sakit. Komite medik menempatkan para dokter ini di dalam kelompok- kelompok spesialisasi yang khas dengan nama SMF Staf Medis Fungsional. Komite medik sendiri terbagi ke dalam subkomite-subkomite dengan tugas-tugas yang seluruhnya akan merangkum fungsi-fungsi yang mereka perlu lakukan. Dalam praktek yang lazim, komite-komite pelaksana ini disebut panitia atau subkomite. Penyebutan seperti ini penting untuk mengingatkan bahwa di RS mereka bekerja untuk suatu organisasi induk yaitu komite medik Rowland, 1984. Berikut ini merupakan hal-hal pokok dari komite medik yaitu: 1. Komite Medik adalah kelompok tenaga medis yang keanggotaannya dipilih dari anggota Staf Medis Fungsional SMF. SMF adalah kelompok dokter yang bekerja di Instalasi dalam jabatan fungsional. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 2. Komite Medik harus ada pada semua kelas rumah sakit umum pemerintah Kelas A, B Pendidikan, B Non Pendidikan, C dan D. Komite Medik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit. Secara struktural, kedudukan Komite Medik setingkat dengan Wakil Direktur di rumah sakit kelas A dan B yang ada jabatan Wadirnya. Komite Medik membawahi seluruh SMF. Pembentukan Komite Medik Rumah Sakit Haji ditetapkan dengan keputusan direktur RS Haji Medan No: 020 SK DIR RSHMVI1999 tanggal 30 Juni 1999 yaitu di dalam struktur organisasi Rumah Sakit Haji Medan bahwa Komite Medik berada di bawah Direktur Rumah Sakit Haji Medan. Bagi rumah sakit yang bukan milik Depkes, maka komite medik ditetapkan oleh pemilik-pemilik atas usul Direktur. Dalam menjalankan tugasnya, komite medik dapat dibantu oleh Panitia yang anggotanya terdiri dari SMF dan tenaga profesi lainnya. Panitia adalah kelompok kerja dalam komite medik untuk menangani masalah-masalah khusus, misalnya panitia rekam medis, panitia farmasi serta terapi, dan lain-lain. Masalah pembentukan panitia sendiri ditentukan oleh direktur. Adapun tugas komite medik di rumah sakit salah satunya membantu direktur dalam hal menyusun, memantau serta mengembangkan program dan standar pelayanan rumah sakit dan pelaksanaannya, membina etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota SMF, mengembangkan program pendidikan dan pelatihan Diklat, mengembangkan program penelitian Yacobalis, 1989. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 Menurut Yoga 2003 bahwa di dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, komite medik perlu dibantu oleh panitia-panitia atau sub-komite dengan tugas dan nama yang khas pula. Jumlah kepanitian atau subkomite tergantung pada kondisi dan kebutuhan dari rumah sakit tersebut, namun ada beberapa sub-komite standar yang sepertinya sudah menjadi standar di setiap rumah sakit. Sub-komite yang sudah umum tersebut adalah : 1 Sub-komite kredensial, 2 Sub-komite keperawatan; 3 Sub-komite Rekam Medis; 4 Sub komite farmasi; 5 Sub-komite akreditasi; 6 Sub-komite etika dan profesi.

2.1.2 Jenis dan Fungsi Komite Medik

Ada belasan atau bahkan puluhan komite dapat dibentuk di rumah sakit. Kebutuhan komite rumah sakit berkaitan erat dengan jumlah dan jenis sesuai dengan kondisi dari rumah sakit, ataupun kebutuhan yang dirasakan oleh para manajemen yang bekerja di sana. Rowland 1984 mengemukakan bahwa alasan umum yang lazim disebut mengapa komite-komite difungsikan di rumah sakit adalah pertama keyakinan bahwa suatu grup yang terbentuk : 1 dari orang-orang yang memiliki talenta yang bervariasi. 2 latar belakang. 3 bidang keahlian yang beraneka ragam bila dibawa ke dalam suatu pekerjaan misalnya, memecahkan masalah, menetapkan tujuantarget suatu tugasfungsi, menetapkan peraturan peraturan organisasi dan melaksanakan kegiatan tertentu akan menghasilkan hasil yang superior. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 Yang kedua adalah alasan-alasan lain yang perlu dicermati. Di antara alasan tersebut adalah fakta bahwa manusia lebih cenderung menerima dan melaksanakan keputusan apapun, bila mereka atau wakil-wakilnya telah ikut serta di dalam proses pengembangan keputusan tersebut. Kecenderungan ini lebih besar dibandingkan bila hal yang diimplementasikan tersebut diberikan begitu saja oleh pihak luar. Alasan ketiga adalah keterkaitan anggota komite terhadap adanya penyebaran difusi tanggung jawab ke banyak orang. Penyebaran tanggung jawab ke beberapa personil adalah lebih menarik apalagi untuk membuat suatu keputusan dari hal-hal yang kurang favorit, atau peraturan yang potensil tidak menyenangkan beberapa kalangan, atau juga keputusan yang potensial beresiko fatal. Tidak banyak orang yang suka dan berani menanggung sendiri suatu resiko yang langsung mengaitkan resiko tersebut dengan reputasi dirinya sendiri. Pekerjaan yang dibagi-bagikan merata dirasakan tidak terlalu menekan Djojodibroto, 1997. Adapun jenis dan fungsi komite yang lazim dapat dilihat di RS antara lain: 1. Komite Etika Profesi. Mereka bekerja melayani program-program pimpinan RS. di dalam memelihara kode etik profesi kedokteran pada khususnya. 2. Sub Komite Keperawatan melakukan pemeliharaan etika keperawatan di seluruh rumah sakit. Anggotanya adalah para staf keperawatan. Program kerjanya lebih berfokus pada urusan-urusan medis ketimbang urusan-urusan manajemen RS sebagai suatu industri jasa. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 3. Sub-Komite Kredensial. Fungsinya dalam hal perekrutan stafpegawai RS yang baru dengan cara melihat kualifikasi, pendidikan, pengalaman, minat dan informasi penting lain-nya. 4. Sub Komite Utilisasi. Berfungsi khusus mencermati efisiensi dan efektifitas utilisasi fasilitas dan perlengkapan RS. Salah satu dari kegiatan komite ini adalah analisa Barber Johnson. 5. Sub-Komite Infeksi Nosokomial adalah komite yang mengarahkan penga wasan bagaimana meniadakan infeksi nosokomial infeksi silang di lingkungan RS atau setidak-tidaknya menanggulangi kasus-kasus serupa supaya supaya tidak terjadi kembali. Kegiatannya terutama adalah melakukan investigasi terhadap teknik asepsis, kebersihan lingkungan, sterilisasi dan mengadakan review teknik-teknik asepsis dan isolasi penyakit menular di kelompok petugas rumah sakit . 6. Sub - Komite Rekam Medis, menangani kegiatan menyeluruh sistem administrasi dan dokumentasi serta pelaporan rekam medis yang dilakukan oleh Sub-bagian Rekam Medis. Di Indonesia Komite RM ini secara fungsional menjadi penghubung di antara kegiatan administratif dengan kegiatan medis melalui manajemen Komite Medik. 7. Sub-Komite Farmasi. Berfungsi sebagai pemelihara prilaku pemakaian obat- obatan dan peralatan medis yang terkait di rumah sakit. Umumnya yang menjadi perhatian adalah pemakaian obat-obatan yang tepat guna tanpa mementingkan monopoli obat-obatan bermerek. Pengontrolan tentang pemakaian obat-obat generik. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 8. Sub-Komite audit medis. Komite ini mengawasi kualitas tindakan medis baik bedah ataupun tidak untuk kemudian dianalisis menurut metodologi ilmiah, dipaparkan secara rutin didepan anggota Komite Medik demi peningkatan mutu pelayanan medis terhadap pasien. 9. Sub-Komite akreditasi RS atau Tim Pengendalian Mutu RS. Program kerjanya adalah khusus sebagai tim yang berusaha menjalankan strategi peningkatan mutu pelayanan baik melalui gerakan TQM ataupun strategi-strategi terpadu bagaimana memberikan rasa puas terhadap pasien pelanggan. Komite ini dapat memfokuskan titik pandangnya mengikuti gerakan peningkatan mutu seperti yang dilakukan oleh Dirjen Yanmed Depkes RI. Pada pelaksanaan di lapangan Komite Pengendalian Mutu biasanya mulai dari kegiatan–kegiatan GKM pada unit-unit kerja di RS Yacobalis,1989.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja Komite Medik

Rowland 1984 mengemukakan bahwa berhasil atau tidaknya komite medik dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari beberapa faktor-faktor pendukung antara lain: 1 Diorganisasikan secara resmi formal. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam pengorganisasian yang nantinya menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan suatu komite meliputi berapa banyak anggota dibutuhkan untuk mengisi kegiatan komite dan bagaimana prosedur pemilihan pemimpin komite dan anggota-anggotanya secara resmi. Apakah semuanya Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 offisial atau ada juga yang ex-officio dan siapa saja yang berhak memberikan suara di dalam suatu sistem pemilihan? Kepada siapa komite akan bertanggung jawab dan memberi laporan-laporan? Berapa sering mereka harus mengadakan pertemuan resmi? Siapa sajakah yang berhak membuat undangan pertemuan? Siapa yang membuat catatan teratur dan kepada siapa hasil pertemuan disampaikan? Apakah komite memerlukan dana pertemuan atau dana pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan? Berapa banyak biaya tersebut diestimasi per periode? Siapa pula yang bertugas membuat agenda dan rancangan pertemuan serta persiapan-persiapannya? Mengenai anggota komite sendiri dipilih oleh administrator rumah sakit dari mereka yang dapat atau menyenangi pola kerja sama dalam tim atau senang bekerja sama dengan orang lain. a. Apa calon anggota komite sudah pernah bekerja sebelumnya di dalam komite? Bila ‘ya’ apakah masukannya di sana konstruktif dan bermanfaat? b. Secara umum apakah anggota ini memiliki jaringan persahabatan yang baik dengan sesama anggota di rumah sakit? c. Bila ada pertentangan, dapatkah calon ini secara jernih melihat kausanya secara objektif? d. Apakah calon anggota ini dapat berpikir secara tajam dan kritis? e. Dapatkah calon anggota ini menyampingkan kepentingan diri sendiri di dalam tugas-tugas mencermati penyebab semua masalah yang umumnya akan dihadapi? Dengan demikian sistem pengorganisasian telah jelas dan resmi menjalankan tugas- tugasnya. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 2 Memiliki tugas-tugas yang jelas dan tertulis Hal-hal yang terkait dalam hal ini meliputi apa maksud dan tujuan serta tugas tanggung jawab komite secara jelas dan tertulis dimana hal tersebut seharusnya disosialisasikan, apa tanggung jawabnya, apa tugas khususnya dan apa target-nya. Semuanya perlu diuraikan dalam surat penugasan. Pemilihan siapa yang patut menjadi kepala, siapa yang menjadi anggota, tergantung sangat pada korelasi dan dedikasi, talenta anggota terhadap tujuan dari komite itu sendiri. Selain itu kebutuhan komite juga perlu diperhatikan terkait dengan kebutuhan. Apakah komite satu-satunya cara terbaik untuk menghasilkan tujuan organisasi? Bila jawabnya ‘ya’, apakah komite baru perlu dibentuk atau apakah pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sama baiknya oleh komite yang sudah terbentuk lain-nya? Ataukah masalah yang ingin dicapai cukup diperoleh dengan hanya satu atau beberapa konferensi antar sesama mereka yang terkait? Hal lain yang menjadi faktor pendukung keberhasilan nantinya yakni fungsi komite sendiri. Apa titel komite dan untuk apa komite yang baru dibentuk ini kelak? Apakah komite administratif yang ditugaskan merancang dan mengadakan semacam peraturan-peraturan atau prosedur? Atau menjadi komite penasihat, komite penyelidik, komite sosialisasi, atau komite untuk mengkoordinasi? Apabila tugas, kebutuhan serta fungsi komite secara tertulis jelas maka keabsahannya dapat diterima sehingga setiap bagian dari komite dapat berfungsi sebagaimana mestinya Mendagri, 2002. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 3 Memiliki pemimpin yang kompeten dan berdedikasi Salah satu faktor pendukung keberhasilan komite adalah karakteristik dari pemimpin komite yang kompeten dan berdedikasi. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan seorang pemimpin atau manajer. Sebagai seorang pemimpin, yang menyadari dirinya pada posisi sedang memimpin suatu komite, sering merasakan ada tekanan dari suasana yang berlangsung. Pertama bila pada kelompok persidangan anggota komite terjadi suatu komunikasi yang acak-acakan tidak teratur, sehingga buah pikiran jadi terlantar, tidak tersalurkan kecuali para peserta terbiasa dengan suasana bekerja sama seperti itu. Kedua bila pemimpin rapat itu sendiri tidak mengerti sepenuhnya tentang kebutuhan dari kelompoknya sehingga disana ada semacam suasana yang berbahaya. Ia dapat bertindak terlalu demokratis atau kadang-kadang terlalu kaku. Hal ini mengakibatkan amarah ataupun frustrasi terhadap sesama anggota komite. Ketiga, bila komunikasi tersendat sama sekali dan kelompok-kelompok menjadi berang atau frustrasi, jalan satu-satunya yang dapat diharapkan pemimpin adalah membuat satu keputusan melalui proses pemungutan suara voting. Voting tidak selamanya baik, karena pada kondisi seperti itu para minoritas memang akhirnya terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh kelompok mayoritas. Masalah yang timbul kemudian adalah perasaan tidak puas pada kelompok minoritas, ketika mereka cenderung tetap bertahan dan menganggap bahwa pandangan mereka tidak diindahkan dengan pencermatan yang cukup. Kondisi seperti ini dapat diramalkan Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 sukar memperoleh komitmen sepenuh hati terhadap keputusan terahir yang telah disetujui. Kecakapan pemimpin group sangat dibutuhkan bila pemimpin ingin membersihkan perkembangan negatif yang tidak dikehendaki. Bila pemimpin rapat adalah seorang senior, sebenarnya ia dapat menggunakan kredibilitas ini untuk mengendalikan pertemuan. Hal ini sepertinya akan baik-baik saja di dalam kasus pertemuan berbentuk penyebaran informasi dimana pemimpin membuat kontribusi mayoritas terhadap materi yang dibahas. Ia adalah sumber utama dari informasi tersebut dan tugasnya memang terutama sebagai pemapar. Aransemen ini tidak akan begitu sukses bila pertemuan membahas mengenai suatu kebijakan dimana diharapkan partisipasi aktif dari semua anggota, dimana mereka dapat mempertanyakan hal-hal yang kurang jelas ataupun menambahkan hal-hal yang sebelumnya terlupakan. Di dalam suatu pertemuan yang berbau pengembangan, atau pemecahan suatu masalah, bagaimanapun, pemimpin rapat tidak dipandang bijaksana bila lebih menonjolkan apa yang ia lihat sangat penting di atas pandangan anggota komite lain. Alasannya karena pada pertemuan tersebut ia seharusnya tergantung secara optimal pada partisipasi ide-ide yang konstruktif pada pertemuan tersebut. Di dalam kasus seperti ini, suatu pendekatan yang “tidak langsung” menekankan pengarahan, adalah lebih baik karena menciptakan iklim pertemuan, dimana individu dapat mengekspresikan pandangan-pandangan mereka tanpa perasaan takut akan dikucilkan. Yoga, 2003. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu faktor pendukung terhadap mulus tidaknya kerja suatu komite adalah gaya kepemimpinan, oleh karena itu sebagai pemimpin komite harus mengetahui situasi, kondisi maupun hal-hal yang akan dijumpai pada saat kepemimpinannya baik yang bersifat internal maupun eksternal. 4 Menjalankan suatu sistem dokumentasi tentang kegiatan dan mengerti tujuan- tujuan atau target kerja yang ingin dipenuhi Gaspersz, 2005 Tetapi komite-komite sebaliknya akan gagal bila anggota yang digabungkan pada suatu komite tidak dipilih secara arif, mereka tidak memiliki tugas dan tujuan komite yang jelas, bila anggota tidak diberikan orientasi yang cukup tentang fungsi komite, anggota tidak melihat manfaat dari tujuan komite itu sendiri, bila pertemuan dianggap cukup untuk dihadiri saja dan bila agenda serta persiapan pada setiap pertemuan tidak dipersiapkan dengan cukup rapi Rowland, 1984 2.2 Unit Rawat Inap 2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap