Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan dan Perubahan Sikap

bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Karena ketika emosi dilibatkan penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Namun dari semua hal diatas tidaklah sesederhana karena suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap. b Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain yang berada disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Apalagi ketika seseorang yang berada disekitar itu dianggap penting dan diharapkan persetujuannya. Biasanya orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, temen sebaya, teman dekat, suami dan istri. c Pengaruh kebudayaan Pembentukan sifat juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan. Ketika budaya dalam suatu tempat mempunyai peraturan norma yang longgar, maka budaya kebebasan akan semakin besar. Begitu juga ketika budaya dalam suatu tempat itu mempunyai peraturan norma yang ketat, maka budaya kebebasan akan semakin sempit. Tetapi seberapapun besarnya pengaruh kebudayaan terhadap sikap, kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang mendominasi pembentukan sikap individual. d Media massa Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dan memberikan sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang dan kepercayaan orang. Contoh pengaruh media massa terhadap pembentukan sikap adalah sugesti tayangan iklan yang dapat mempengaruhi penonton sehingga menjadi konsumtif. e Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Lembaga agama dan pendidikan sangat menentukan sistem kepercayaan, konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal. Ketika terjadi suatu hal yang sifatnya kontroversial orang akan mencari informasi untuk dapat memperkuat posisi sikapnya. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari lembaga agama seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. f Faktor pengaruh emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang timbul dari pengaruh emosional merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. 2.3 Religi dan Religiusitas 2.3.1 Pengertian Religi Menurut Harum Nasution 1974 agama berasal dari kata al-Din, religi relegere, religare dan agama. al-Din semit berarti undang-undang atau hukum. kemudian dalam Bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. sedangkan kata religi latin atau leregere berarti mengumpulkan dan membaca. kemudian lerigere berarti mengikat. kemudian kata agama terdiri dari a=tidak; gam=pergi, mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwariskan turun temurun Jalaluddin, ed. Revisi, 2008. Bertitik tolak dari pengertian kata-kata tersebut menurut Harum Nasution, intisarinya adalah ikatan. karena itu agama dapat disimpulkan menjadi sebuah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. ikatan tersebut berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditamkap oleh panca indera, namum mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari. Secara definisi, menurut Harun Nasution, agama adalah Jallaluddin, ed. Revisi, 2008: 1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia. 3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 5. Suatu sistem tingkah laku code of conduct yang berasal dari kekuatan gaib. 6. Pengakuan terhada adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib. 7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.