Pengertian Religiusitas Religi dan Religiusitas .1 Pengertian Religi

Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama being religious, dan bukan sekadar mengaku mempunyai agama having religion. Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama, pengamalan ritual agama, pengalaman agama, perilaku moralitas agama, dan sikap sosial keagamaan. Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya tercermin dalam pengamalan akidah, syariah, dan akhlak, atau dengan ungkapan lain: iman, Islam, dan ihsan. Bila semua unsur itu telah dimiliki oleh seseorang, maka dia itulah insan beragama yang sesungguhnya. Di dalam buku ilmu jiwa agama, Daradjat 1991 mengemukakan istilah kesadaran agama religious consciousness dan pengalaman agama religious experience. Kesadaran agama merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Sedangkan religiusitas merupakan suatu sistem yang kompleks dari kepercayaan sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan, terdapat lima dimensi yang tidak dapat terpisahkan dan sudah merupakan kumpulan dari beberapa dimensi. Merujuk pada Glock dan Stark dalam Jalaluddin, 2003, kelima dimensi religiusitas yaitu dimensi diantaranya dimensi keyakinan ideologis, dimensi praktik agama ritualistik, dimensi penghayatan eksperiensial, dimensi pengetahuan agama intelektual, dimensi pengalaman dan konsekwensi. Kelima dimensi tersebut adalah merupakan aspek-aspek yang tidak bisa dipisahkan-pisahkan, karena hal tersebut merupakan satu kesatuan dalam religiusitas seseorang Effendi, 2008 dalam http:www.scribd.comdoc55834748KAUUUUUP . Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya serta alam sekitar agar sesuai dengan norma kebenaran dan tata cara dalam melakukan peribadatan. Jadi, dapat dilihat adanya perbedaan agamareligi dengan religiusitas. hal yang paling mendasar adalah agama atau religi adalah aturan-aturan yang telah mengikat antara manusia dengan Tuhan yang berhubunangan dengan alam gaib, sedangkan religiusitas merupakan cara bagaimana manusia menyikapi aturan-aturan yang baku itu dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.3 Dimensi-dimensi Religiusitas

Religiusitas menurut Glock Stark dalam Jalaluddin, 2003 mempunyai 5 dimensi, yaitu: a. Dimensi Ideologi The Idiological Dimension Religious belief the idiological dimension atau disebut juga dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Meskipun harus diakui setiap agama tentu memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya, bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan tidak jarang berlawanan. Pada dasarnya setiap agama juga minginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya. Dalam begitu adapun agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama. Ancok dan Suroso, 1995, dalam Hidayat, 2008. b. Dimensi Ritualistik The Ritualistic Dimension Religious ractice the ritual dimension yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah prilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya Ancok dan Suroso, 1995, dalam Hidayat, 2008. c. Dimensi Perasaan The Feeling Dimension