Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

(1)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN

TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

T E S I S

Oleh

MURNI DEWI MARGARETHA TAMPUBOLON 097032012/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF PATIENT’S SOCIO-DEMOGRAPHIC, PSYCHOLOGICAL FACTORS AND HEALTH SERVICE FACTORS ON THE USE OF DENTAL

AND MOUTH CLINIC AT BUHIT HEALTH CENTER, PANGURURAN SUBDISTRICT, SAMOSIR DISTRICT

T H E S I S

By

MURNI DEWI MARGARETHA TAMPUBOLON 097032012/IKM

MAGISTER OF PUBLIC STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN

TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MURNI DEWI MARGARETHA TAMPUBOLON 097032012/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN

TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

Nama Mahasiswa : Murni Dewi Margaretha Tampubolon Nomor Induk Mahasiswa : 097032012

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 29 September 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

2. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D 3. drg. Nevy Yanti, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN

TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2011

MURNI DEWI MARGARETHA TAMPUBOLON 097032018/IKM


(7)

ABSTRAK

Kesadaran masyarakat masih rendah untuk berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut Puskesmas di Kabupaten Samosir. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, salah satu puskesmas yang rendah pemanfaatannya adalah Puskesmas Buhit dengan jumlah kunjungan rata-rata 20,9 orang per bulan pada tahun 2009 dan 21,6 orang per bulan pada tahun 2010.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Buhit, sebanyak 15.960 orang. Sampel sebanyak 81 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor sosiodemografi (pekerjaan), psikologis pasien (persepsi tentang penyakit dan persepsi tentang pelayanan) serta faktor penyedia pelayanan kesehatan (ketersediaan obat dan peralatan medis) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut. Variabel persepsi tentang penyakit memiliki pengaruh yang terbesar.

Disarankan kepada Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir untuk meningkatkan promosi tentang kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus melalui media siaran radio, brosur/leaflet, spanduk, posyandu dan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Memperbaiki manajemen waktu buka dan membuat kartu rencana perawatan gigi serta melengkapi alat dan bahan seperti alat pembersih karang gigi (scaller) dan bahan tambalan gigi. Dokter Gigi dan Perawat Gigi perlu memperbaiki sikap (keramahan, kesopanan), meningkatkan kompetensinya, serta meningkatkan rasa peduli dengan mengunjungi wilayah kerja puskesmas sehingga dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut.


(8)

ABSTRACT

Public awareness is still low for a visit to the tooth and poly dental and mouth of Health Center in Samosir District. Based on the profile of Samosir District Health Office, one of the health center are not yet optimal utilization is Buhit Health Center with the number of visits an average of 20.9 people per month in 2009 and 21.6 people per month in 2010.

The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of sociodemographic factors, psychological patient factors and health care providers factors on the utilization of poly dental and mouth of Buhit Health Center, Pangururan subdistrict, Samosir District. The population of this study were all of the 15,960 who visited the Buhit Health Center and 81 of them were selected to be sample through simple random sampling technique The data for this study were obtained through interviews using questionnaires. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression test at α = 5%.

The result of this study showed that statistically the sociodemographic factors (occupation), psychological patient factors (perception of illness and perceptions of service) and health care provider factors (availability of medicines and medical equipment) had significant influenced on the utilization of poly dental and mouth. The variable of perception about the disease was the greatest influence.

It is recommended to the Health Center and Buhit Samosir District Health Office to increase the dental and oral health promotion continuously by broadcast media, brochures / leaflets, banners, integrated service post (posyandu) and involve religious leaders and community leaders. Improving load time management and make dental care plan card, and it should complement purifier tartar (scaller) and patched dental materials in Poly Dental and Oral. Dentists and Dental Nurses need to improve their attitude (friendliness, politeness), increase competence, and increasing a sense of caring by visiting the health center working area so it can encourage people to take advantage of Dental and Oral Poly services.


(9)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu


(10)

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan drg. Nevy Yanti, M.Kes selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

7. Kepala Puskesmas Buhit beserta staf yang telah berkenan memberikan kesempatan melakukan penelitian dalam penyelesaian tesis pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(11)

9. Ayahanda St. Drs. M. Tampubolon, M.S dan Ibunda G br. Marbun atas segala jasanya sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.

10 Suami tercinta dr. H. Siahaan, M.Kes serta anak-anak: Stephani Siahaan, Davita Siahaan dan Mauritz Siahaan dan adik-adik tersayang yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2011 Penulis

Murni Dewi Margaretha Tampubolon 097032012


(12)

RIWAYAT HIDUP

Murni Dewi Margaretha Tampubolon, lahir pada tanggal 15 Februari 1971 di Medan, anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda, St. Drs. M. Tampubolon, MS dan Ibunda G br. Marbun.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan dasar di Sekolah Dasar St. Antonius V / VI Medan, selesai Tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama di SMP Trisakti Medan, selesai Tahun 1987, Sekolah Menengah Atas di SMA St. Thomas 1 Medan, selesai tahun 1990, dan Fakultas Kedokteran Gigi di USU Medan, selesai Tahun 1996.

Mulai bekerja sebagai dokter gigi PTT di Puskesmas Hutabaginda Tarutung, tahun 1997 sampai tahun 2000, dokter gigi PTT di Puskesmas Situmeang Habinsaran Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2000 sampai tahun 2004. Dokter gigi fungsional di Puskesmas Hutabaginda tahun 2004 sampai tahun 2008, dokter gigi fungsional di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir tahun 2008 sampai tahun 2011 dan dokter gigi fungsional di Puskesmas Pasar Merah Kotamadya Medan, Juli 2011 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2009 hingga saat ini.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 10

2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 13

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Ulang... 19

2.2 Persepsi ... 21

2.3 Perilaku ... 23

2.3.1 Definisi Perilaku... 23

2.3.2 Aspek-aspek Perilaku ... 24

2.3.3 Perilaku Konsumen ... 26

2.3.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi Perilaku ... 28

2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat ... 30

2.4.1 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ... 32

2.4.2. Tugas Tenaga Kesehatan Gigi di Puskesmas ... 33

2.4.3. Pelayanan Poli Gigi dan Mulut ... 34

2.5 Landasan Teori ... 37

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39


(14)

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2. Sampel ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Data Primer ... 42

3.4.2 Data Sekunder ... 43

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 45

3.6 Metode Pengukuran ... 47

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 47

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 48

3.7 Metode Analisis Data ... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 51

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

4.2 Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 54

4.2.1 Faktor Sosiodemografi ... 54

4.2.2 Faktor Psikologis ... 58

4.2.3 Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan... 62

4.3 Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit . 67 4.4 Analisis Bivariat ... 68

4.4.1 Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 69

4.4.2 Hubungan Faktor Psikologis dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 71

4.4.3 Hubungan Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 72

4.5 Analisis Multivariat ... 73

BAB 5. PEMBAHASAN ... 76

5.1 Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 76

5.2 Pengaruh Faktor Sosiodemografi terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 76

5.2.1 Pengaruh Umur terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 77


(15)

5.2.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan

Mulut di Puskesmas Buhit ... 79

5.2.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 81

5.2.4 Pengaruh Penghasilan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 83

5.2.5 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 84

5.3 Pengaruh Faktor Psikologis Pasien terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 86

5.3.1 Pengaruh Persepsi tentang Penyakit terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 86

5.3.2 Pengaruh Persepsi tentang Pelayanan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 90

5.4. Pengaruh Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 92

5.4.1 Pengaruh Sikap Petugas Medis terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 92

5.4.2 Pengaruh Ketersediaan Obat dan Peralatan Medis terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 96

5.5 Pemanfatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 98

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 101

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

6.1 Kesimpulan ... 102

6.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Kunjungan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Tahun 2010 6 3.1 Distribusi Sampel menurut Desa ... 42 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 48 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 49 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Penduduk

Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Buhit Tahun 2011 ... 52 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Puskesmas Buhit Tahun

2011 ... 53 4.3 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Buhit Tahun 2011 ... 53 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas di Puskesmas Buhit

Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 55 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Buhit

Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 56 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Buhit

Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 57 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Penyakit di

Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 59 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Penyakit Gigi dan

Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 60 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan di

Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 61 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan di

Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 61 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Medis di Puskesmas


(17)

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Medis di Puskesmas

Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 65 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Obat dan Peralatan

Medis di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 66 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Obat dan Peralatan

Medis di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 67 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi dan

Mulut di Puskesmas Buhit ... 67 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut

Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 68 4.17 Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan

Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 70 4.18 Hubungan Faktor Psikologis dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di

Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 71 4.19 Hubungan Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan

Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 72 4.20 Analisis Regresi Berganda Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan

Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. ... 13

2.2 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. ... 16

2.3 Determinan Perilaku Manusia ... 29

2.4 Landasan Teori. ... 37


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 108

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 113

3 Uji Univariat dan Bivariat ... 118

4 Hasil Uji Regresi ... 142

5 Surat Izin Survei Pendahuluan ... 145

6 Surat Izin Penelitian ... 146

7 Surat Selesai Melaksanakan Penelitian ... 147

5. Dokumentasi Penelitian ... 154

6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155


(20)

ABSTRAK

Kesadaran masyarakat masih rendah untuk berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut Puskesmas di Kabupaten Samosir. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, salah satu puskesmas yang rendah pemanfaatannya adalah Puskesmas Buhit dengan jumlah kunjungan rata-rata 20,9 orang per bulan pada tahun 2009 dan 21,6 orang per bulan pada tahun 2010.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Buhit, sebanyak 15.960 orang. Sampel sebanyak 81 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor sosiodemografi (pekerjaan), psikologis pasien (persepsi tentang penyakit dan persepsi tentang pelayanan) serta faktor penyedia pelayanan kesehatan (ketersediaan obat dan peralatan medis) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut. Variabel persepsi tentang penyakit memiliki pengaruh yang terbesar.

Disarankan kepada Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir untuk meningkatkan promosi tentang kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus melalui media siaran radio, brosur/leaflet, spanduk, posyandu dan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Memperbaiki manajemen waktu buka dan membuat kartu rencana perawatan gigi serta melengkapi alat dan bahan seperti alat pembersih karang gigi (scaller) dan bahan tambalan gigi. Dokter Gigi dan Perawat Gigi perlu memperbaiki sikap (keramahan, kesopanan), meningkatkan kompetensinya, serta meningkatkan rasa peduli dengan mengunjungi wilayah kerja puskesmas sehingga dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut.


(21)

ABSTRACT

Public awareness is still low for a visit to the tooth and poly dental and mouth of Health Center in Samosir District. Based on the profile of Samosir District Health Office, one of the health center are not yet optimal utilization is Buhit Health Center with the number of visits an average of 20.9 people per month in 2009 and 21.6 people per month in 2010.

The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of sociodemographic factors, psychological patient factors and health care providers factors on the utilization of poly dental and mouth of Buhit Health Center, Pangururan subdistrict, Samosir District. The population of this study were all of the 15,960 who visited the Buhit Health Center and 81 of them were selected to be sample through simple random sampling technique The data for this study were obtained through interviews using questionnaires. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression test at α = 5%.

The result of this study showed that statistically the sociodemographic factors (occupation), psychological patient factors (perception of illness and perceptions of service) and health care provider factors (availability of medicines and medical equipment) had significant influenced on the utilization of poly dental and mouth. The variable of perception about the disease was the greatest influence.

It is recommended to the Health Center and Buhit Samosir District Health Office to increase the dental and oral health promotion continuously by broadcast media, brochures / leaflets, banners, integrated service post (posyandu) and involve religious leaders and community leaders. Improving load time management and make dental care plan card, and it should complement purifier tartar (scaller) and patched dental materials in Poly Dental and Oral. Dentists and Dental Nurses need to improve their attitude (friendliness, politeness), increase competence, and increasing a sense of caring by visiting the health center working area so it can encourage people to take advantage of Dental and Oral Poly services.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang tersebut merasa bahwa nilai kesehatan itu sangat berharga dan tidak dapat ditukar dengan nilai apapun, salah satu diantaranya adalah penyakit gigi dan mulut. Perawatan gigi dan mulut apabila dapat dirawat sedini mungkin dan efisien, sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya. Pembangunan kesehatan bertujuan mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhnya yang sehat jasmani dan rohani. Ruang lingkup kesehatan masyarakat mencakup seluruh aspek kehidupan, baik kesehatan fisik, mental maupun kesehatan sosial (Depkes RI, 2009).

Hasil Susenas (1998), menunjukkan bahwa dari 1,3% dari penduduk yang mengeluh sakit gigi (potential demand) hanya 13 % berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (effective demand for dental care). Di antara yang mengeluh, 35,5 % berobat ke Puskesmas, 25,2 % ke dokter gigi dan 17,8 % ke tenaga kesehatan, selebihnya berobat ke fasilitas kesehatan lainnya (Depkes RI, 2000).

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut diderita oleh 90% masyarakat Indonesia dengan kategori progresif artinya bila tidak dirawat/diobati akan makin parah dan bersifat irreversible


(23)

yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali (Depkes RI, 2006). Keadaan ini menunjukkan penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih tinggi dan kebutuhan akan perawatan gigi penduduk Indonesia (dental treatment needs) masih besar.

Azwar (1996), menyatakan peningkatan derajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan (needs) dan permintaan (demands) perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran dapat terpenuhi. Kebutuhan dan permintaan ini terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut dewasa ini menyebabkan jumlah kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga masih rendah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut, dokter gigi sebaiknya memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dan dipahami. Beberapa faktor yang dapat menghambat masyarakat untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah takut akan rasa sakit, waktu perawatan yang lama, rasa tidak nyaman dan biaya /ekonomi yang tinggi (Depkes RI, 2004).

Penelitian Budisuari (2003), mengungkapkan bahwa pemanfaatan poli gigi di Puskesmas Jatirejo masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi Puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut sebesar 4% dari jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas. Demikian juga hasil penelitian Sinaga (2007), di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar menunjukkan bahwa rendahnya kunjungan ulang pasien gigi dan mulut disebabkan


(24)

oleh beberapa faktor yaitu, 80% tingkat pengetahuan pasien rendah dan 41,70% pasien kurang percaya serta 66,70% pasien sesuai dengan diagnosa dokter gigi (evaluated need) harus berkunjung ulang ternyata tidak berkunjung ulang.

Menurut Jacobalis (2000), bahwa tingkat pendidikan turut menentukan seseorang untuk berpersepsi semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan dan semakin kritis seseorang terhadap kebutuhannya akan pelayanan kesehatan. Begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan seseorang, maka semakin rendah juga pemahamannya tentang kebutuhannya akan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian Manurung (2007), di Kota Pematangsiantar yang mengungkapkan prevalensi karies gigi masih cukup tinggi (97,2%). Evaluated need dan perceived need masyarakat berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi serta evaluated need menunjukkan hubungan yang lebih kuat dibandingkan perceived need. Menurut Donabedian dan Dever dalam Notoatmodjo (2005), evaluated need dan perceived need masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi faktor sosiodemografis, sosiopsikologis dan faktor penyedia pelayanan kesehatan. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan ditentukan faktor predisposisi atau pemungkin (predisposing factor), faktor-faktor pendukung (enabling factor) dan faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor).


(25)

Situmorang (2001), mengungkapkan masalah kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kualitas hidup individu dengan terganggunya fungsi fisik, fungsi psikis dan fungsi sosial. Masalah ini menjadi isu penting sejalan dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk usia lanjut dengan harapan tercapainya hidup sehat sampai tua (healthy years of life).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang rendah terkait dengan beberapa faktor. Menurut Donabedian dalam Dever (2005), beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor sosiokultural, faktor organisasional dan faktor yang berhubungan dengan konsumen (consumer factors). Faktor yang berhubungan dengan konsumen adalah kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need) serta faktor yang berhubungan dengan produsen (provider factors), yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan.

Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada Puskesmas menunjukkan fenomena yang memengaruhi tercapainya hidup sehat. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001, gambaran pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada Puskesmas rata-rata 5 orang perhari sedangkan target nasional pemanfaatan Puskesmas sebanyak 9 orang perhari dan pemanfaatan rumah sakit umum kelas B rata-rata kunjungan sebanyak 23 orang perhari sedangkan target nasional sebanyak 65 orang perhari (Depkes RI, 2001).


(26)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 rata-rata 11 orang perbulan atau 0,5 orang perhari pada Puskesmas, sedangkan pemanfaatan poliklinik gigi untuk rumah sakit umum kelas B rata-rata 12 orang perhari (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2010).

Jumlah Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Samosir sebanyak 11 Puskesmas. Data laporan Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dari seluruh puskesmas yang dirangkum di Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, ditemukan bahwa salah satu puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut yang rendah adalah Puskesmas Buhit. Jumlah kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut Tahun 2009 sebanyak 285 orang 0,94% dari 30.178 jumlah penduduk (rata-rata 20,9 orang perbulan) di wilayah kerja Puskesmas Buhit. Dengan demikian terlihat bahwa jumlah pasien yang berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit belum mencapai target yang telah ditetapkan yang merupakan target nasional, yaitu sebesar 4% (Puskesmas Buhit, 2010).

Gambaran yang menunjukkan rendahnya pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ditunjukkan oleh jumlah kunjungan pasien selama tahun 2010 sebanyak 259 orang dari jumlah penduduk sebanyak 30.178 jiwa (rata-rata 0,86 orang perhari), dengan demikian persentase kunjungan hanya 0,83%. Perincian jumlah kunjungan setiap bulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(27)

Tabel l.1. Jumlah Kunjungan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2010

Bulan Jumlah Kunjungan Trend Kunjungan

Januari 23 -

Pebruari 21 -9.52

Maret 18 -16.67

April 16 -12.50

Mei 24 33.33

Juni 19 -26.32

Juli 31 38.71

Agustus 17 -82.35

September 22 22.73

Oktober 18 -22.22

November 24 25.00

Desember 26 7.69

Rata-rata 21,6 -3,8

Sumber: SP2TP Puskesmas Buhit, 2011.

Tabel 1.1. di atas menunjukkan jumlah kunjungan pasien ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit mengalami penurunan terbesar pada bulan Juli-Agustus, yaitu sebesar 82,3%. Peningkatan kunjungan terbesar pasien Poli Gigi dan Mulut terjadi pada bulan April–Mei, yaitu sebesar 33,33%.

Survei awal untuk menggali penyebab fenomena tersebut, dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Puskesmas Buhit. Hasil survei menunjukkan bahwa masalah sosiodemografi yang terkait dengan kunjungan pasien ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang rendah diakibatkan pendidikannya juga rendah serta penghasilan yang kurang mencukupi untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Dari survei awal juga ditemukan bahwa persepsi pasien tentang rasa sakit (perceived illness) akibat adanya gangguan gigi dan mulut belum mendukung


(28)

untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut sebagai suatu kebutuhan yang dirasakan (perceived need). Berdasarkan temuan survei awal tersebut diduga rendahnya kunjungan terkait dengan faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit sebagai penyedia pelayanan kesehatan.

Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit sebagai sarana kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan gigi di wilayah kerja puskesmas, lokasinya tidak jauh dari pemukiman penduduk sehingga cukup mudah ditempuh dengan kenderaan pribadi dan angkutan umum. Sedangkan sarana pelayanan lainnya seperti: praktek dokter gigi, Poli Gigi dan Mulut rumah sakit cukup jauh dari tempat tinggal penduduk sehingga sulit untuk menjangkaunya.

Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit, seperti: peralatan untuk cabut gigi, penambalan gigi, pembersihan karang gigi dan obat-obatan yang cukup untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit gigi dan mulut secara umum. Dalam pelayanannya didukung oleh tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan kedokteran gigi maupun keperawatan gigi yaitu dokter gigi 1 orang dan perawat gigi sebanyak 2 orang.

Gambaran Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit yang telah memenuhi syarat seharusnya dapat mendukung peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Keberadaan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Buhit.

Pemanfaatan kembali pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas untuk kunjungan pasien lama menunjukkan manfaat yang telah dirasakan terhadap


(29)

pelayanan rawat jalan Puskesmas, sementara kunjungan pasien baru menunjukkan minat pasien saat ini untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas.

Jumlah pasien baru gigi dan mulut untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut yang berkunjung yang mengalami penurunan menunjukkan rendahnya minat pasien dalam memanfaatkan Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Sarana pelayanan kesehatan dikatakan dimanfaatkan apabila pasien melakukan kunjungan berulang. Menurut Depkes RI (2004) frekuensi kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan seperti Poli Gigi dan Mulut puskesmas minimal sekali 6 bulan atau 2 kali dalam setahun.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan antara lain: menambah tenaga perawat gigi, pelatihan-pelatihan bagi petugas, melengkapi sarana dan prasarana pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, namun upaya tersebut belum dapat meningkatkan jumlah kunjungan pasien lama maupun baru di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit.

Minat masyarakat yang rendah dalam memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut perlu diteliti di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui ”Pengaruh Faktor Sosiodemografidan Psikologis Pasien Serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”


(30)

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien sertafaktor

penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

1.4 Hipotesis

Faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan gigi dan mulut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dalam manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Donabedian dalam Notoatmodjo (2005), pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan). Pemanfaatan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektifitas pelayanan tersebut. Hubungan antara keinginan sehat dan pernyataan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks.

Donabedian dalam Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor - faktor yang dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Faktor Sosiokultural a. Teknologi

Kemajuan teknologi dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, dimana kemajuan dibidang teknologi disatu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti transplantasi organ, penemuan organ-organ artifisial, serta kemajuan dibidang radiologi. Sedangkan disisi lain kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai vaksin untuk pencegahan penyakit menular akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan.


(32)

b. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.

Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. 2. Faktor Organisasional

a. Ketersediaan Sumber Daya

Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat, tanpa mempertimbangkan sulit ataupun mudahnya penggunaannya. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Akses Geografis

Akses geografis dimaksudkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasinya atau menghambat pemanfaatan, ini ada hubungan antara lokasi suplai dan lokasi klien, yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh, atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak dihubungkan dengan akses geografis dari pada pemakaian pelayanan kuratif sebagai mana pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin hebat suatu penyakit atau keluhan, dan semakin canggih atau semakin khusus sumber daya dari pelayanan, semakin berkurang pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan.


(33)

c. Akses Sosial

Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya, sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.

d. Karakteristik dari stuktur perawatan dan proses

Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter tunggal, praktek dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya membuat pola pemanfaatan yang berbeda.

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan). Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan.

Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) ini dipengaruhi oleh:

a. Faktor sosiodemografis yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan).

b. Faktor sosiopsikologis terdiri dari persepsi, dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter.


(34)

4. Faktor yang berhubungan dengan produsen.

Faktor yang berhubungan dengan produsen, yaitu faktor ekonomi konsumen tidak sepenuhnya memiliki referensi yang cukup akan pelayanan yang diterima, sehingga mereka menyerahkan hal ini sepenuhnya ketangan provider. Karakteristik provider, yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Model pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Dever dalam Notoatmodjo (2005), dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Sumber : Dever dalam Notoatmodjo (2005)

2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan akan meningkatkan penerimaan

Sociocultural factors Organizational factors Consumer – Provider Interaction

Consumer Factors - Sociodemographic - Sociopsyhological - Epidemiological

Perceived Evaluated Provider Factors

Utilization Need


(35)

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan membuka peluang hubungan yang harmonis antara pemberi jasa dan konsumen, memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan dan membentuk rekomendasi promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan pemberi jasa (Peter et al, 2000).

Keputusan konsumen untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Green dalam Notoatmodjo (2005), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu :

a) Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.

b) Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi, keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.


(36)

c) Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2005), yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan tergantung pada :

1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristic)

Karakteristik predisposisi menggambarkan fakta bahwa individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni : a) Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota

keluarga.

b) Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama, kesukuan. c) Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan kesehatan.

2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic)

a) Sumber daya keluarga (family resources) meliputi penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan.


(37)

b) Sumber daya masyarakat (community resources) meliputi jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana., ketercapaian pelayanan dan sumber-sumber yang ada didalam masyarakat.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristik)

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada. Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori yakni :

a) Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan.

b) Evaluate clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh penilaian petugas.

Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang diajukan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2005), sering disebut sebagai model penentu siklus kehidupan (life cycle determinants model) atau model perilaku pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (behaviour model of health services utilization).

Gambar 2.2 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Predisposing

- Family Composition

- Social Structure - Health Beliefs

Enabling - Family Resources - Community Resources

Need Illnes Response


(38)

Cumming dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan suatu set kategori variabel utama yang muncul dari analisa terhadap model-model yang terdahulu bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh : (1). Hal-hal yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan, dan tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan; (2). Hal-hal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, dan kepercayaan terhadap kualitas pelayanan yang tersedia; (3). Hal-hal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta akibat-akibat penyakit tersebut; (4). Hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit; (5). Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial individu, norma sosial dan struktur sosial, dan (6). Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan dan pendidikan).

Model penggunaan pelayanan kesehatan yang sering dipakai adalah Health Belief Model dicetuskan oleh Becker dalam Notoatmodjo (2005), yaitu model kepercayaan kesehatan menjelaskan kesiapan individu dalam memahami perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan. Ada 4 (empat) variabel yang terlibat dalam tindakan tersebut yaitu :

a. Perceived seriousness (keseriusan yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang terhadap keseriusan dari penyakit yang didasarkan pada penilaian terhadap kerusakan yang ditimbulkan penyakit tertentu. Sebagai contoh seseorang yang


(39)

giginya berlubang namun tidak merasakan keluhan, maka dia tidak akan langsung mencari pengobatan. Tetapi apabila seseorang telah merasakan sakit gigi bahkan sampai bengkak, maka dia akan segera mencari pengobatan.

b. Perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan), yaitu kepekaan seseorang terhadap penyakit, agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, maka dia harus merasakan bahwa dia rentan atau peka terhadap penyakit tersebut. Seorang pasien akan yakin terhadap pentingnya kesehatan gigi apabila dia sering merasakan sakit gigi, sehingga timbul kesadarannya agar penyakitnya tidak timbul lagi atau bagaimana untuk mengobati serta mencegah penyakit tersebut.

c. Perceived benefits (manfaat yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang terhadap manfaat yang diperoleh apabila mengambil tindakan untuk mengobati atau mencegah penyakit. Sebagai contoh seorang pasien akan berperilaku memelihara kesehatan gigi dan mulutnya apabila dia merasakan manfaat dimana mencegah lebih murah daripada mengobati.

d. Perceived barriers (hambatan-hambatan yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang terhadap hambatan-hambatan dalam bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit, dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang ditimbulkan pada perawatan. Disamping itu hambatan dapat berupa biaya baik bersifat monetary cost yaitu biaya pengobatan ataupun time cost (waktu menunggu diruang tunggu, atau waktu yang digunakan selama perawatan,


(40)

dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan), serta kualitas pelayanan yang diberikan.

Faktor-faktor yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan, dan tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan harus diperhatikan. Hal-hal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, dan kepercayaan terhadap kualitas pelayanan yang tersedia. Hal-hal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta akibat-akibat penyakit tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit. Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial individu, norma sosial dan struktur sosial, dan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan dan pendidikan).

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Ulang

Perilaku pembeli atau pengguna dapat dijadikan kiat dasar untuk menghubungkan kualitas pelayanan dan minat. Perilaku konsumen untuk menggunakan pelayanan yang sama apabila mereka merasa terpenuhi keinginannya dengan pelayanan yang mereka terima. Pembeli atau pengguna yang merasa terpenuhi keinginannya akan kualitas jasa yang mereka terima akan membeli atau mengguna ulang produk atau jasa itu kembali. Minat perilaku konsumen untuk


(41)

membeli atau menggunakan jasa dari pemberi jasa yang sama sangat dipengaruhi oleh pengalaman terhadap pelayanan yang diberikan sebelumnya.

Pengguna yang sudah terbiasa akan suatu produk atau jasa yang khusus tidaklah selalu sama, dikarenakan faktor pemilihan alternatif yang unik. Faktor lain lagi yang berhubungan dalam hal suka atau tidak suka, menolak tetapi sebenarnya menyukai dan beberapa fanatik yang tidak pernah mempertimbangkan pilihan lain.

Menurut Kotler (2000), beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan barang atau jasa, yaitu ;

1. Faktor pertama adalah marketing stimuli, faktor ini terdiri dari product, price, place dan promotion.

2. Faktor kedua adalah stimuli lain yang terdiri dari technological, political dan cultural.

Faktor ini akan masuk dalam buyer box yang terdiri dari dua (2) faktor, yaitu buyer characteristic yang memiliki variabel cultural, personal dan psychological, serta buyer decision process merupakan proses yang terjadi saat seseorang memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Tahapan proses keputusan pembelian yang merupakan bagian dari perilaku konsumen meliputi proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi dan proses evaluasi alternatif. Proses pemanfaatan di mulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.

Mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering membangkitkan minat atau suatu


(42)

kategori produk. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak yang dapat dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Konsumen akan membentuk preferensi tahap evaluasi atas merek dalam kumpulan pilihan konsumen, juga mungkin membentuk niat untuk membeli atau menggunakan produk yang disukai atau memanfaatkan ulang fasilitas kesehatan yang disukai.

2.2 Persepsi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006) persepsi diartikan sebagai: (a) tangapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan (b) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Komarudin (2006), secara

etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin percipere yang mempuyai pengertian: (a) kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan

langsung terhadap sesuatu, (b) proses dalam mengetahui objek-objek dan peristiwa-peristiwa obyektif, (c) sesuatu proses psikologis yang memproduksi bayangan sehingga dapat mengenal obyek melalui berfikir asosiatif dengan cara inderawi sehingga kehadiran bayangan itu dapat disadari yang disebut juga dengan wawasan.

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : (a) frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bacaan ; (b) field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak menyenangkan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut atau informasi yang tidak


(43)

benar mengenai Poli Gigi dan Mulut akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang terhadap kebutuhan untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Menurut Zastrow et al (2004), persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktifitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan.

Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi dalam setiap kesempatan, disengaja atau tidak. Persepsi sebagai “suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atas diekstraksi manusia dari lingkungan, persepsi termasuk penggunaan indra manusia”. Kemp dan Dayton dalam Prawiradilaga dan Eveline (2004), menyatakan persepsi “sebagai satu proses dimana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya”. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya, persepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut (Prawiradilaga dan Eveline, 2004).

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas terdapat perbedaan namun dapat disimpulkan bahwa pengertian atau pendapat satu sama lain saling


(44)

menguatkan, yaitu bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang muncul lewat panca indera, baik indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium, kemudian terus-menerus berproses sehingga mencapai sebuah kesimpulan yang berhubungan erat dengan informasi yang diterima dan belum sampai kepada kenyataan yang sebenarnya, proses ini yang dimaksud dengan persepsi.

2.3 Perilaku

2.3.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor. Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut reinforcing stimulation atau reinfocer yang akan memperkuat respons. Oleh karena itu untuk membentuk perilaku perlu adanya suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku.

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain:


(45)

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 (dua) : 1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2 Aspek-aspek Perilaku

Aspek-aspek perilaku terdiri dari tiga bagian, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, adalah aspek perilaku yang merupakan hasil tahu, dimana ini terjadi bila seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

b. Sikap, merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi


(46)

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab.

c. Tindakan, adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum terwujud dalam tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung dari pihak lain.

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sifat, motivasi, reaksi dan sebagainya, namun demikian sulit dibedakan refleksi dan gejala kejiwaan yang mana seseorang itu berperilaku tertentu. Apabila kita telusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Dalam memahami konsumen sebagai pengguna Puskesmas, dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan perilaku konsumen, seperti yang didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk dalam Prasetijo (2004), yaitu merupakan proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari dan membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk maupun jasa yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Proses ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a) Tahap perolehan (aquisition) : mencari (searching) dan membeli (purchasing) b) Tahap konsumsi (consumption) menggunakan (using) dan mengevaluasi

(evaluating).


(47)

2.3.3 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Perilaku konsumen dapat juga disebut sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini (Peter, 2000).

Beberapa macam teori tentang perilaku, antara lain (1) perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan, (2) perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat (Dharmmesta, 2000).

Perilaku seseorang terdiri dari tiga bagian penting, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotori diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan (Dharmmesta, 2000). Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu. Faktor dari dalam individu mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor dari luar individu meliputi


(48)

lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya.

Peter (2000), menyatakan untuk mendorong pelanggan agar mau merubah sikapnya yang semula tidak berminat memanfaatkan pelayanan kesehatan menjadi mau memanfaatkan, dapat dilakukan strategi :

a. Mengubah komponen afektif

Merupakan hal biasa bagi perusahaan untuk memengaruhi rasa suka konsumen terhadap merek tertentu secara tidak langsung. Jika upaya ini berhasil, maka rasa suka yang meningkat tersebut cenderung meningkatkan kepercayaan positif yang dapat mengarah ke perilaku pembelian atau pemnafaatan sementara itu, cara umum untuk memengaruhi komponen afektif secara langsung adalah melalui classical conditioning. Berdasarkan pendekatan ini, perangsang yang digemari oleh kebanyakan orang secara konsisten dapat dihubungkan dengan merek.

b. Mengubah komponen perilaku

Perilaku pembelian mungkin mendahului perkembangan kognisi dan afektif. Contohnya, seorang konsumen tidak menyukai deterjen merek tertentu karena yakin bahwa deterjen tersebut tak dapat membersihkan kotoran secara sempurna. Tetapi karena terbujuk oleh temannya, akhirnya ia ingin mencoba dan percobaan itu mengubah persepsinya. Hal ini kemudian menuntunnya pada peningkatan pengetahuan yang dapat mengubah komponen kognitif.

Faktor-faktor pembentukan sikap untuk mencoba-coba produk tertentu harus tetap dapat dipertahankan. Personel pemasaran perlu mengetahui faktor-faktor


(49)

tersebut, misalnya dengan membujuk atau memberikan sampel produk sehingga konsumen tertarik untuk mencobanya.

c. Mengubah komponen kognitif

Pendekatan yang paling umum untuk mengubah sikap adalah berfokus pada komponen kognitif. Dengan berubahnya kepercayaan, perasaan dan perilaku, sikap juga akan berubah. Keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktivitas tertentu sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat dan perilakunya. Pengetahuan terhadap manfaat suatu kegiatan akan menyebabkan orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap yang positif ini akan memengaruhi niat untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan sangat tergantung pada seseorang mempunyai sikap positif atau tidak terhadap kegiatan. Adanya niat untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan akhirnya dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah yang disebut dengan perilaku.

2.3.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi Perilaku

Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan lain-lain.


(50)

b) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Menurut WHO (World Health Organisation) dalam Notoatmodjo (2005), alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek.

Gambar 2.3 Determinan Perilaku Manusia

Model kepercayaan terhadap suatu produk tertentu tersebut diperkuat dengan pengaruh yang mendasari pada perilaku konsumen seperti yang dikemukakan oleh Engel et.al (2000), pengaruh tersebut terdiri dari 3 faktor, yaitu :

a. Pengaruh lingkungan, meliputi : budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.

b. Perbedaan dan pengaruh individu, meliputi : sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi.

c. Proses psikologis, meliputi : pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap dan perilaku.

Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosial Budaya

Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak Motivasi Niat


(51)

Sedangkan faktor yang memengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk tertentu dapat dijelaskan dengan model kepercayaan Irwin M. Rosentock dalam Kotler et.al (2000), yaitu :

a. Faktor demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ras, dan etnik.

b. Faktor sosio psikologis meliputi personality, kelas sosial, dan kelompok rujukan. c. Faktor struktural, meliputi pengetahuan dan sikap

d. Faktor keberadaan dan keseriusan masalah kesehatan yang diderita.

e. Faktor kepercayaan penerimaan dan penolakan terhadap untung ruginya tindakan medis tertentu, pengaruh berita dan informasi yang diperoleh dari media massa, kelompok masyarakat atau keluarga yang dipercaya, serta pengalaman orang lain. f. Berita-berita yang diterima dari majalah, koran, pelayanan keluarga, teman dan

lain-lain.

2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada mesyarakat di wilayah kerjanya dalam kegiatan pokok (Depkes RI, 2004).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Dalam pengertian Puskesmas ini terdapat beberapa aspek, yaitu: (a) sebagai unit


(52)

pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional, (b) pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, (c) Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya, dan (d) secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi dua (Depkes RI, 2004).

Tugas pokok Puskesmas meliputi 3 aspek, yaitu: (1) Memberikan pelayanan

bermutu, terjangkau, cakupannya luas, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (2) Membina peran serta masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan, (3) Mengembangkan usaha-usaha inovatif agar terjamin pemerataan pelayanan dan

tergalinya potensi masyarakat (Depkes RI, 2004).

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, keduanya ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


(53)

2. Pelayanan medik dasar, yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga melalui upaya rawat jalan yang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu (Depkes RI, 2004).

2.4.1 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Program kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas pada dasarnya dibagi dalam tiga kegiatan :

1. Pembinaan / Pengembangan

Pembinaan/pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri (self care), melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada aktivitas masyarakat dengan pendekatan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dalam program Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

Kegiatan pembinaan/pengembangan dilakukan melalui :

a. Kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) berupa ; pendekatan lintas program/lintas sektoral, persiapan desa, latihan kader, diagnosa masalah, umpan balik, dan pelaksanaan kegiatan.

b. Pelayanan oleh kader : penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan sepintas, pengobatan sederhana dan rujukan.

c. Monitoring : sumber data dapat diambil dari buku catatan kader. 2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan :

a. Pada anak sekolah


(54)

3. Pelayanan medik gigi dasar

Pelayanan medik gigi dasar di Puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi : pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara individu maupun kelompok terhadap pengunjung Puskesmas (Eliza, 2002).

2.4.2 Tugas Tenaga Kesehatan Gigi di Puskesmas

1. Tugas Dokter Gigi a. MedisTeknis

1) Melaksanakan pelayanan medik gigi umum dan khusus

2) Menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujuk kasus-kasus spesialistik

3) Melaksanakan pelayanan asuhan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi)

b. Manajemen (makro)

Menyangkut masalah umum/luas seperti dalam mengidentifikasikan, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya.

1) Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di Puskesmas.

2) Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan.

3) Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis teknis.

4) Bertanggung jawab dalam pencatatan/pelaporan tentang pelayanan kesehatan gigi di wilayahnya.


(55)

2. Tugas Perawat Gigi

a. Pelayanan kesehatan gigi/mulut

1).Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi: pelayanan asuhan sistematik (pada kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui dan anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat).

2).Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan dapat melakukan pelayanan medis gigi dasar.

b. Manajemen (makro)

1). Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah.

2). Membina, mengkoordinasi, melatih prokesa dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di posyandu.

3). Melaksanakan pencatatan/pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di klinik gigi.

2.4.3 Pelayanan Poli Gigi dan Mulut

Menurut pedoman pelayanan kesehatan Puskesmas dari Depkes RI (2004), salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan


(56)

kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas.

Pada saat pasien berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut Puskesmas, maka pasien akan mendapatkan pelayanan antara lain: pelayanan administrasi/penerimaan, pelayanan tenaga medis/dokter, pelayanan tenaga para medis/perawat, penyediaan sarana medik/non medik.

a. Pelayanan Administrasi

Pelayanan administrasi merupakan tempat pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum memasuki ruangan poli gigi. Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah Puskesmas serta merupakan tempat didapatnya kesan pertama tentang Puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas-petugas yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil (Depkes RI, 2004).

b. Pelayanan Tenaga Dokter

Tenaga dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien di Puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung sebuah Puskesmas. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran (Depkes RI. 2004).


(57)

c. Pelayanan Tenaga Perawat

Tenaga perawat adalah orang yang lebih dekat hubungannya dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter (Depkes RI, 2004).

d. Penyediaan Sarana Medis dan Non Medis

Peralatan standar menurut Depkes RI (2004), yang wajib disediakan di poli gigi Puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan sarana non medis. Sarana medis yang dibutuhkan adalah:

a. Alat-alat diagnosa: kaca mulut, sonde, pinset dan ekscavator.

b. Alat-alat pencabutan gigi: tang ekstraksi, penambalan gigi, dan skeling c. Bahan-bahan penambalan gigi: phospat semen, amalgam, dan skeling d. Bahan-bahan saluran perawatan: gutta perca, endomethazone.

Sedangkan sarana non medis yang di perlukan di poli gigi yaitu dental unit atau dental chair. Selain itu juga diperlukan lemari obat, lemari alat, dan sterilisator (Depkes RI, 2004). Apabila sarana medis dan non medis di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas sesuai dengan standar pelayanan, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas.

Pasien dapat merasakan jenis pelayanan administrasi, dokter serta pelayanan perawat sehingga dapat dapat memberikan anggapan tentang baik atau buruknya pelayanan-pelayanan tersebut. Pelayanan yang dianggap baik tentunya akan memberikan rasa puas pada pasien, begitu pula sebaliknya pelayanan yang dianggap buruk akan memberikan rasa tidak puas pada diri pasien.


(58)

2.5 Landasan Teori

Mengacu kepada konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dikemukakan oleh Donabedian, Green dan Anderson dalam Notoatmodjo (2005), dirangkum dalam suatu landasan teori seperti diuraikan berikut ini:

Gambar 2.4. Landasan Teori Sumber: Donabedian, Green dan Anderson dalam Notoatmodjo (2005)

Organizational factors

a. Ketersediaan Sumber Daya b.Akses Geografis

c.Akses Sosial

d.Karakteristik Struktur Perawatan dan Proses

Consumer factors

Tingkat kesakitan dan Kebutuhan yang dirasakan (Perceived need) a. Faktor sosiodemografis

b. Faktor sosial psikologis

c. Diagnosa klinis (evaluated need)

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Socicioltural factors

a. Teknologi

b. Norma dan nilai Keyakinan

Provider factors

a. Sikap petugas

b. Keahlian petugas, serta c. Fasilitas yang dimiliki

Faktor Predisposisi a. Pengetahuan b. Sikap c. Kepercayaan d. Persepsi e. Nila-nilai Karakteristik Predisposisi

a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Pendidikan d. Pekerjaan e. Suku/ ras

f. Manfaat-manfaat kesehatan

Faktor Pendorong

a.Lingkungan fisik b.Fasilitas/ sarana

pelayanan kesehatan

Faktor Penguat

a. Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain b. Dukungan keluarga

Karakteristik Pendukung

a.Sumber daya keluarga b.Sumber daya masyarakat

Karakteristik Kebutuhan

Kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pelayanan kesehatan


(59)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Kunjungan pasien ke Poli Gigi dan Mulut yang rendah pada masyarakat menuntut dilakukannya program pelayanan dan penanganan secara terpadu dan komprehensif. Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir sebagai unit pelayanan dan penanggulangan masalah penyakit gigi dan mulut diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam mengurangi jumlah penderita penyakit gigi dan mulut di masyarakat.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit

oleh Pasien Faktor Sosiodemografi

Pasien

a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Pengetahuan e. Penghasilan

Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan Gigi

dan Mulut

a. Sikap petugas medis a.Dokter Gigi b.Perawat Gigi b. Ketersediaan Obat dan

peralatan medis

Faktor Psikologis Pasien

a. Persepsi terhadap penyakit

b. Persepsi tentang pelayanan kesehatan


(60)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien sertafaktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dengan pertimbangan bahwa pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut masih rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, mulai dari pengumpulan data sampai seminar hasil, yaitu mulai dari bulan April sampai Agustus 2011.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang pernah berkunjung ke Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dari bulan Januari sampai Desember tahun 2010 yang tersebar pada 6 (enam) desa dengan jumlah pasien sebanyak 15.960 orang.


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor sosiodemografi (pekerjaan) dan faktor psikologis pasien (persepsi tentang penyakit dan persepsi tentang pelayanan) serta faktor pelayanan kesehatan (sikap petugas medis dan ketersediaan obat dan peralatan medis) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

2. Persepsi tentang penyakit berpengaruh paling besar terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

6.2 Saran

1. Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir perlu meningkatkan promosi tentang kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus melalui media siaran radio, brosur/leaflet, spanduk, posyandu serta melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat.

2. Manajemen Puskesmas Buhit perlu menambah waktu buka di luar jam kerja dan membuat kartu rencana pearawat gigi yang diberikan kepada pasien.


(2)

3. Puskesmas Buhit seharusnya melengkapi alat dan bahan seperti alat pembersih karang gigi (scaller) dan bahan tambal gigi di Poli Gigi dan Mulut.

4. Dokter gigi dan Perawat gigi di Puskesmas Buhit perlu memperbaiki sikap (keramahan, kesopanan), meningkatkan kompetensinya, serta meningkatkan rasa peduli dengan mengunjungi wilayah kerja Puskesmas Buhit, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Surya, Darmawan, 2004, Kepuasan Pasien Rawat Inap di RS Daerah DKI Jakarta Tahun 2003. Jurnal Manajemen dan Administrsi Rumah Sakit Indonesia, volume V, 2004.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. edisi III. PT. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Banytè, Juratè., Jokšaitè, Eglè., Virvilaitè, Regina, 2007, “Relationship of Consumer Attitude and Brand: Emotional Aspect, Engineering Economics, No. 2.

Budioro B. 2002. Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. FKM UNDIP, Semarang.

Budisuari, MA, 2003. Pemasaran Pelayanan Kesehatan Gigi pada Institusi Kesehatan, Khususnya di Puskesmas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan, Surabaya.

Chambers, David,W. 1986. Dental Communication, Connecticut: Appleton-Century Crofts 109:13.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia pada Pelita VI, Jakarta.

________. 2002. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Perkotaan, Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik

________, 2003. Silabus untuk Meningkatkan Kinerja Pelayanan Kesehatan Esensial di Tingkat Kabupaten dan Kota,: Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

_______,2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 128/Menkes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Pedoman Pelayanan Kesehatan Puskesmas dari Depkes RI. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

_______, 2006. Badan Litbang Depkes, Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004. Jakarta

_______,2009. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

Dharmmesta, B.S., 2000. Perilaku Konsumen Indonesia, Telaah dan Studi Empiris Pemasaran. BPFE, Yogyakarta.


(4)

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2011. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2010.

Dinas Kesehatan Samosir, 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Tahun 2010. Eliza., Herijuliani. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC, Jakarta

Engel, J.F; Roger D. B; Paul W. M., 2000. Perilaku Konsumen jilid 2,. Binarupa Aksara, Jakarta.

Heikel, 2002. Determinants of primary health care center utilization by STI patients in Casablanca. International Conference AIDS Abstract.

Hurlock, 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga. EGC

Ingersoll BD, 1986. Patient Management skill for Dental Assistants and hygienists Connecticut: Appleton-Century Crofts 41:47.

Jacobalis S., 1989, Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit (Quality Assurance), PERSI, Jakarta.

__________, 2000. Kumpulan Tulisan Terpilih Tentang Rumah Sakit di Indonesia dalam Dinamika Sejarah, Transformasi, Globalisasi dan Krisis Nasional, Yayasan Penerbit IDI, Jakarta.

Jackovits, D.S, 1999. “Ambulatory Patient Satisfaction : A Systemic Approach to Collecting And Reporting Information, Journal for Healthcare Quality

Kent, G.G., Blinkhorn, A.S.,2005, Pengelolaan Tingkah Laku Pasien pada Praktik Dokter Gigi, Edisi Kedua, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Khairurrahmi, 2009. Pengaruh Faktor Predisposisi, Dukungan Keluarga dan Level Penyakit Orang dengan HIV/AIDS terhadap Pemanfaatan VCT di Kota Medan. Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan Kisanga, F. 2004. Utilization of Health Care Service for STD treatment in Kahe

Community of Kilimanjaro Region in Tanzanian. East African Journal of Public Health, Vol 1 No 1:5-11.

Kotler, P., Roberto, E.L. 2000. Social Marketing Strategies For Changing Public Behaviour. New York.

Kristianti Ch.M, 2002, Needs and Demands for Dental Care in Indonesia, Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol. 30, No.2, 95-102.


(5)

Loudon, D.l. dan Bitta, A.J.D., 1984. Consumer behavior : concept and applicatios. (Second Editions) New York: Mc Graw Hill, Inc.

Ngena, Ria, 2005, Analisa Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi, RSU Dr. Pirngadi Medan dan RSU Tembakau Deli. PT. Perkebunan II. Tesis Sekolah Pascasarjana USU. Medan.

Notoatmodjo, S, 2003. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta.

__________, 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Peter, P; Olson, J.C., 2000. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Edisi 4,.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Pohan, Imbalo, S., 2006. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Prasetijo, R., Ihalauw, JJOI. 2004. Perilaku Konsumen. Penerbit Andi, Yogyakarta. Puskesmas Buhit Tahun 2011. Laporan Kunjungan Pasien Poli Gigi dan Mulut

Puslesmas Buhit.

Santosa, Heru, 2007. Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan. Info Kesehatan Masyarakat, (166–171). Staf Pengajar Bagian Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Saragih, Sornauli, 2009. Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien dengan

Kunjungan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

Sinaga. R., 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ulang Pasien Gigi Peserta Askes di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum dr.Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2006, Tesis Pascasarjana USU. Medan. Situmorang N., 2004, Penyakit Gigi dan Mulut Serta Pengaruhnya terhadap Kualitas

Hidup, Dentika Dent J, Vol 6. No. 1 : 184-188.

Sudigdo, Sastroasmoro., Ismael, S, 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV Sagung Seto, Jakarta.

WHO, 1997. Extracts of the fourth Edition of Oral Health Surveys Basic Methods, Geneva.


(6)

Wigati, Putri Asmita 2008. Analisis Pengaruh Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan Dokter terhadap Loyalitas Pasien di Poliklinik Umum Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2008. Tesis, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.

Wijono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Teori, Strategi dan Aplikasi,. Volume 1; Airlangga University Press, Surabaya.

Wolper, LF.2001. Administrasi Layanan Kesehatan: Prinsip, Praktik, Struktur dan Penyampaian. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta


Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

2 102 90

Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek di Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Tahun 20

2 78 156

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015

10 118 170

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Pasien terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa

6 130 158

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas Di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013

9 106 138

Efektivitas Pelayanan Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

26 187 137

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013

7 93 146

Pengaruh Kualitas, Lokasi, Serta Tarif Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Loyalitas Pasien Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Padjadjaran.

0 0 2

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLI GIGI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN 2015

1 0 15

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Pasien terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa

0 0 27