2. Modal Sosial dan Moral
Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha yang baik
biasanya memiliki etika berwirausaha seperti : kejujuran, memiliki integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran, suka membantu orang
lain, menghormati orang lain, warga Negara yang baik dan taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggung jawab. Dalam konteks ekonomi
dan sosial, kejujuran, integritas, dan ketepatan janji merupakan modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu.
3. Modal mental
Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan
tantangan. 4.
Modal material Modal material adalah modal dalam bentuk uang dan barang, modal ini
terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
G. Potensi Keuntungan
Pada manajemen perusahaan modern seperti sekarang ini telah terjadi pergeseran strategi yaitu dari strategi memaksimalkan keutungan pemegang saham
mencari laba perusahaan menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang berkepentingan dalam perusahaan stakeholder, yaitu individu atau kelompok yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan. Akan tetapi, konsep laba tidak bisa dikesampingkan dan merupakan alat yang penting bagi perusahaan untuk
menciptakan manfaat bagi para pemilik keuntungan. Laba perusahaan merupakan cermin dari kinerja manajemen strategis yang
berhasil memuaskan pemilik kepentingan. Menurut Widjaja dalam Suryana, 2006:168, laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran
keberhasilan. Dikatakan sangat penting, karena apabila tidak memperoleh laba, maka perusahaan tidak dapat memberikan manfaat bagi para pemilik kepentingannya. Ini
berarti perusahaan tidak dapat memberikan kenaikan gaji, tidak bisa memperluas usaha, dan tidak bisa membayar pajak.
Tujuan utama perusahaan swasta adalah keuntungan. Perusahaan Negara dan organisasi nirlaba bertujuan mempertahankan dan menarik cukup dana untuk
melakukan pekerjaannya. Kuncinya adalah jangan mengarah kepada keuntungan tetapi mencapai keuntungan dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin.
Dalam hal ini, maka perusahaan perlu menganalisis lingkungan perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Perusahaan harus mengamati kekuatan lingkungan makro
demografis, ekonomi, teknologi, politikhukum dan sosialbudaya dan pelaku lingkungan mikro utama pelanggan, pesaing, saluran distribusi, dan pemasok yang
mempengaruhi perolehan laba di pasar. Tujuan utama pengamatan lingkungan adalah melihat peluang dan ancaman serta kelebihan dan kelemahan dari perusahaan
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Setiap perusahaan perlu menganalisis kekuatan dan kelemahaannya secara periode selain mengetahui peluang dan ancaman yang muncul di dalam lingkungan,
hal ini diperlukan untuk melihat sejauh mana perusahaan tersebut mampu bersaing dengan para pesaingnya.
Potensi keuntungan masa depan setiap usaha harus dihitung secara cermat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian
perusahaan, tidak cukup untuk mengunakan penjualan atau keuntungan hari ini sebagai panduan.
Menurut Mahoney dan Pandian dalam Suryana, 2006:124, agar perusahaan meraih keuntungan secara terus-menerus, yaitu meraih semua pesaing di industri
yang bersangkutan, maka perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang superior, yang tidak transparan, sukar ditiru, atau dialihkan oleh pesaing dan member
dayasaing jangka panjang yang kuat dan melebih tuntutan masa kini di pasar dan dalam situasi eksternal yang bergejolak, serta mampu bertahan menghadapi resesi.
Sumber daya perusahaan yang bisa dikembangkan secara khusus adalah tanah, teknologi, tenaga kerja kapabilitas dan pengetahuaannya, modal, dan kebiasaan
rutin.
H. Faktor Merek