Sarana Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Sebagai kegiatan unggulan Rumah Sakit Haji mengadakan banyak kegiatan “on the job training” OJT yang mengundang pelatih ahli baik dari luar ataupun intern rumah sakit. Kegiatan tersebut kemudian menjadi intesif yang akhirnya mengundang kehadiran tim–tim dari rumah sakit lain untuk bergabung melaksanakan kegiatan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan GKM, pelatihan Peningkatan Kualitas Pelayanan, pelatihan Administrasi Rekam Medis tingkat dasar, pelatihan pelayanan UGD, Barber Johnson. Kegiatan pelatihan tersebut telah banyak memberi manfaat juga terhadap kelompok-kelompok kerja di rumah sakit Haji Medan. j. Fasilitas Keamanan Satpam dan perparkiran Bagian keamanan RS Haji memiliki tugas ganda karena selain mengamankan rumah sakit dari kemungkinan gangguan tamu tak diundang, tugas perparkiran juga dilaksanakan secara bersamaan. Bagian Pengamanan juga bertugas menjadi pelopor pemadam kebakaran seandainya di sana terjadi bahaya kebakaran.

k. Sarana Pelayanan Rawat Jalan

Unit rawat jalan umumnya beroperasi di setiap hari kerja umum tetapi mereka tutup pada hari besar dan hari minggu. Pada kasus spesialisasi, karena intensitas pelayanan mereka juga tidak terlalu banyak, hari buka poliklinik SMF tersebut diatur beroperasi pada hari-hari tertentu pada setiap minggunya. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008

a. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Data pasien rawat jalan dan rawat inap pasien umum dan Gakin Keluarga Miskin, tahun 2004-2006. Rawat Jalan Rawat Inap No. Tahun Umum GAKIN Umum GAKIN 1. 2004 43.044 128 5.555 150 2. 2005 50.286 3.889 7.800 1.208 3. 2006 55.356 11.854 9.173 2.791 Dari data di atas dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah pasien dari tahun 2004 ke tahun 2005 cukup drastis yang dibarengi adanya pelayanan Askeskin Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin. Pada tahun 2004 rawat inap pasien umum 5.555 dan tahun 2005 menjadi 7.800, dimana jumlah rawat inap pasien masyarakat miskin tahun 2004 berjumlah 150 dan pada tahun 2005 meningkat drastis menjadi 1.208. Pada tahun 2006 juga mengalami peningkatan jumlah pasien umum rawat inap dari 7.800 menjadi 9.179 dan pasien masyarakat miskin Gakin juga mengalami peningkatan yang cukup besar dari 1.208 menjadi 2.791. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 b. Prestasi tahun 2004 – 2006 per Indikator Statistik Barber Johnson dan registrasi pelayanan Medis. Tabel 4.3. Beberapa indikator efektifitas dan efisiensi utilisasi sarana RS Haji Medan No Jenis Pelayanan Indikator Pelayanan Thn 2004 Thn 2005 Thn 2006 1 Pasien Masuk Rawat Inap 5.626 7.805 9.188 2 Pasien Keluar Rawat Inap 5.555 7800 9.173 3 Kunjungan Rawat Jalan 43.044 50.444 55.526 4 BOR 64 97,87 73,17 5 LOS Hari 5 6 7 6 BTO kali 41 56 37 7 TOI Hari 3 1 2.48 8 GDR permill ‰ 60‰ 67‰ 76‰ 9 NDR permill ‰ 30‰ 37‰ 39‰ Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikan rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan BOR - Bed Occupancy Rate dari 64,30 thn 2004; 97,87 thn 2005 dan 73,17 pada tahun 2006. Rasio normal dari BOR berkisar di angka 60 sd 85 . Dapat diterangkan bahwa kenaikan angka rasion BOR tahun 2005 menjadi 97,9 adalah indikator peledakan angka pasien yang luar biasa pada suatu rumah sakit, Tetapi angka seperti itu dianggap harus segera diatasi dengan cara menambah fasilitas tempat tidur di unit rawat inap. Bila penambahan unit tempat tidur tidak ditambah, peningkatan BOR di atas 90 justru membahayakan mutu rumah sakit karena terlalu padat hunian. Kondisi tersebut dipantau oleh rumah sakit melalui Sub Komite Audit Medis yang membaca kondisi BOR sudah berlebihan. Sebagai follow up RS Haji membangun saran tambahan yaitu dengan menambah jumlah tempat tidur untuk mengurangi populsi psien yang terlalu padat. Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 Pada tahun 2006 penambahan sejumlah tempat tidur di unit rawat inap RS Haji dari 135 menjadi 250 tempat tidur, sedikit menyeimbangkan BOR di tingkat 73,17 . Semua informasi tentang kondisi ini digunakan sepenuhnya oleh Komite Medik RS Haji untuk memberi usulan pada Direktur supaya menindak lanjuti dengan tindakan yang tepat memperbaiki keadaan. Informasi selanjutnya yang dapat dibaca dalam kelompok Barber Johnson ALOS, TOI dan BTO cukup menguatkan interpretasi bahwa RS Haji telah beroperasi efektif dan efisien dalam kondisi yang baik yaitu LOS dalam rentang yang normal begitu juga TOI. BTO yang berfungsi menyatakan berapa kali suatu tempat tidur secara rata-rata dipakai dalam periode 1 tahun, menunjukkan bahwa unit rawat nap RS haji telah beroperasi secara efektif dan efisien. Angka di atas 40 sebenarnya sudah cukup membuktikan frekuensi pemakaian tempat tidur rata-rata dalam 1 tahun cukup baik. Angka GDR Gross Deth Rate dan NDR Nett Death Rate adalah cukup wajar menurut rata-rata nasional dengan catatan bahwa angka GDR berada dalam kondisi di puncak. Artinya bahwa angka kematian pasien secara gabungan tanpa memperhitungkan sudah berapa lama mereka dirawat, cukup tinggi menurut ukuran nasional. Ketika hal ini dipertanyakan dengan beberapa staf Rekam Medis di RS Haji, ada kesan bahwa banyak pasien yang dibawa dan meninggal di RS Haji karena dibawa dengan kondisi yang sudah cukup parah ataupun sebenarnya adalah kiriman dari rumah sakit lain yang sudah merasa tidak mampu merawat pasien. Dari informasi ini dapat diterima kesan bahwa sebenarnya RS Haji selalu menjadi rujukan dari Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008 pasien yang berpenyakit cukup berat. Ini adalah indikator bahwa Rumah Sakit Haji telah memiliki nilai positioning yang cukup dapat dipercaya baik oleh pihak pasien maupun oleh pihak rumah sakit rujukan.

l. Model strategi pengembangan