Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu faktor pendukung terhadap mulus tidaknya kerja suatu komite adalah gaya
kepemimpinan, oleh karena itu sebagai pemimpin komite harus mengetahui situasi, kondisi maupun hal-hal yang akan dijumpai pada saat kepemimpinannya baik yang
bersifat internal maupun eksternal. 4 Menjalankan suatu sistem dokumentasi tentang kegiatan dan mengerti tujuan-
tujuan atau target kerja yang ingin dipenuhi Gaspersz, 2005 Tetapi komite-komite sebaliknya akan gagal bila anggota yang digabungkan
pada suatu komite tidak dipilih secara arif, mereka tidak memiliki tugas dan tujuan komite yang jelas, bila anggota tidak diberikan orientasi yang cukup tentang fungsi
komite, anggota tidak melihat manfaat dari tujuan komite itu sendiri, bila pertemuan dianggap cukup untuk dihadiri saja dan bila agenda serta persiapan pada setiap
pertemuan tidak dipersiapkan dengan cukup rapi Rowland, 1984
2.2 Unit Rawat Inap 2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap
Unit rawat inap adalah suatu kelompok sarana dan prasarana yang khusus melayani pasien sebagai pasien rawat mondok karena kebutuhan pelayanan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif untuk kondisi kesehatan mereka. Rumah sakit di Indonesia mulai dari yang terkecil umumnya memiliki unit rawat inap
dengan jumlah tempat tidur yang diperhitungkan cukup memadai melayani kebutuhan pasien rawat mondok di daerah mereka Hardiman, 2002.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Pelayanan unit rawat inap sedikit berbeda dengan pelayanan unit rawat jalan berdasarkan asuhan keperawatan yang lebih intensif. Pada prinsipnya hanya pasien
yang memerlukan pengawasan perawatan dan pengobatan yang konsisten 1 x 24 jam yang dirawat-inapkan oleh rumah sakit. Pada pasien diberikan sarana tempat tidur,
makan, minum, pelayanan keperawatan, pelayanan pengobatan dokter, pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya.
Unit rawat inap sering dibagi dalam kelas-kelas pelayanan bervariasi berdasarkan kebutuhan masyarakat yang memerlukan sesuai dengan kemampuan
mereka membayar fasilitas yang lebih baik. Secara prinsip semua pelayanan rumah sakit diberikan dalam mutu yang serupa sekalipun kelasnya lebih rendah karena yang
berbeda hanyalah kebutuhan-kebutuhan unik yang diminta oleh mereka yang mampu membayar semua pelayanan ekstra.
2.2.2 Indikator Utilisasi Rawat Inap
Salah satu indikator utilisasi rawat inap adalah dengan menggunakan statistik
Barber Jhonson. Berikut ini adalah model statistik Barber Jhonson: Pelayanan unit rawat inap dengan statistik ini diukur melalui kualitasnya berdasarkan rasio
pemakaian dari fasilitas tempat tidur yaitu BOR Bed Occupancy Rate yang tersedia
secara berimbang. Disebut berimbang apabila rasio pemakaian tempat tidur oleh pasien yang ada sekitar 60 sd 85 .
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Average of Length of Stay ALOS
Turn Over Interval TOI
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
30
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
30
Daerah Effisien
B O
R 7
5
BO R 5
B O
R 7
B O
R 8
B O
R 9
BTO 30
BTO 20
BTO 15
BTO 12,5
Gambar 2.1. Pola Dasar Grafik Barber Johnson sebagai model visualisasi indikator efisiensi utilisasi unit rawat inap rumahsakit
.
Bila angka BOR misalnya berada di bawah 60 , ruang rawat inap dianggap memiliki jumlah tempat tidur yang berlebihan. Angka BOR yang melebihi rasio
85 juga dianggap tidak baik dan dianggap kekurangan jumlah tempat tidur.
TOI Turn Over Interval yang berarti interval berapa hari rata-rata seluruh
tempat tidur kosong sebelum dihuni kembali oleh pasien yang berikutnya. Angka yang dianggap baik untuk TOI adalah 1 sd 3 hari tempat tidur kosong sebelum diisi
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
kembali. Angka TOI yang berkepanjangan artinya bahwa fasilitas tempat tidur terlalu lama kosong. Indikasinya bahwa rancangan fasilitas yang ada tidak efektif terpakai
dibandingkan kebutuhan realistis dari suatu rumah sakit.
Angka ALOS Average Length of Stay atau lama rata-rata seorang pasien
tinggal di rumah sakit. Oleh KARS angka ini ditetapkan sebagai 3 sd 5 hari sebelum pasien pulang. Angka ALOS yang normal tersebut secara teoritis dapat
menggambarkan bahwa kualitas perawatan unit rawat inap rumah sakit adalah baik efektif dan efisien. ALOS yang tinggi sering dikaitkan dengan buruknya kualitas
pelayanan perawatan dan pengobatan yang ada di rumah sakit. Perusahaan pelanggan yang membayar biaya pelayanan rawat inap pasien tanggungannya tidak menyukai
hari pelayanan rawat inap yang berkepanjangan.
Bed Turn Over BTO adalah jumlah rata–rata berapa orang semua tempat
tidur pernah dipakai oleh pasien dalam rentang relatif per tahun. Jumlah yang terlalu sedikit dianggap kurang memadai sementara jumlah yang terlalu tinggi melebihi
50xtahun dianggap fasilitas ruang rawat inap terlalu padat, sehingga terburu-buru
memulangkan pasien karena ada pasien lain yang antri Djemadi, 1998. 2.2.3 Peranan Komite Medik Terhadap Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap
Untuk menuju keunggulan pelayanan, maka dibutuhkan suatu wadah atau badan yang tergabung dalam suatu organisasi rumah sakit dan memiliki kegiatan
terarah yang bersifat sebagai motivator terhadap pelayanan rumah sakit yang bersifat dinamis. Wadah tersebut adalah komite medik. Komite ini akan membenahi fungsi
pelayanan paripurna dirumah sakit disertai kegiatan terarah Trisnantoro, 1998.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Adapun peranan komite medik terhadap utilisasi rawat inap adalah dengan adanya kegiatan terarah dari wadah ini diharapkan mutu pelayanan profesi akan
meningkat dan apabila wadah ini tanggap dalam persaingan mutu maka penampilan rumah sakit, antisipasi kebutuhan serta kualitas pelayanan lebih optimal dan hal ini
dapat dipantau melalui peningkatan rasio hunian utilisasi unit pelayanan rawat inap Firmansyah, dikutip dari www. digilib. unair.ac.id.
Diharapkan bahwa dengan adanya peningkatan mutu yang disepadankan oleh komite medik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
unit rawat inap, maka tingkat utilisasi unit pelayanan rawat inap akan semakin meningkat dari waktu ke waktu Griffin, 1998.
Amruddin: Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian