Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wigati 2008, yang mengungkapkan bahwa faktor umur dewasa muda yakni 18–40 tahun 63,6,
berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poliklinik Umum RSPWC Semarang. Menurut Engel 2000, umur merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi kunjungan ulang pasien dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Semakin sesuai harapan yang diterima pasien maka akan berpengaruh
untuk kembali menggunakan jasa pelayanan kesehatan yang sama berulang kali serta mampu memengaruhi pasien lain untuk ikut serta dalam pemanfaatan jasa pelayanan
tersebut.
5.2.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak terdapat pada
kelompok tingkat pendidikan dasar sebanyak 45 orang 55,6 dalam pemanfaatan pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit. Berdasarkan uji statistik bivariat
menggunakan Chi-square diperoleh nilai X
2
Hasil uji statistik multivariat dengan regresi logistik berganda variabel pendidikan berpengaruh namun tidak signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan
Mulut di Puskesmas Buhit dengan probabilitas p0,05. =16,359; p=0,000, menunjukkan ada
hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Jacobalis 2000, menyatakan bahwa tingkat pendidikan turut menentukan seseorang untuk berpersepsi, dimana
semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan dan semakin kritis seseorang terhadap kebutuhannya akan pelayanan kesehatan, begitu juga
sebaliknya. Demikian juga dengan pendapat Azwar 1996 mengungkapkan bahwa kebutuhan yang dirasakan individu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kebutuhan yang dirasakan akan pelayanan kesehatan.
Kebutuhan yang dirasakan perceived need ini menurut Donabedian dalam Notoatmodjo 2003, merupakan faktor sosio demografis yang terdiri dari umur, jenis
kelamin, ras, suku bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi pendidikan, pekerjaan, penghasilan memengaruhi seseorang dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Anderson dalam Notoatmodjo 2003 yang menyatakan bahwa karakter predisposisi
meliputi umur dan jenis kelamin, faktor sosial, yaitu pendidikan merupakan faktor- faktor yang memengaruhi perilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Menurut Ingersoll dan Chambers 1986, rendahnya tingkat pendidikan khususnya mengenai perawatan gigi menyebabkan timbulnya rasa takut pada
perawatan gigi. Hal ini terjadi karena masyarakat yang berpendidikan rendah tidak mendapat informasi yang cukup mengenai perawatan gigi sehingga mereka
menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang menakutkan dan tidak jarang pula
Universitas Sumatera Utara
terjadi pasien datang ke dokter dengan keadaan gigi dengan rasa sakit begitu parah yang tentu saja membutuhkan perawatan dan pengobatan yang ekstra.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sinaga 2008, yang mengungkapkan bahwa faktor pendidikan pasien SDSMP sebanyak 66,70 tidak
berhubungan dengan kunjungan ulang di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Demikian juga dengan hasil penelitian
Khairurrahmi 2009; Kisanga 2004 dan Heikel 2002 yang menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap keinginan untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
5.2.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit