Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pornoaksi Mahasiswa
pornoaksi dapat dilihat dari penafsiran pasal-pasal tersebut Djubaedah, 2003.
Pengertian pornografi dan pornoaksi menurut ketentuan-ketentuan tersebut tidak hanya menyangkut perbuatan erotis dan sensual yang
membangkitkan birahi seksual semata. Tetapi pengertian pornografi dan pornoaksi termasuk perbuatan erotis dan sensual yang
menjijikkan, memuakkan, memalukan orang yang melihatnya dan atau mendengarnya dan atau menyentuhnya. Hal itu disebabkan oleh
bangkitnya birahi seksual seseorang akan berbeda dengan yang lain. Apabila perbuatan erotis atau gerak tubuh maupun gambar, tulisan,
karya seni berupa patung, alat kelamin, suara dalam nyanyian- nyanyian maupun suara yang mendesah, humor, dan lain-lain yang
terdapat dalam media komunikasi, baik cetak maupun elektronik, hanya diukur dengan perbuatan yang membangkitkan birahi seksual
semata, maka sangat sulit untuk memberikan batasan pornografi dan pornoaksi yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Karena itu
jenis pelanggaran kesusilaan pornografi dan pornoaksi seharusnya tidak hanya diukur oleh bangkitnya birahi seseorang, tetapi juga harus
diukur dengan rasa memuakkan, menjijikkan, dan atau memalukan bagi orang yang melihatnya dan atau mendengarnya, dan atau
menyentuhnya Djubaedah, 2003. Dalam beberapa hadis Rasulullah yang melarang kita memakai
pakaian yang tembus pandang, erotis, sensual, dan sejenisnya, serta
larangan bagi laki-laki dan perempuan berdua-duaan berkhalwat dengan perempuan yang bukan muhrimnya, ataupun laki-laki dengan
laki-laki homoseksual,
maupun antara
perempuan dengan
perempuan lesbian Djubaedah, 2003. c. Faktor kesusilaan
Menurut Abdurrahman al-Maliki Djubaedah, 2003 aspek kesusilaan diukur dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu
aspek ini sangat sulit untuk diseragamkan pada semua daerah, akan tetapi dari RUU Pornoaksi dan Pornografi yang sedang dibahas oleh
DPR, batasan-batasan perbuatan yang melanggar kesusilaan antara lain:
1. Barangsiapa bercumbu, atau berbuat tidak sopan terhadap perempuan, maka akan dikenakan sanksi penjara selama 1 satu
bulan. Jika hal itu dilakukan oleh seorang perempuan terhadap laki- laki, maka ia diberi sanksi serupa, dan ditambah dengan dera 10
sepuluh kali. 2. Setiap laki-laki yang menyamar dengan pakaian perempuan,
kemudian masuk ke tempat khusus perempuan, atau ke tempat yang bagi laki-laki dilarang memasukinya
– saat kerja selain perempuan saja, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara
sampai 6 enam bulan. 3. Barangsiapa yang mencetak atau menjual, atau menyimpan
dengan maksud untuk dijual atau disebarkan, atau menawarkan
benda-benda perhiasan yang dicetak atau ditulis dengan tangan, atau foto-foto serta gambar-gambar porno, atau benda-benda lain
yang dapat menyebabkan kerusakan akhlak, maka pelakunya dikenakan sanksi penjara 6 enam bulan.
4. Barangsiapa melihat perempuan yang sedang berjemur matahari dengan kondisi tidak sopan di tempat terbuka, atau terlihat di
tempat umum, atau tempat yang diperbolehkan bagi umum, maka kepadanya akan dikenakan sanksi penjara 6 enam bulan. Bagi
perempuan yang berjemur tersebut yang mudah dilihat laki-laki akan dikenakan sanksi serupa.
5. Setiap orang yang melakukan tindak tidak senonoh di tempat umum, atau di pertemuan umum, atau dalam kondisi yang
memungkinkan seseorang yang ada di tempat itu melihatnya, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara selama 6 enam bulan.
6. Setiap perempuan yang membuka auratnya selain wajah dan kedua tangannya dikenakan sanksi dera jilid. Jika ia tidak
menghentikan perbuatannya jera, ia akan dikenakan sanksi pengasingan selama 6 enam bulan.
7. Setiap laki-laki yang terlihat memakai pakaian atau perhiasan, atau gerakan-gerakan yang tidak wajar, atau melanggar
kesopanan, atau ia mirip perempuan, maka atasnya akan dikenakan sanksi jilid dera. Jika hukum jilid tidak membuatnya
jera dari perbuatan tersebut, maka ia akan diasingkan selama 1 satu tahun.
8. Setiap orang yang mengintip rumah orang lain melalui lubang atau celah pintu, atau lainnya, maka ia akan dikenakan sanksi berupa
pengasingan sampai 6 enam bulan penjara dan didera. Jika ia mengintip dari tempat yang lebih tinggi atau tempat yang lebih
rendah, maka ia akan dikenakan sanksi dera jilid.
d. Faktor tokoh idola remaja Sebagai individu yang telah memasuki perkembangan kognitif
masa operasi formal, maka remaja merasa tertantang untuk membuktikan
kemampuan intelektualnya.
Mereka umumnya
mengidentifikasikan diri pada seorang tokoh yang dianggap idola, maka mereka berupaya bagaimana dirinya mampu menyerupai tokoh
idolanya. Caranya dengan meniru sifat-sifat, kemampuan atau keahlian yang dimiliki tokoh idola itu. Seperti Inul Daratista dengan
goyang ngebornya, Dewi Persik dengan goyang gergajinya, dan lain- lainnya.