Pengaruh Produk, Modal, Potensi Keuntungan, dan Merek terhadap Keputusan untuk Membeli Usaha Franchise (Studi Kasus Usaha Food Franchise di Sun Plaza Medan)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA-1 MEDAN

PENGARUH PRODUK, MODAL, POTENSI KEUNTUNGAN DAN MEREK TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI USAHA FRANCHISE

(STUDI KASUS FOOD FRANCHISE DI SUN PLAZA MEDAN)

SKRIPSI

OLEH :

PATUAN G. M 060502222 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Medan 2010


(2)

ABSTRAK

Patuan G.M (2010), “Pengaruh Produk, Modal, Potensi Keuntungan, dan Merek terhadap Keputusan untuk Membeli Usaha Franchise (Studi Kasus Usaha Food Franchise di Sun Plaza Medan)“ di bawah bimbingan Dra. Marhaini, MS., Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi. (Ketua Departemen Manajemen), Dra. Ulfah, MSi (Penguji I) dan Dra. Setri Hiyanti Siregar, MSi (Penguji II) .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk, modal, potensi keuntungan dan merek terhadap pengambilan keputusan wirausahawan untuk membeli usaha franchise.

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan metode purposive

random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan

ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel penelitian yang berjumlah 32 orang. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, dan metode analisis statistik yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, uji F, uji t, dan identifikasi determinan (R2).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable bebas yang terdiri dari produk (X1), modal (X2), potensi keuntungan (X3) dan merek (X4) secara

bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan untuk membeli usaha franchise. Koefisien determinan diketahui bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat sebesar 41,1% dan sisanya sebesar 58,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Key word: Produk, Modal, Potensi Keuntungan, Merek dan Keputusan Pembelian


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa atas kasih dan anugerahNya yang diberikan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Produk, Modal, Potensi Keuntungan, dan Merek terhadap Keputusan untuk Membeli Usaha Franchise (Studi Kasus Usaha Food Franchise di Sun Plaza Medan)“. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Departemen Manajemen pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat dan dorongan dari berbagai pihak selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Marhaini, MS. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ulfah, MSi selaku Dosen Penguji I.

6. Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, MSi selaku Dosen Penguji II.

7. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya sebagai guru bangsa dengan memberikan serta mengajarkan ilmu pengetahun yang baik dan bermanfaat.

8. Seluruh Staf dan Civitas Akademi di lingkuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah bersama-sama menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif dalam menuntut ilmu serta menyelesaikan perkuliahan.

9. Seluruh Pegawai Departemen Manajemen, B’Jumadi, K’Dani, K’Susi dan K’Vina.

10.Buat Keluarga, Kedua Orang Tua, Ayah (A.G. Jacob Manurung), Ibu (Asima Siahaan), Agustina Imelda Manurung , Josep Manurung dan Benedictus Manurung (saudaraku tercinta). Terima kasih atas dukungan melalui doa dan motivasi.

11.Buat Ressa Anastasia Angela Depari yang membantu ,memberikan dukungan dan doa terhadap pengerjaan skripsi ini.


(5)

12.Buat teman-teman Manajemen 2006, khususnya Fredy, Musa, Saor, Bintua, Erick, Romi, Pinpin, Jimmy, Vidi, Khairul, Rendy, Nevi, Steph, Yana dan, Henrico. Terima kasih buat semangat dan dukungan yang bisa kurasakan bersama kalian.

13.Buat Moses, Nathan dan Endri atas dukungan dan doanya. 14.Buat keponakanku tersayang, Sri Stella Manurung.

Medan, Desember 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Kerangka Konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Batasan Operasional ... 8

2. Defenisi Operasional ... 9

3. Skala Pengukuran ... 11

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

5. Populasi dan Sampel ... 11

6. Jenis dan Sumber Data... 12

7. Teknik Pengumpulan Data ... 13

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 13

9. Uji Asumsi Klasik ... 14

10. Metode Analisis Data ... 15

BAB II URAIAN TEORITIS ... 22

A. Penelitian Terdahulu ... 22

B. Wirausaha ... 22

C. Franchise... 25

D. Pemasaran ... 32

E. Produk ... 34

F. Modal ... 35

G. Potensi Keuntungan ... 38

H. Faktor Merek ... 40

I. Pengambilan Keputusan ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM ... 49


(7)

B. Gambaran Umum Responden ... 50

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52

B. Uji Asumsi Klasik... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2. Uji Heteroskedastisitas ... 57

3. Uji Multikolinearitas ... 60

C. Analisis Data ... 61

1. Analisis Deskriptif Responden ... 61

2. Analisis Deskriptif Variabel ... 64

D. Analisis Kuantitatif ... 70

1. Analisis Regresi Berganda ... 70

2. Pengujian Hipotesis... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Defini Operasional Variabel... 10

Tabel 3.1 Data Pribadi Pemilik Franchise ... 50

Tabel 4.1 Item Total Statistic... 53

Tabel 4.2 Realibility Statistic ... 54

Tabel 4.3 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 57

Tabel 4.4 Uji Glejser ... 59

Tabel 4.5 Uji Nilai Tolerance dan VIF ... 60

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelamin ... 61

Tabel 4.7. Karakteristik Berdasarkan Usia... 62

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 63

Tabel 4.9 Karakterisitik Responden Berdasarkan Status ... 63

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 64

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Produk ... 65

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Modal ... 66

Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel P. Keuntungan ... 67

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Merek ... 68

Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan ... 69

Tabel 4.16 Analisis Regresi Linier Berganda ... 70

Tabel 4.17 Hasil Uji F ... 74

Tabel 4.18 Hasil Uji-T ... 75


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 55

Gambar 4.2 Plot Uji Normalitas ... 56


(10)

ABSTRAK

Patuan G.M (2010), “Pengaruh Produk, Modal, Potensi Keuntungan, dan Merek terhadap Keputusan untuk Membeli Usaha Franchise (Studi Kasus Usaha Food Franchise di Sun Plaza Medan)“ di bawah bimbingan Dra. Marhaini, MS., Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi. (Ketua Departemen Manajemen), Dra. Ulfah, MSi (Penguji I) dan Dra. Setri Hiyanti Siregar, MSi (Penguji II) .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk, modal, potensi keuntungan dan merek terhadap pengambilan keputusan wirausahawan untuk membeli usaha franchise.

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan metode purposive

random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan

ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel penelitian yang berjumlah 32 orang. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, dan metode analisis statistik yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, uji F, uji t, dan identifikasi determinan (R2).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable bebas yang terdiri dari produk (X1), modal (X2), potensi keuntungan (X3) dan merek (X4) secara

bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan untuk membeli usaha franchise. Koefisien determinan diketahui bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat sebesar 41,1% dan sisanya sebesar 58,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Key word: Produk, Modal, Potensi Keuntungan, Merek dan Keputusan Pembelian


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pertumbuhan industri franchise di Indonesia tercatat semakin meningkat. Hal ini didorong oleh semangat kewirausahaan dan kreatifitas dari masyarakat untuk membangun kemandirian ekonominya. Kalau kita amati saat ini banyak sekali usaha

franchise yang membuka gerainya di pusat-pusat pertokoan atau di jalan utama di

lokasi yang strategis ditengah kota. Contoh yang sangat mudah adalah Mc Donald, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut yang merupakan franchise asing. Namun

franchise lokal juga tidak kalah bersaing dengan franchise asing. Beberapa franchise

lokal yang sudah terkenal adalah Kebab Turki Baba Rafi, Dawet Cah Mbanjar, Es Teler 77, dan Indomaret.

Menurut data Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), hingga tahun 2010 tercatat lebih dari 1010 perusahaan franchise di Indonesia yang terdiri dari franchise asing dan lokal. Dan total nilai bisnis dari franchise di Indonesia tercatat mencapai Rp. 114,64 triliun. Nilai bisnis industri franchise pun mendorong penyerapan tenaga kerja yang tidak sedikit yaitu mencapai sekitar 3,5 juta orang (Kontan edisi khusus, November 2010). Menurut Anang Sukandar ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), minat masyarakat untuk menjadi franchisee sangat besar, hal ini dapat dilihat


(12)

dari gerai franchise Dunkin Donut sudah merambah hingga ke pelosok desa di Pamanukan, wilayah pantai utara Jawa 10.00).

Calon pembeli franchise harus memperhatikan berbagai factor sebelum membeli usaha tersebut. Menurut Queen (1991:39) faktor yang perlu diperhatikan adalah produk atau pelayanan yang ditawarkan, merek dari franchise tersebut, potensi keuntungan yang didapatkan,dan modal yang dimiliki. Sedangkan menurut Pramono ( 2007:24) yang perlu dipertimbangkan adalah sistem, merek dan fee dari franchise itu.

Franchise merupakan cara yang paling mudah untuk memulai dan memasuki

dunia usaha. Bila semua usaha harus mulai dari nol, maka kita berhadapan dengan risiko kerugian besar karena harus melalui trial & error yang meningkatkan risiko gagal. Dengan adanya sistem bisnis franchise, maka risiko kerugian investasi dapat diturunkan menjadi sekitar 15 persen saja ( Odop, 2006:20).

Keuntungan yang bisa didapatkan dari usaha model franchise, adalah tidak perlu membangun merek lagi, si pemberi waralaba (franchisor) akan memberikan pelatihan, pembinaan, dan bimbingan kepada pembeli waralaba (franchisee). Singkatnya franchisee hanya tinggal menyediakan tempat dan biaya ‘membeli’

franchising-nya (Hutagalung, 2010:61).

Produk franchise memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut yang menunjukkan keunggulan yang dimiliki oleh sistem kerja sama dalam franchise. Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,


(13)

dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan ( Kotler, 2005).

Wirausahawan yang ingin membeli usaha franchise, hendaknya memilih yang sesuai dengan modal yang dimiliki. Wirausahawan harus memiliki cukup modal kerja untuk melewati fase awal di mana cash flow masih negatif (Odop, 2006:43). Namun sekarang Perbankan Syariah dikenal dengan iB (ai-Bi) mempunyai program “iB Mitra Franchise” yang akan menyediakan pendanaan dengan menggunakan akad kemitraan bagi hasil (musyarakah) (Kontan edisi khusus, November 2010).

Potensi keuntungan masa depan setiap usaha franchise harus dihitung secara cermat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan. Dengan menggambarkan ancaman dan peluang utama yang dihadapi perusahaan maka akan terlihat apakah perusahaan tersebut memiliki ukuran bisnis yang ideal atau tidak. Laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan (Suryana 2006: 168).

Merek menjadi salah satu penyokong keberhasilan sebuah usaha franchise, karena ini berhubungan dengan reputasi franchise tersebut. Merek tidak bisa dibangun dalam satu hari di atas kertas, perlu dibuktikan ketangguhannya, diomong-omongkan supaya orang aware, sadar adanya merk itu (Pramono 2007: 24).

Pengambilan keputusan dalam kehidupan bisnis merupakan hal yang tidak mudah. Setiap alternatif di dalam faktor pembuatan keputusan yang ditujukan agar semua pihak merasa puas tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Keberhasilan


(14)

yang meningkatkan kemampulabaan bisnisnya pada masa yang akan datang (Nugroho 2009:2).

Peneliti memilih tempat penelitian di Sun Plaza Medan, yang merupakan salah satu mal di kota Medan yang dikenal dengan tempat perbelanjaan kelas menengah ke atas. Lokasi Sun Plaza merupakan daerah yang strategis karena terletak dijantung kota Medan. Sehingga tempat ini menjadi pilihan bagi banyak masyarakat kota Medan untuk berbelanja ataupun refreshing di akhir pekan maupun liburan. Hal ini yang membuat Sun plaza menjadi lokasi yang tepat bagi wirausahawan untuk membuka usaha.

Jumlah usaha franchise yang bertambah di Sun Plaza setiap tahunnya menjadi indikator bahwa semakin banyak wirausahawan yang membeli usaha franchise. Jumlah franchise yang telah ada di Sun Plaza hingga tahun 2010 ini sudah berjumlah 149 tenant franchise. Beberapa usaha franchise yang memiliki nama eksklusif antara lain seperti, Starbucks, J.co, AW, KFC, Pizza hut, Killiney, dan Bread Life.

Dengan semakin bertambahnya usaha franchise yang ada di Sun Plaza Medan, ini menunjukkan bahwa semakin banyak wirausahawan yang tertarik untuk membeli usaha franchise yang risiko untuk gagal lebih minim. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seorang wirausahaan didalam membeli usaha franchise, yaitu produk atau pelayanan yang ditawarkan, merek dari franchise, potensi keuntungan yang didapatkan,dan modal yang dimiliki, sistem, dan fee, namun penulis memilih faktor produk, faktor modal, faktor potensi keuntungan dan faktor merek. Penulis memilih faktor-faktor tersebut karena menilai usaha franchise yang bagus


(15)

adalah yang mempunyai merek dan produk yang telah teruji ketangguhannya dan dikenal masyarakat sehingga akan memberikan keuntungan bagi si pembeli , namun modal yang diperlukan tidaklah sedikit karena semua keuntungan pada franchise tersebutlah yang akan dibeli. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Produk, Modal, Potensi Keuntungan, dan Merek terhadap Keputusan untuk Membeli Usaha Franchise (Studi Kasus Usaha Food Franchise di Sun Plaza Medan)“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah produk, modal, potensi keuntungan dan merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan dalam membeli usaha franchise di Sun Plaza Medan?”

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu variabel produk, variabel modal, variabel potensi keuntungan, variabel merek dan variabel keputusan untuk membeli usaha franchise.


(16)

Keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah konkret tidak begitu sulit untuk diambil. Pertimbangan yang diadakan berkisar pada masalah bertindak atau tidak bertindak dengan mempertimbangkan untung ruginya. Keputusan yang benar dan efektif dilandasi oleh keinginan, selera dan sifat wirausaha. Kepribadian dan sikap wirausaha dalam melaksanakan sebuah keputusan dapat mempengaruhi hasil bisnisnya. Oleh sebab itu, setelah keputusan siap dibuat, serta risiko untung ruginya sudah dipertimbangkan maka tindakan wirausaha adalah membangkitkan keberanian untuk memutuskan tujuan (Nugroho, 2009:10).

Seorang calon franchisee membeli sebuah franchise maka dia haruslah menilai franchise tersebut dengan franchise yang lain untuk menemukan mana yang sesuai dengan keinginan si calon pembeli. Bagian terbesar nilai dari suatu franchise adalah keunikan dari produk atau pelayanan yang ditawarkan kepada masyarakat.

Franchise itu mungkin saja bukan satu-satunya bisnis yang bersaing dalam suatu

segmen pasar tertentu, tetapi mungkin usaha itu sudah menemukan relung dalam suatu industri yang telah dipupuk dan dikembangkannya. Merek menjadi salah satu penyokong keberhasilan sebuah usaha franchise, karena ini berhubungan dengan reputasi franchise tersebut. Oleh karena itu pilihlah franchise yang sudah dikenal masyarakat dan teruji ketangguhannya. Jika franchise tersebut telah teruji ketangguhannya, maka akan menjanjikan keuntungan bagi si calon pembeli franchise. Si calon pembeli juga harus menyesuaiakan modalnya dengan harga franchise yang akan dibeli, dalam membeli usaha franchise membutuhkan modal yang tidak sedikit.


(17)

Oleh karena itu seorang calon pembeli harus lah cermat dalam memilih franchise yang menjanjikan (Quenn, 1991:39).

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang digambarkan dalam skema berikut ini:

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

Sumber : Queen (1991) dan Nugroho (2009) diolah penulis

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Produk, Modal, Potensi keuntungan, dan Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli usaha franchise.”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh produk, modal, potensi keuntungan dan merek terhadap pengambilan keputusan

Produk (X1)

Modal (X2)

Merek (X4)

Potensi Keuntungan (X3)

Keputusan membeli


(18)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

a. Bagi pelaku usaha, diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan wawasan serta memberikan masukan bagi para wirausahawan agar dapat menilai usaha franchise sebelum membelinya.

b. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

c. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan bagi peneliti dalam menerapkan teori yang telah diperoleh serta menambahkan wawasan peneliti dalam membuat keputusan untuk menjadi wirausahawan.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas atau Independent variable dalam penelitian ini adalah Produk (X1), Modal (X2), Potensi Keuntungan (X3), dan Merek (X4).

b. Variabel terikat atau dependent variable dalam penelitian ini adalah keputusan membeli usaha franchise.


(19)

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel yang akan diteliti, yaitu: a. Variabel Produk (X1)

Didefinisikan sebagai produk makanan dan minuman dari franchise yang akan dibeli oleh wirausahawan di Sun Plaza Medan.

b. Variabel Modal (X2)

Didefinisikan sebagai modal yang digunakan wirausahawan untuk memulai usaha dan untuk perkembangan berjalannya usaha baik itu dalam bentuk modal yang berwujud seperti uang dan modal yang tidak berwujud seperti modal intelektual, modal mental.

c. Variabel Potensi Keuntungan (X3)

Didefinisikan sebagai potensi usaha bagi wirausahawan yang dapat memberikan keuntungan bagi wirausahawan tersebut.

d. Variabel Merek (X4)

Didefinisikan suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan keempatnya, yang mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

e. Variabel Keputusan Membeli Franchise (Y)

Didefinisikan sebagai keputusan wirausahawan untuk membeli usaha


(20)

Tabel 1.1

Tabel Definisi Operasional Variabel

VARIABEL DEFINISI INDIKATOR SKALA

Produk (X1) Didefinisikan sebagai produk dari franchise yang akan dibeli oleh wirausahawan

1. Produk yang

diinginkan konsumen 2. Kualitas

3. Keunikan

Likert

Modal (X2) Didefinisikan sebagai modal

yang digunakan wirausahawan untuk memulai usaha dan untuk perkembangan berjalannya usaha

1. Sumber modal usaha

2. Perolehan modal

usaha

3. Berani menghadapi

resiko

Likert

Potensi

Keuntungan (X3)

Didefinisikan sebagai potensi usaha bagi wirausahawan yang dapat memberikan keuntungan bagi wirausahawan tersebut

1. Lokasi yang strategis 2. Jaminan keamanan 3. Dukungan

berkelanjutan dari franchisor.

Likert

Merek (X4) Didefinisikan suatu nama, istilah, symbol, desain atau gabungan

keempatnya, yang mengidentifikasikan produk

para penjual dan membedakannya dari produk pesaing

1. Reputasi franchise 2. Awareness masyarakat terhadap franchise Likert Keputusan Membeli Franchise (Y) Didefinisikan sebagai keputusan wirausahawan untuk membeli usaha

franchise.

1. Mencari informasi 2. Membandingkan

dengan franchise

yang lain

3. Kepuasan terhadap

franchise yang dibeli

Likert

Sumber : Quenn(1991), Ciptono(2001), Odop (2006), Suryana (2006),

Nugroho (2009)


(21)

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert untuk mengukur sikap pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006 : 74)

Kuesioner disusun oleh peneliti terdiri atas peryataan dengan menggunakan skala Likert. Skala ini menggunakan rentang 1-4, karena dengan melakukan penghilangan nilai tengah ( netral atau ragu-ragu), maka skala pengukuran akan lebih simetrikal, yaitu jenjang ke arah positif sama banyak dengan jenjang ke arah negatif.

Berikut ini adalah keempat alternatif jawaban tersebut : Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Tidak Setuju (TS) = 2

Setuju (S) = 3

Sangat Setuju (SS) = 4

4. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Sun Plaza Medan. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2010.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:72). Populasi dari penelitian ini adalah usaha franchise di Sun Plaza Medan yang berjumlah 149 usaha.


(22)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:73). Pemilihan sampel yang akan diuji dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan yaitu : usaha

franchise yang mengunakan format bisnis dan bergerak di bidang makanan dan

minuman, karena bisnis makanan dan minuman sangat menarik untuk diteliti. Berdasarkan karakteristik sampel yang diteliti maka dari 149 usaha terdapat 32 usaha

franchise yang menjadi sampel untuk penelitian ini.

6. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yakni :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden di lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner serta wawancara kepada responden.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi pustaka, dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal ilimiah, serta internet untuk mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data a. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada setiap responden untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga penelitian dapat lebih terstruktur.


(23)

b. Wawancara

Merupakan suatu jenis pengumpulan data melalui wawancara atau mengajukan pertanyaan secara lisan untuk mendapatkan informasi.

c. Studi Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, jurnal, majalah, tabloid, dan internet yang berkaitan dengan penelitian.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Arikunto (2002:14), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dalam validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut :

a. Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid

b. Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat dihandalkan (Ginting, dkk, 2008:176). Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Suatu konstruk dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali dalam Ginting dkk, 2008:179) atau nilai Cronbach’s Alpha > 0,80 (Kuncoro dalam Ginting, dkk, 2008:179).


(24)

Pengujian ini akan dilakukan terhadap pemilik usaha franchise sebanyak 30 orang di di Plaza Medan Fair, Jl. Dr. Mansur dan Setia Budi dengan menggunakan program software SPSS (Statistic Product and Service Solutions) versi 17.0 for

windo ws.

9. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis regresi agar didapat perkiraan yang tidak bias maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi yang terdiri atas :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan mengunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variable residual berdistribusi normal (Ginting, dkk, 2008:62).

b. Uji Heteroskedastitas

Uji heteroskedastisitas varians variable independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variable independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heterokedastisitas diuji dengan mengunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variable independen signifikan secara statistik mempengaruhi variable independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya


(25)

diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai

Tolerance> 1, atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas

(Ginting, dkk, 2008:104).

10. Metode Analisis Data a. Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan metode analisis data di mana peneliti mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan data sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

b. Analisis Kuantitatif

Metode ini merupakan metode analisis data yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Dalam model ini peneliti menggunakan metode regresi linier berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh produk, modal, potensi keuntungan, dan merek terhadap keputusan wirausahaan untuk memilih usaha franchise.


(26)

Adapun model persamaan regresi linier berganda yang digunakan yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y = Keputusan menjadi pedagang X1 = Produk

X2 = Modal

X3 = Potensi Keuntungan

X4 = Merek

b1.4= Koefisien regresi

e = Standart error

a = Konstanta

Data diolah secara statistik untuk keperluan anasisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu SPSS 17.0 for windows.

c. Pengujian Hipotesis

1) Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan semua variable bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau tidak. Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut :


(27)

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

secara bersama-sama dari seluruh variable bebas (X1, X2, X3, dan X4 )

terhadap keputusan membeli usaha franchise.

H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama dari seluruh variabel bebas (X1, X2, X3, dan X4 ) terhadap

keputusan membeli usaha franchise.(Y) kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5%

H0 diterima jika Fhitung > Ftabelpada α = 5%

2) Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)

Nilai-nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi merupakan hasil perhitungan berdasarkan sampel yang terpilih. Oleh karena itu, disamping uji-F, dilakukan juga uji-t untuk masing-masing nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

Variabel bebas dikatakan berpengaruh terhadap variabel terikat bisa dilihat dari probabilitas variabel bebas dibandingkan dengan tingkat

kesalahannya (α). Jika probabilitas variabel bebas lebih besar dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tidak berpengaruh, tetapi jika

probabilitas variabel bebas lebih kecil dari tingkat kesalahannya (α) maka


(28)

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas

terhadap keputusan menjadi pedagang.

H0 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas

terhadap keputusan menjadi pedagang. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5%

H0 diterima jika thitung > ttabelpada α = 5%

3) Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian Koefisien Determinasi digunakan untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan dengan model persamaan tersebut akan dapat dihitung R2 atau coefficient of

determination yang menunjukkan persentase dari variasi variabel keputusan

menjadi pedagang yang mampu dijelaskan oleh model. Selanjutnya, dengan membandingkan besarnya nilai R2 untuk variabel produk, modal, potensi keuntungan, dan merek, sehingga dapat diketahui faktor terpenting atau dominan yang menentukan pengaruhnya terhadap keputusan membeli usaha

franchise.

R2 jika semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu berupa produk (X1), modal(X2), potensi

keuntungan (X3), dan merek (X4) adalah besar terhadap variabel terikat (Y)


(29)

R2 jika semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu berupa produk (X1), modal(X2), potensi

keuntungan (X3), dan merek (X4) terhadap variabel terikat (Y) yakni


(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Fajrinur (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU)” bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mendorong wirausaha memulai usaha kecil pada Pajak USU dan faktor mana yang paling dominan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif melalui analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel peluang dan variabel emosional serta pengaruh yang negative dan tidak signifikan terhadap variabel modal, pendidikan, dan pengalaman terhadap memulai usaha kecil pada Pajak USU.

Penelitian yang dilakukan oleh Pietra Sarosa (2006) dengan judul “ Pengaruh Faktor Dukungan dari Franchisor, Alasan Ekonomis, Pemasaran, dan Pribadi pada Keputusan memilih Format dan Merek Franchise” bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek

franchise dan faktor mana yang paling dominan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa faktor pemasaran tidak berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise, sedangkan faktor dukungan dari franchisor, alasan ekonomis, dan pribadi berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise.


(31)

B. Wirausaha

Menurut Zimmerer (2008:4), seseorang wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan mengabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.

Menurut Holt (Riyanti, 2003:21), entrepreneur berasal dari kata kerja

entreprende. Kata “wira” (gagah berani, perkasa) dan “usaha”. Jadi wirausaha berarti

orang yang gagah berani/perkasa dalam usaha.

Menurut Howard Stevenson ( dalam Stephen Spinelli, dkk, 2006:3),

entrepreneur adalah orang yang memanfaatkan peluang terlepas dari sumber daya

yang ada saat ini. Kunci untuk perspektif ini adalah fokus terhadap peluang tersebut. Yang dimaksud dengan fokus terhadap peluang ketimbang sumber daya adalah kita melihat apa yang diinginkan oleh konsumen kita, lalu setelah kita mengetahuinya maka kita harus menyampaikan kepada konsumen dengan baik, cepat dan harga yang murah.

Adam Smith (dalam Riyanti, 2003:23) dalam melihat wirausaha sebagai orang yang memiliki pandangan yang tidak lazim yang dapat mengenali tuntutan potensial atas barang dan jasa. Sementara di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Riyanti, 2003:24) mengartikan wirausaha sebagai orang yang pandai atau berbakat


(32)

mengenali produk, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.

Menjadi seorang wirausahawan, mereka harus bekerja lebih keras untuk menghasilkan lebih banyak uang agar bisa lebih berbahagia daripada bekerja di perusahaan besar. Menurut Zimmerer (2008:8), ada beberapa manfaat menjadi seorang wirausahawan :

1. Peluang mengendalikan nasib Anda sendiri

Memiliki suatu bisnis memberikan kebebasan dan peluang pada wirausahawan untuk mencapai sasaran yang penting baginya.

2. Kesempatan melakukan perubahan

Semakin banyak wirausahawan yang memulai bisnis karena mereka melihat kesempatan untuk membuat perubahan yang menurut mereka penting.

3. Peluang untuk menggunakan potensi sepenuhnya

Pada kebanyakan wirausahawan tidak banyak perbedaan antara kerja dan bermain; keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimilik wirausahawan merupakan alat untuk pernyataan dan aktualisasi diri. 4. Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas

Meskipun uang bukan daya dorong utama bagi wirausahawan, keuntungan dari bisnis mereka penting sebagai faktor motivasi dalam memutuskan pendirian bisnis.


(33)

5. Peluang untuk berperan untuk masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usaha anda.

6. Peluang melakukan sesuatu yang anda sukai.

Menurut Hutagalung,dkk(2010:59)ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memulai usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu :

a. Merintis Usaha Baru (Starting)

Yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri.

b. Membeli Usaha Orang Lain (Buying)

Yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah ada.

c. Kerjasama Manajemen (Franchising)

Yaitu sebuah peluang bisnis yang ditawarkan oleh pemilik, produsen atau distributor (franchisor) untuk memberikan hak eksklusif dari jasa atau merek produk kepada individu atau perusahaan orang lain (franchisee) untuk distribusi lokal, dan franchisor akan menerima pembayaran royalti dan memberikan jaminan standar kualitas.

C. Franchise


(34)

Model bisnis franchise mulai berkembang pesat di dunia pada akhir tahun 1800-an, seiring dengan terjadinya revolusi industri. Pada masa-masa tersebut banyak inovasi proses distribusi yang dilakukan termasuk dengan menggunakan model bisnis

franchise. Bentuk franchise formal yang pertama adalah pada tahun 1851 ketika Isaac

Singer menerima imbalan (fee) dari wiraniaga mandiri (independent salesman) untuk mendapatkan hak wilayah untuk menjual mesin jahit temuannya. Oleh karena itu Singer tidak mempunyai cukup modal untuk mengembangkan distribusi mesin jahitnya, maka bentuk kerja sama dengan agen penjual berbasiskan komisi adalah

solusi logis yang dilakukan.

pukul17.00)

Franchise saat ini lebih didominasi oleh franchise Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka

restauran cepat sajinya. Pada tahun

dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi

franchise sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai franchise generasi kedua. Perkembangan sistem franchise yang demikian pesat


(35)

sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha

ritel yang ada di AS. Sedangkan di

tidak mengenal diskriminasi. Pemilik franchise (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA (id.wikipedia.org/waralaba, diakses pada 1 November pukul 17.00).

2. Pengertian Franchise

Menurut Zimmerer (2008 : 80), franchise adalah suatu sistem distribusi di mana pemilik bisnis yang semi mandiri membayar iuran dan royalty kepada perusahaan induk untuk mendapatkan hak untuk menjual produk atau jasa dan seringkali menggunakan format dan sistem bisnisnya.

Menurut Stephen Spinelli ( 2006:2) franchising terjadi ketika seseorang mengembangkan model bisnis dan menjual hak untuk mengoperasikannya ke pengusaha (franchisee). Franchisee biasanya mendapatkan hak untuk model bisnis untuk jangka waktu tertentu dan di daerah geografis tertentu.

Menurut Suryana (2006:100) yaitu kerja sama antara wirausaha (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (franchise).

Menurut Anoraga (2002:239), franchise adalah suatu sistem bagi distribusi selektif bagi barang dan/atau jasa di bawah suatu nama merk melalui tempat penjualan yang dimiliki oleh pengusaha independen yang disebut “franchisee”,


(36)

walaupun pemberi franchise (franchisor) memasok franchisee dengan pengetahuan atau identifikasi merk secara terus menerus, franchisee menikmati hak atas profit yang diperoleh dan menanggung risiko kerugian. Franchisor mengendalikan distribusi barang dan/atau jasa melalui suatu kontrak dengan mengatur aktifitas

franchisee, dalam hubungannya untuk pencapaian standarisasi.

Menurut Odop (2006:16), franchise adalah pengaturan bisnis dengan sistem pemberian hak pemakaian nama dagang oleh pewaralaba kepada pihak independen atau terwaralaba untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan standarisasi kesepakatan untuk membuka usaha dengan menggunakan merek dagang/nama dagang dibawah bendera mereka.

Banyak orang tidak berani memulai bisnis sendiri karena merasa minim pengalaman. Hal inilah yang kerap membuat mereka ragu-ragu dan takut memulai usaha. Ketakutan tidak berhasil dalam berbisnis menjadi musuh utama dan menyebabkan mereka tidak pernah membuka bisnis apa pun. Dengan format

franchise, risiko kegagalan bisnis bisa diperkecil seminimum mungkin. Karena franchise memiliki sistem bisnis yang sudah jadi, brand image yang kuat, pangsa

pasar, produk, dan sistem yang sudah tersedia. Hal-hal itulah yang membuat risiko di usaha jenis ini bisa diminimalisir dan menguntungkan bagi franchisee.

3. Jenis – Jenis Franchise

Menurut Hisrich (2008, 704) ada 3 jenis franchise, yaitu : jenis yang pertama adalah hak penjualan (dealership), suatu bentuk yang umum ditemukan dalam


(37)

industri mobil; jenis franchise yang kedua adalah jenis yang menawarkan nama, citra, serta metode menjalankan bisnis; jenis franchise yang ketiga menawarkan jasa.

Menurut Hutagalung (2010, 62) ada 3 jenis waralaba (franchise), yaitu : a. Waralaba (franchise) yang bersifat kerjasama distribusi; dalam

hal ini penerima waralaba berperan sebagai distributor penjualan daripada produk yang dihasilkan oleh perusahaan induk.

b. Waralaba (franchise) yang bersifat kerjasama gaya berantai Bentuk waralaba (franchise) inilah yang paling sering dijumpai dan paling berkembang, pada sistem ini penerima waralaba berhak menggunakan merek dagang perusahaan induk, menjual produk perusahaan induk, dan wewenang lainnya tetapi sistem manajemen baik itu masalah harga, promosi, sistem keuangan, serta sistem lainya diatur oleh perusahaan induk.

c. Waralaba (franchise) yang bersifat generalisasi ide: dalam bentuk waralaba ini perusahaan induk memberikan beberapa kemampuannya menghasilkan produk, baik itu resep, teknik, dan tata cara lainnya kepada suatu pihak dan pihak itu boleh menggunakannya untuk menciptakan suatu produk baru.

4. Kriteria franchise


(38)

a. Memiliki ciri khas usaha

Ciri khas usaha yang dimaksud adalah keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru.

b. Terbukti sudah memberikan keuntungan

Terbukti sudah memberikan keuntungan mengacu pada pengalaman

franchisor selama kurang lebih lima tahun dan kiat-kiat bisnis yang

dimilikinya untuk mengatasi masalah-masalah dalam perjalanan usaha.

c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis.

Standarisasi dalam franchise harus dapat dilakukan di semua bidang, mulai dari seleksi, analisa lokasi, perizinan, operasional, proses produksi, administrasi, sistem keuangan, perencanaan, pelatihan, pemasaran, dan sebagainya.

d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan.

Franchise tersebut dapat mengajarkan pembuatan produk dan jasa

kepada orang lain atau siapa saja dengan tidak terlampau sulit dan terlalu lama.

e. Adanya dukungan yang berkelanjutan

Pemberi waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian,


(39)

dan pengembangan kepada penerima waralaba secara berkesinambungan.

f. Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar.

Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar adalah hak kekayaan intelektual terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten dan rahasia dagang.

5. Keunggulan dan kelemahan franchise

Menurut Anoraga (2002:241), keunggulan bisnis dengan menggunakan sistem

franchise adalah sebagai berikut :

a. Bimbingan

Kelemahan usaha kecil yang menyolok adalah kurangnya kemampuan manajerial. Seseorang dengan ketrampilan manajerial yang terbatas mungkin dapat diterima oleh perusahaan besar, karena ia hanya salah satu dari sekian banyak manajer. Tetapi tidak seorangpun dapat menutupi kelemahan tersebut bila menjadi seorang manajer franchise. Banyak franchisor mencoba mengatasi kekurangan atau kurang pengalaman dengan memberikan beberapa bentuk pelatihan.

b. Brand name

Investor yang menandatangani perjanjian franchise mendapat hak untuk menggunakan promosi nama merk secara nasional maupun regional. Hal ini mengidentifikasikan unit lokal dengan suatu produk


(40)

c. Produk yang terjamin.

Franchisor dapat menawarkan kepada franchisee suatu produk dan

metode pengorperasian bisnis yang terjamin. Produk atau jasa yang terkenal dan diterima oleh masyarakat luas.

d. Bantuan finansial.

Melalui kerjasama dengan perusahaan franchise, investor individual mungkin dapat terjamin bantuan finansialnya. Biaya permulaan bisnis yang sangat tinggi, dan investor prospektif biasanya memiliki dana yang terbatas. Dalam beberapa kasus, asosiasi dengan franchisor yang telah mapan melalui reputasinya dan pengendalian keuangannya dapat mempertinggi tingkat kredit investor dengan bank lokal.

Sedangkan kelemahan dari bisnis franchise ini adalah : a. Biaya

Franchisee harus membayar biaya franchise. Sebagai imbalannya franchisor

dapat memberikan pelatihan, bimbingan, atau memberi dukungan lainnya yang memerlukan biaya.

b. Pengendalian eksternal

Seseorang yang menandatangani perjanjian franchise kehilangan beberapa kebebasan. Franchisor, dalam hal mengoperasikan seluruh


(41)

tempat penjualan franchise sebagai suatu bisnis harus melakukan pengendalian atas aktivitas promosional, catatan finansial, penyewaan, prosedur pelayanan, dan pengembangan manajerial. Walaupun bermanfaat, pengendalian ini tidak menyenangkan bagi seseorang yang mencari kebebasan.

c. Program pelatihan yang lemah

Beberapa franchisor telah mengembangkan program pelatihan yang baik. Tetapi beberapa promotor menjanjikan pelatihan tetapi tidak pernah terealisasi. Dalam kasus lain, program pelatihan lemah, terlalu singkat ,dan diberikan oleh pelatih yang tidak memiliki keterampilan instruksional. Fasilitas kadangkala tidak sesuai bagi pelatihan dan pengembangan yang sebenarnya.

D. Pemasaran

Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (dalam Kotler, 2007:6), pemasaran merupakan satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntunkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Lamb, dkk (2001:6) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep harga, promosi dan distribusi, sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.


(42)

Menurut Branson dan Norvell (dalam Hidayat, 2001:3), pemasaran merupakan proses memenuhi kebutuhan manusia dengan menghadirkan produk kepada mereka dalam bentuk yang cocok serta pada tempat dan waktu yang tepat. Menurut Suryana (2006:135), pemasaran merupakan kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen (probe), mempromosikannya agar produk dikenal konsumen (promotion), dan mendistribusikan produk ke tempat konsumen (place). Sedangkan menurut Machfoedz (2005:85), pemasaran mencakup berbagai aktivitas yang ditujukan pada rangkaian berbagai jenis barang, jasa, dan ide. Aktivitas ini meliputi pengembangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi untuk memenuhi kebetulan barang jasa oleh konsumen maupun industri pengguna.

Berdasarkan beberapa konsep di atas, maka pemasaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses social yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Suryana (2006:155) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kegiatan dalam lingkup pemasaran yaitu :

1. Pembelian, yaitu memberi barang yang akan kita jual kembali. Dalam kegiatan ini kita harus mencari pemasok misalnya agen, produsen atau pedagang besar.

2. Penyimpanan (penggudangan), simpan barang-barang tersebut sebaik mungkin, jangan sampai berubah bentuk, sifat, warna, ukuran dan standar kualitasnya.


(43)

3. Sortir dan pengemasan, yaitu dilakukan dalam bentuk dan warna yang menarik, aman dari perubahan bentuk, warna, sifat, dan standar kualitas. 4. Penjualan berarti menyajikan barang agar konsumen menjadi tertarik dan

melakukan pembelian. Penjualan dapat dilakukan dengan cara : (1) Langsung mendatangi konsumen

(2) Menunggu kedatangan konsumen (3) Melayani pesanan

(4) kontrak produksi

Agar pembeli tertarik dan membeli, usahakan pelayanan penjualan sebaik mungkin, misalnya :

a. Mengelompokkan barang-barang apa saja yang tahan lama dan cepat usang/rusak. Letakkan barang –barang yang sering diminta oleh konsumen pada tempat yang paling mudah dijangkau.

b. Memberikan kepastian harga supaya konsumen dapat membandingkannya dengan harga pesaing.

c. Melayani konsumen dengan cepat dan penuh keramahan. E. Produk

1. Pengertian Produk

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan ( Kotler dan Armstrong, 2005).


(44)

Produk dibeli oleh konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan tertentu atau memberi manfaat tertentu. Karakteristik produk tidak hanya meliputi aspek fisik produk (intangible features), tetapi juga aspek nonfisik (intangible features) seperti citra dan jasa yang tidak dapat dilihat.

2. Kategori Produk

Untuk membantu strategi pemasaran perusahaan dapat berjalan secara efektif, pemasar membagi produk berdasarkan proses pembelian dan penggunaannya, menjadi produk konsumsi dan produk industri.

a. Produk Konsumsi

Produk konsumsi adalah barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga atau individual. Produk yang dibeli konsumen akan langsung dikonsumsi sendiri. Produk itu tidak akan digunakan sebagai bahan baku produksi barang lain atau dijual kembali.

b. Produk industrial

Produk industrial adalah barang atau jasa yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa lain, atau dibutuhkan untuk kegiatan operasional perusahaan.


(45)

Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua kegiatan operasional dalam usaha, seperti : untuk pengadaan bahan baku, membayar upah tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain sebagainya. Modal usaha merupakan modal yang digunakan untuk memulai atau menjalankan suatu usaha. Zimmerer, dkk (2008:49) menjelaskan bahwa langkah pertama dalam mengelola sumber daya keuangan secara efektif adalah dengan memimiliki modal awal yang cukup. Terlalu banyak wirausahawan yang memulai bisnis dengan modal yang terlalu kecil. Sedikitnya modal yang dimilik tidak sebanding dengan biaya yang diperlukan dalam menjalankan perusahaan yang hamper selalu lebih besar dari yang diperkirakan.

Machfoedz (2005:153) menjelaskan bahwa suatu perusahaan wirausaha pada umumnya bermula dari sebuah usaha kecil dengan modal dana pribadi. Ketika usaha berkembang, seorang wirausahawan kemudian mencari akses untuk mendapatkan modal yang lebih besar dengan cara meminta bantuan kepada keluarga dan teman.

Seorang wirausahawan yang berhasil mengembangkan usaha akan mencari lebih banyak saluran untuk modal, seperti berhubungan dengan bank dan investor perorangan di luar perusahaan. Wirausahawan yang berpandangan prospektif memanfaatkan tiga sumber pendanaan awal : (1) tabugan pribadi, (2) teman dan keluarga, (3) investor perorangan.

Hutagalung, dkk (2008:77) menjelaskan terdapat tiga tahapan yang akan dilewati oleh setiap usaha dalam hal pendanaan usahaanya, yaitu :


(46)

Sumber keuangan pada tahap ini yang paling mudah dan juga diutamakan dari uang sendiri. Gali sumber keuangan, seperti tabungan, deposito, atau bahkan menggunakan credit card. Baru ketika ternyata dana itu masih kurang, kita dapat mengajak rekan atau keluarga.

2. Tahapan berkembang

Umumnya pinjaman bank baru digunakan saat bisnis memasuki tahap perkembangan dan tahap matang.

3. Tahap matang

Sumber lain adalah dari perusahaan modal ventura, seperti Sumut Ventura atau perusahaan pembiayaan atau investor lainnya.

Menurut Suryana (2006:5), modal dalam kewirausahaan tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi agama. Secara garis besar, modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental, serta modal material.

1. Modal intelektual

Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya.


(47)

2. Modal Sosial dan Moral

Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha yang baik biasanya memiliki etika berwirausaha seperti : kejujuran, memiliki integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran, suka membantu orang lain, menghormati orang lain, warga Negara yang baik dan taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggung jawab. Dalam konteks ekonomi dan sosial, kejujuran, integritas, dan ketepatan janji merupakan modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu.

3. Modal mental

Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.

4. Modal material

Modal material adalah modal dalam bentuk uang dan barang, modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.

G. Potensi Keuntungan

Pada manajemen perusahaan modern seperti sekarang ini telah terjadi pergeseran strategi yaitu dari strategi memaksimalkan keutungan pemegang saham (mencari laba perusahaan) menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang


(48)

memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan. Akan tetapi, konsep laba tidak bisa dikesampingkan dan merupakan alat yang penting bagi perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi para pemilik keuntungan.

Laba perusahaan merupakan cermin dari kinerja manajemen strategis yang berhasil memuaskan pemilik kepentingan. Menurut Widjaja (dalam Suryana, 2006:168), laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan. Dikatakan sangat penting, karena apabila tidak memperoleh laba, maka perusahaan tidak dapat memberikan manfaat bagi para pemilik kepentingannya. Ini berarti perusahaan tidak dapat memberikan kenaikan gaji, tidak bisa memperluas usaha, dan tidak bisa membayar pajak.

Tujuan utama perusahaan swasta adalah keuntungan. Perusahaan Negara dan organisasi nirlaba bertujuan mempertahankan dan menarik cukup dana untuk melakukan pekerjaannya. Kuncinya adalah jangan mengarah kepada keuntungan tetapi mencapai keuntungan dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Dalam hal ini, maka perusahaan perlu menganalisis lingkungan perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Perusahaan harus mengamati kekuatan lingkungan makro (demografis, ekonomi, teknologi, politik/hukum dan sosial/budaya) dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, dan pemasok) yang mempengaruhi perolehan laba di pasar. Tujuan utama pengamatan lingkungan adalah melihat peluang dan ancaman serta kelebihan dan kelemahan dari perusahaan tersebut.


(49)

Setiap perusahaan perlu menganalisis kekuatan dan kelemahaannya secara periode selain mengetahui peluang dan ancaman yang muncul di dalam lingkungan, hal ini diperlukan untuk melihat sejauh mana perusahaan tersebut mampu bersaing dengan para pesaingnya.

Potensi keuntungan masa depan setiap usaha harus dihitung secara cermat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan, tidak cukup untuk mengunakan penjualan atau keuntungan hari ini sebagai panduan.

Menurut Mahoney dan Pandian ( dalam Suryana, 2006:124), agar perusahaan meraih keuntungan secara terus-menerus, yaitu meraih semua pesaing di industri yang bersangkutan, maka perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang superior, yang tidak transparan, sukar ditiru, atau dialihkan oleh pesaing dan member dayasaing jangka panjang yang kuat dan melebih tuntutan masa kini di pasar dan dalam situasi eksternal yang bergejolak, serta mampu bertahan menghadapi resesi. Sumber daya perusahaan yang bisa dikembangkan secara khusus adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kapabilitas dan pengetahuaannya), modal, dan kebiasaan rutin.

H. Faktor Merek

Suksesnya suatu bisnis atau produk konsumen tergantung kepada kemampuan target pasar dalam membedakan suatu produk dengan produk yang lainnya. Merek


(50)

adalah alat utama yang digunakan oleh pemasar untuk membedakan produk mereka dengan produk pesaing.

Menurut Lamb (2001 : 421) merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan keempatnya, yang mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dari produk peesaing. Sedangkan nama merek yaitu bagian dari merek yang dapat disebutkan, diucapkan termasuk huruf-huruf, kata-kata dan angka-angka.

Menurut Lamb (2001:423) ciri-ciri dari nama merek yang efektif yaitu :

1. Mudah diucapkan 2. Mudah dikenali 3. Mudah diingat 4. Pendek

5. Berbeda atau unik 6. Menggambarkan produk

7. Menggambarkan manfaat dari produk 8. Mempunyai konotasi yang positif

9. Memperkuat citra produk yang diinginkan

I. Pengambilan Keputusan


(51)

Menurut Davis (dalam Syamsi, 2000:3), keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu di antara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Menurut Nugroho (2009:2), semakin berpengalaman seorang wirausaha maka akan semakin besar kepercayaan diri dan semakin berorientasi pada tindakan-tindakan. Oleh karena itu, wirausaha harus melihat penetapan pengambilan keputusan dengan melihat setiap aspek dari personal dan memahami secara keseluruhannya. Pengalaman masa lalu dan intuisi merupakan bagian penting dalam pengambilan keputusan wirausaha. Keberhasilan seorang wirausaha di dalam bisnis tergantung pada kemampuan membuat keputusan yang meningkatkan kemampulabaan bisnisnya pada masa yang akan datang.

Keputusan seorang untuk berwirausaha juga erat kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi wirausaha, yaitu (Suryana,2006:55) :

a. Keuangan, untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan, dan sebagai jaminan stabilatas keuangan.

b. Sosial, untuk memperoleh gengsi/status, agar dapat dikenal dan dihormati, menjadi contoh bagi orang agar dapat ditiru orang lain, dan agar dapat


(52)

c. Pelayanan, untuk membuka lapangan pekerjaan, menatar dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.

d. Pemenuhan diri, untuk menjadi atasan/mandiri, mencapai sesuatu yang diinginkan, menghindari ketergantungan pada orang lain, menjadi lebih produktif, dan menggunakan kemampuan pribadi.

Pengambilan keputusan dalam kehidupan bisnis merupakan hal yang tidak mudah. Setiap alternatif di dalam faktor pembuatan keputusan yang ditujukan agar semua pihak merasa puas tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, seorang wirausaha yang berpengalaman harus memiliki keberanian dalam membuat keputusan dan mengambil suatu keputusan yang tepat, cermat, dan cepat.

Nugroho (2009:9) menerangkan bahwa keraguan-raguan dan ketidak setujuan sebenarnya masih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, karena terdapat manfaat untuk :

a. Merangsang daya imajinasi untuk mendapatkan jawaban yang benar terhadap suatu masalah.

b. Memperkaya alternatif-alternatif untuk melahirkan keputusan yang lebih baik. c. Memungkinkan penerimaan bersama terhadap keputusan yang akan diambil. 2. Pendekatan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat membuat keputusan berwirausaha dengan menggunakan satu atau beberapa pertimbangan sebagai berikut :


(53)

Pembuatan berdasarkan intuisi adalah pembuatan keputusan berdasarkan penggunaan perasaan orang yang membuat keputusan tersebut. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan, latihan-latihan maupun pengalamannya. Adapun keuntungan pembuatan keputusan berdasarkan intuisi adalah :

1. Keputusan dapat diubah dengan cepat. 2. Diutamakan yang lebih penting.

3. Dipergunakan kemampuan cara membuatnya. b. Fakta

Pembuatan keputusan berdasarkan fakta merupakan pembuatan keputusan yang paling baik dan cukup meyakinkan, sehingga orang-orang yang merasakan akibat dari keputusan tersebut tidak bias membantah keputusan-keputusan yang diambil adapaun fakta-fakta tersebut :

1. Perlu diusahakan sebaik-baiknya. 2. Perlu diselidiki dengan teliti. 3. Perlu diklasifikasikan dengan tepat. 4. Perlu ditafsirkan dengan hati-hati. c. Pengalaman.

Seorang pengambil keputusan harus dapat mempertimbangkan pengambilan keputusan yang sudah berpengalaman tentu lebih matang


(54)

apa-apa. Pengalaman seorang wirausaha di dalam mengelola bisnisnya, antara lain :

1. Pengalaman berupa sikap atau nilai. 2. Pengalaman berupa pengetahuan. 3. Pengalaman berupa ketrampilan. d. Ketrampilan

Seorang wirausaha yang terampil akan mampu mengendalikan keinginan dan kemauannya ke arah tercapainya tujuan. Tentu saja ketrampilan tidak dapat diperoleh dengan sendirinya tanpa usaha.

3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatife, keputusan pembelian dan pasca pembelian. Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja pada tahap-tahap itu (Setiadi, 2003:16)

Secara umum proses itu dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Adapun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Model tersebut menunjukkan

Pengenalan masalah

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

Perilaku setelah pembelian


(55)

semua pertimbangan akan muncul ketika konsumen menghadapi situasi membeli yang komplesk dan baru.

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang atau rangsangan eksternal seseorang.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan pembelian. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

a. Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan.

b. Sumber Komersil : iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan, dan pameran.


(56)

d. Sumber Pengalaman : pernah menangani, menguji, menggunakan produk. 3. Evaluasi Alternatif

Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.

4. Keputusan Membeli

Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada 2 (dua) hal yaitu :

a) Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen.

b) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut

Semakin tinggi intensitas sikap negatif orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya.

Faktor yang kedua adalah situasi yang tidask dapat diantisipasi. Konsumen membentuk suatu maksud pembelian, atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor


(57)

situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi untuk mengubah maksud pembelian tersebut.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya guna produk-produk tersebut dibawah harapan pelanggan, pelanggan tersebut akan merasa dikecewakan, jika memenuhi harapan, pelanggan tersebut akan merasa puas, dan jika melebihi harapan, maka pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.


(58)

Bab III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Sun Plaza Medan

Sun plaza merupakan salah satu mal di kota Medan yang dikenal dengan tempat perbelanjaan kelas menengah ke atas. Sun Plaza berdiri pada tahun 2004 dengan grand opening pada tanggal 21 Juli 2004. Sun Plaza beralamat di Jl. KH Zainul Arifin No. 7, daerah Kampung Madrash. Lokasi Sun Plaza merupakan daerah strategis karena terletak di jantung kota dan terletak di daerah perbankan kota Medan. Sun Plaza menjadi alternatif bagi para pekerja untuk menikmati makan siang ataupun

refreshing setelah jam kerja.

Jumlah tenant yang bertambah setiap tahunnya menjadi indikator bahwa semakin tahun Sun Plaza semakin digemari sebagai tempat untuk menjalankan usaha bagi para wirausahawan. Jumlah tenant yang memiliki nama ekslusif seperti Sogo Department Store, Hypermart, ACE Hardware, Index Furnishing,Pizza Hut, Sushi Tei, Nelayan, Gramedia dan Paper Clip.

Pengaruh lain yang menciptakan Sun Plaza sebagai mal yang berkelas adalah sistem parkir yang aman dan terjamin dan event-event yang diadakan sanggup menarik animo masyarakat, hal inilah yang membuat arus pengunjung meningkat tajam ketika hari Jumat, Sabtu, Minggu dan pada hari-hari libur umum.


(59)

B. Gambaran Umum Responden

Para wirausahawan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut meliputi jenis kelamin, umur, status dan tingkat pendidikan.

Tabel 3.1

Data Pribadi Pemilik Franchise No

.

Pengusaha Nama Usaha

Jenis Kelamin

Status Umur Pendidikan Terakhir 1 Tony Jugiarto Coffe Bum

Laki-laki

Menikah 45 Strata-1

2 Anton Chong Shillin Laki-laki

Menikah 38 Strata-2

3 Indra Stopo B.Solo Coffe

Laki-laki

Menikah 30 Strata-1

4 Joseph Edy D.Pizzaria Laki-laki

Belum Menikah

34 Strata-1

5 Chaterine I-tube Peremp uan

Belum Menikah

28 Strata-1

6 Susan Fresh

Coconut

Peremp uan

Belum Menikah

25 Strata-1

7 Benny Red

Mango

Laki-laki

Menikah 46 Strata-1

8 Andi Roti

Boy

Laki-laki

Menikah 40 Strata-1


(60)

Garden laki

10 Chandra Yakun

kaya toast

Laki-laki

Menikah 55 Strata-1

11 Steven Blu Apple Laki-laki

Menikah 42 Strata-1

12 Tommy XO-Suki

Laki-laki

Menikah 37 Strata-1

13 Jon Es Teller

77

Laki-laki

Menikah 43 Strata-1

14 Michael Pizza hut Laki-laki

Menikah 53 Strata-2

15 Chandra Excelso Laki-laki

Menikah 49 Strata-1

16 Wijaya Dome

Laki-laki

Menikah 50 Strata-1

17 Lee Starbucks

Laki-laki

Menikah 50 Strata-1

18 Wahyu Killiney Laki-laki

Menikah 47 Strata-1

19 Alexander QQ kopi tiam

Laki-laki

Menikah 46 Strata-1

20 Sutanto Thai

Express

Laki-laki

Menikah 47 Strata-1

21 Jonny Baskin&ro binns

Laki-laki

Menikah 47 Strata-1

22 Bambang Texa

Laki-laki

Menikah 47 Strata-1

23 Sucipto D’Creepes Laki-laki

Menikah 42 Strata-1


(61)

laki 25 Mulyadi Mr.pancak

e

Laki-laki

Menikah 44 Strata-1

26 Angeline Bread life Peremp uan

Menikah 48 Strata-1

27 Chandra Wang V.corn Laki-laki

Belum Menikah

31 Strata-1

28 A guang Popeyes Laki-laki

Menikah 43 Strata-1

29 A pin Aw

Laki-laki

Menikah 44 Strata-1

30 Setiawan Koktong Laki-laki

Menikah 40 Strata-1

31 Anthony Zing do Laki-laki

Menikah 39 Strata-1

32 Halim Sour sally Laki-laki

Menikah 45 Strata-1

Sumber : Data primer diolah (2010)

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa para pemilik usaha franchise di Sun Plaza Medan lebih didominasi oleh laki. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih berminat untuk membeli usaha franchise dibandingkan dengan perempuan. Pendidikan responden paling dominan adalah Strata-1, dimana responden sudah memiliki pemikiran yang matang didalam mengambil keputusan untuk membeli usaha franchise yang terbaik. Usia responden juga bervariasi yakni usia 25-55 tahun, dimana usia tersebut masih dalam usia produktif.


(62)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penulis dalam menganalisis dan mengevaluasi data menggunakan dua metode yaitu metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik responden penelitian, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk melihat pengaruh faktor produk, modal, potensi keuntungan, dan merek terhadap keputusan membeli usaha franchise.

A. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002:14), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat.

Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika rhitung positif atau r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

b. Jika rhitung positf atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.


(63)

Pada tahap prasurvei, kuesioner disebarkan kepada 30 orang pemilik usaha

franchise di Plaza Medan Fair, Jl. Dr. Mansur dan Setia Budi. Hasil perolehan rtabel

untuk 30 responden dengan tingkat signifikansi 5% adalah sebesar 0,361. Tabel 4.1.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 61.9667 42.654 .394 .843

VAR00002 62.2667 41.306 .460 .840

VAR00003 62.2667 41.099 .406 .843

VAR00004 62.2333 41.702 .401 .843

VAR00005 62.1000 41.679 .476 .840

VAR00006 62.1333 40.602 .517 .838

VAR00007 62.3333 40.230 .525 .837

VAR00008 62.3000 40.976 .467 .840

VAR00009 62.4333 41.289 .444 .841

VAR00010 62.3333 41.540 .411 .842

VAR00011 62.1333 41.844 .407 .842

VAR00012 62.5667 41.013 .431 .841

VAR00013 62.3000 40.907 .403 .843

VAR00014 62.3000 42.493 .362 .844

VAR00015 62.5000 41.431 .421 .842

VAR00016 62.3333 41.195 .414 .842

VAR00017 62.1333 41.016 .466 .840

VAR00018 62.1333 42.464 .370 .844

VAR00019 62.1333 40.878 .443 .841

VAR00020 62.2333 41.495 .388 .843


(64)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel Corrected item total

correlation yang menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang

dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk mengetahui validitas pada setiap pertanyaan, maka nilai pada kolom corrected item total correlation yang merupakan nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,361. Pada Tabel 4.1

dapat dilihat seluruh pertanyaan valid, karena r hitung > rtabel., sehingga diperoleh 20

pertanyaan valid yang digunakan untuk melakukan penelitian. 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam suatu penelitian (Ginting, 2008 : 179). Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai positif dan besarnya minimal 0,70 pada proses pengujiannya. Nilai uji reliabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS 17,0 seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.848 20

Sumber : Hasil pengolahan SPSS (2010)

Pada tabel 4.2 dapat kita lihat nilai cronbach’s alpha sebesar 0,848 > 0,70 , maka kuesioner tersebut dinyatakan reliable dan dapat digunakan untuk penelitian.


(65)

B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistic.

a. Analisis Grafik

Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram dan grafik normal plot yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

Hasil dari outpus SPSS terlihat seperti Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.1. Histogram Uji Normalitas Sumber : Hasil pengolahan SPSS (2010)


(66)

Gambar 4.2. Plot Uji Normalitas

Sumber : Hasil pengolahan SPSS (2010)

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa variable berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan, sedangkan pada Gambar 4.2 dapat juga terlihat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi dengan normal.

b. Analisis Statistik

Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika

nilai Asymp.sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Ginting, dkk, 2008:62).


(67)

Tabel 4.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .88142050

Most Extreme Differences Absolute .113

Positive .079

Negative -.113

Kolmogorov-Smirnov Z .642

Asymp. Sig. (2-tailed) .805

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil pengolahan SPSS (2010)

Pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,805 dan di atas nilai signifikan (0,05), dengan demikian variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji ketidaksamaan varians dari satu residual pengamatan ke pengamatan lain pada model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.


(68)

a. Metode Grafik

Dasar analisis adalah jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil pengolahan SPSS (2010)

Pada Gambar 4.3 di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga layak dipakai untuk memprediksi keputusan membeli usaha franchise, berdasarkan masukan variabel bebasnya.


(69)

Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.4. Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.606 2.279 .705 .487

PRODUK .020 .082 .049 .245 .808

MODAL -.066 .115 -.117 -.573 .571

POTENSI_K EUNTUNGA N

.040 .099 .077 .408 .686

MEREK -.066 .089 -.161 -.744 .464

a. Dependent Variable: absut

Sumber: Hasil pengolahan SPSS (2010)

Kriteria pengambilan keputusan dengan uji Glejser sebagai berikut : a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak mengalami gangguan

heteroskedastisitas.

b. Jika nilai signifikan < 0,05 maka mengalami gangguan heteroskedastisitas.


(1)

dukungan berkelanjutan, ini disebabkan oleh franchisor yang hanya mementingkan keuntungan semata pribadi.

3. Pemerintah harus lebih memperhatikan perkembangan franchise di Indonesia, karena usaha franchise dapat menggiatkan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja sehingga menurunkan pengangguran yang kian meningkat.

4. Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian dimasa yang akan datang. Penulis menyadari belum dapat meneliti secara mendalam mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan wirausahawan dalam membeli usaha franchise.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji. 2002. Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta : Rineka cipta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan. Edisi Kelima.

Jakarta : Rineka Cipta

Ciptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi kedua. Yogyakarta : Penerbit

Fajrinur. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak Usu)”. Skripsi, FE USU, Medan.

Ginting, Paham dan Syafrizal Helmi Situmorang. 2008. Analisis Data Penelitian. Medan : Usu Press

Hisrich, Robert, D. 2008. Kewirausahaan. Jakarta : PT. Salemba Empat. Hutagalung, Raja Bongsu.dkk. 2010. Kewirausahaan. Medan: Usu Press

Kottler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua Jilid 2. PT. Indeks

Kusumawati, Susi. 2008. Franchise Guide Series. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat Lamb, Charles W. 2001. Pemasaran. Salemba Empat, Jakarta.

Machfoedz, Mas’ud. 2005. Kewirausahaan.Yogyakarta : BPFE

Nugroho, Caturto Priyo. 2009. Membuat Keputusan. Bandung : P3TKP

Odop, Nistains.. 2006. Berbisnis Waralaba Murah. Yogyakarta : Media Pressindo Pietra Sarosa. 2006. “Pengaruh Faktor Dukungan dari Franchisor, Alasan

Ekonomis, Pemasaran, dan Pribadi pada Keputusan memilih Format dan Merek Franchise”. Tesis, FE UI, Depok.

Pramono, Peni R. 2007. Cara Memilih Waralaba yang Menjanjikan Profit. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Queen, Douglas J. 1991. Pedoman Membeli dan Menjalankan Franchise. Jakarta : PT. Media Elex Komputindo.

Riyanti. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta : Grasindo


(3)

Setiadi, Nugroho J. 2005. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta : Kencana.

Stephen, Spinelli dkk. 2006. Franchise: a Pathway to Wealth Creation. Usa : Prentice Hall.

Sugiono. 2006. Metode Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

Suryana, Dr, M.Si. 2006. Kewirausahaan. Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan Sistem Informasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Zimmerer, W. Thomas, Scarborough, M. Norman dan Wilson, Doug. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Edisi 5 buku 1. Jakarta : Salemba Empat

Kontan, edisi khusus November 2010

diakses pada tanggal 1 november pukul 20.00


(4)

LAMPIRAN 1

NO. Responden :.. KUESIONER PENELITIAN

Dengan hormat,

Bersamaan dengan ini Saya memohon kesedian Bapak/Ibu untuk mengisi daftar pernyataan berikut sebagai data agar dapat menyusun skripsi Saya yang berjudul “Pengaruh Produk, Modal, Potensi Keuntungan, dan Merek terhadap Keputusan untuk Membeli Usaha Franchise (Studi Kasus Usaha Food Franchise di Sun Plaza Medan)” pada program Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dan Saya Mengharapkan kesediannya untuk menjawabnya dengan baik.

Atas kerjasamanya, Saya ucapkan terima kasih.

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :………..

2. Umur :………..

3. Jenis Kelamin*) : a. laki-laki b. perempuan 4. Status*) : a. Menikah b. Belum Menikah 5. Pendidikan : a. SD d. Diploma

b. SMP e. Sarjana (S1)

c. SMU f. Lainya (sebutkan)………. 6. Lama usaha :

*) Lingkari salah satu

II. PETUNJUK PENGISIAN

Pertanyaan di bawah ini menyediakan skor 1, 2, 3 dan 4 dengan keterangan sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju = STS Tidak Setuju = TS

Setuju = S

Sangat Setuju = SS


(5)

Pertanyaan Mengenai Produk (X1)

No. Pertanyaan STS TS S SS

1 Produk Franchise yang Anda beli merupakan produk yang diinginkan oleh konsumen 2 Produk Franchise yang Anda beli berkualitas

tinggi

3 Produk Franchise yang Anda beli unik 4 Produk Franchise yang anda beli sudah

dikenal masyarakat.

Pertanyaan Mengenai Modal (X2)

No. Pertanyaan STS TS S SS

1 Modal yang digunakan untuk membeli franchise berasal dari dana pribadi Anda 2 Modal yang digunakan untuk membeli

franchise berasal dari pinjaman bank

3 Menurut Anda untuk menjalankan franchise dibutuhkan keberanian menghadapi risiko 4 Modal pengetahuan akan franchise juga

diperlukan

Pertanyaan Mengenai Potensi Keuntungan (X3)

No. Pertanyaan STS TS S SS

1 Lokasi di Sun Plaza yang strategis merupakan keuntungan tersendiri bagi Anda untuk

berusaha

2 Jaminan Keamanan yang baik untuk berusaha 3 Mendapat dukungan berkelanjutan dari

franchisor

4 Risiko untuk bangkrut tidak terlalu besar

Pertanyaan Mengenai Faktor Merek (X4)

No. Pertanyaan STS TS S SS

1 Membeli usaha franchise karena mempunyai reputasi baik.

2 Kesadaran masyarakat terhadap merek franchise yang ada beli sangat baik

3 Anda mendapat keuntungan dari franchise karena merek yang terkenal


(6)

4 Franchise yang anda beli memiliki citra yang baik

Pertanyaan Mengenai Keputusan Membeli Franchise (Y)

No. Pertanyaan STS TS S SS

1 Anda mencari informasi franchise dari internet

2 Anda mencari informasi franchise dari pameran franchise

3 Anda membandingkan franchise yang akan dibeli dengan franchise pesaingnya

4 Anda merasa puas dengan franchise yang ada beli