peningkatan dan perbaikan lebih lanjut pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah menyangkut: keterjangkuan lokasi, ketepatan kehadiran tenaga kesehatan perawat,
kemampuan dokter dari tanggapan terhadap keluhan pasien, keramahan dan kesopanan, kesesuaian pelayanan dengan harapan pesakit.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Wolper 2001, yang menyatakan bahwa pasien mengharapkan seorang dokter yang baik dalam merawat, dapat
memberikan kasih sayang, rasa aman, penuh pengertian dan perhatian, berusaha sekuat tenaga dalam mengobati dan merawat serta tahu banyak dan ahli dalam
bidangnya. Demikian juga dengan pendapat Jackovits 1999 bahwa persepsi tentang mutu yang buruk akan sangat memengaruhi keputusan dalam kunjungan berikutnya
dan pasien biasanya akan mencari rumah sakit lain.
5.4. Pengaruh Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit
Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik berganda, diketahui bahwa variabel penyedia pelayanan kesehatan sikap petugas kesehatan dan ketersediaan
obat dan peralatan medis berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit. Secara rinci dengan pembahasan sebagai berikut :
5.4.1 Pengaruh Sikap Petugas Medis terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit berdasarkan sikap petugas medis sebanyak 43 orang 53,1 pada
kategori tidak baik. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai X
2
=7,658;
Universitas Sumatera Utara
p=0,006, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap petugas medis dengan pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit. Hasil uji statistik
multivariat dengan regresi logistik berganda variabel sikap petugas medis berpengaruh namun tidak signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di
Puskesmas Buhit. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa sebanyak 56
orang 69,1, menyatakan dengan penjelasan perawat tidak terdorong minum obat dan sebanyak 54 orang 66,7 begitu juga dengan penjelasan petugas obat tidak
terdorong minum obat. Sehubungan tentang pemeriksaan dokter, sebanyak 42 orang 51,9, menyatakan bahwa dokter memeriksa kurang teliti, sebanyak 42 orang
51,9, menyatakan dokter memeriksamengobati gigi dengan kurang cepat, sebanyak 74 orang 91,4, menyatakan dokter memeriksamengobati gigi kurang
tepat, sebanyak 66 orang 81,5, menyatakan dokter kurang mahir menggunakan alat-alat
medis, dan sebanyak 65 orang 80,2, menyatakan hasil pemeriksaanpengobatan dokter kurang rapi. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
petugas dalam melayani pasien perlu ditingkatkan. Menurut Loudon dan Bitta 1984, sumber pembentuk sikap ada empat, yakni
pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok, pengaruh media massa dan pengaruh dari figur yang dianggap penting. Swastha dan Handoko 2000
menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut memengaruhi pembentukan sikap.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu faktor penyebab rendahnya kunjungan ulang di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit didukung oleh teori Green dalam Notoatmodjo 2005, yang
menyatakan bahwa faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, kepercayaan, sikap, persepsi dan keyakinan merupakan salah satu faktor yang
mendukung seseorang dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. dengan Menurut Mowen and Minor dalam Banytè 2007, dalam konteks teori
consumer behavior, hasil dari penilaian persepsi konsumen lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi
menggunakan suatu produk atau jasa. Hasil dari penilaian persepsi konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kesesuaian antara apa yang
dirasakan oleh konsumen dari pengalaman konsumsinya dengan apa yang diharapkannya.
Pengertian di atas yang terpenting adalah persepsi, bukan kondisi aktual. Dalam hal seperti ini bisa terjadi bahwa secara aktual, suatu produk atau jasa
mempunyai potensi untuk memenuhi harapan pelanggan tetapi ternyata hasil dari persepsi pelanggan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh produsen. Hal ini
bisa terjadi karena adanya gap antara apa yang dipersepsikan oleh produsen perusahaan dengan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan.
Menurut Azwar 1996, agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak
mencakup delapan hal pokok yakni : tersedia available, wajar appropriate,
Universitas Sumatera Utara
berkesinambungan continue, dapat diterima acceptable, dapat dicapai accesibble, dapat dijangkau affordable, serta bermutu quality.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Santosa 2007, tentang persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan menyimpulkan bahwa
faktor internal dan eksternal melalui pengukuran faktor input, proses dan lingkungan terhadap persepsi Kepala Puskesmas, maka diperoleh gambaran bahwa pencapaian
tahap kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas hingga saat ini, juga disebabkan karena faktor sikap dan kinerja personil yang meliputi faktor internal dan eksternal.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa personil kesehatan atau provider kesehatan dalam sebuah organisasi merupakan fokus daripada hasil karya organisasi tersebut.
Artinya, bahwa personil kesehatan atau provider kesehatan harus mempunyai ciri dan sifat yang melekat pada dirinya.
Hasil penelitian ini didukung penelitian Sinaga 2008, yang mengungkapkan bahwa sikap petugas medis yang kurang terhadap pelayanan kesehatan gigi 87,90
tidak melakukan kunjungan ulang dan 12,10 melakukan kunjungan ulang, pasien dengan sikap cukup 55,90 berkunjung ulang dan 44,10 tidak melakukan
kunjungan ulang, sedangkan yang sikapnya baik 56,90 berkunjung ulang dan 43,10 tidak berkunjung ulang. Ada hubungan antara sikap dengan kunjungan ulang
pasien berobat gigi di Poliklinik RSU Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.
Universitas Sumatera Utara
5.4.2 Pengaruh Ketersediaan Obat dan Peralatan Medis terhadap