Tabel 4.6 Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen N
χ
2 hitung
χ
2 tabel
Kesimpulan 39 8,630 11,070
χ
2 hitung
χ
2 tabel
, sehingga sampel berdistribusi normal
d. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
Pada postes kelompok eksperimen, uji normalitas dilakukan dengan uji Chi-Kuadrat, berdasarkan perhitungan lampiran 6, hasil data
dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol
N χ
2 hitung
χ
2 tabel
Kesimpulan 39 10,420 11,070
χ
2 hitung
χ
2 tabel
, sehingga sampel berdistribusi normal
2. Uji Homogenitas
Pada uji homogenitas ini dilakukan uji dengan rumus fisher terhadap pretes dan postes, syarat dalam uji homogenitas ini yaitu jika F
hitung
lebih kecil dari F
tabel
maka kedua kelompok homogen dan jika F
hitung
lebih besar dari F
tabel
maka kedua kelompok tidak homogen. a.
Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan perhitungan lampiran 7, hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal pretes
F
hitung
F
tabel
Keterangan 1,03 1,72
F
hitung
F
tabel
, maka kedua kelompok homogen.
b. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan perhitungan lampiran 8, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol F
hitung
F
tabel
Keterangan 1,697 1,720
F
hitung
F
tabel
, maka kedua kelompok homogen.
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Analisis Data
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas, maka diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelompok
eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dilanjutkan analisis data dengan menggunakan
uji-t. Uji-t dilakukan pada nilai pretes dan postes. Uji-t pada nilai pretes dilakukan untuk melihat perbedaan kemampuan awal kelas kontrol dan
kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan. Uji-t pada nilai postes dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Berdasarkan perhitungan
lampiran 13 dapat dilihat hasil uji-t terhadap nilai pretes dan postes pada tabel 4.10 dan 4.11.
Tabel 4.10 Hasil Uji “t” Kemampuan Awal Siswa Pretes Variabel t
hitung
t
tabel
Kesimpulan Kemampuan awal
belajar kognitif 1,86 1,99
t
hitung
t
tabel
, maka H
diterima
Tabel 4.11 Hasil Uji “t” Hasil Belajar Siswa Setelah Pembelajaran Postes Variabel t
hitung
t
tabel
Kesimpulan hasil belajar kognitif
10,22 1,99
t
hitung
t
tabel
, maka H
ditolak
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan statistik uji “t” pada nilai pretes, diperoleh nilai t
hitung
sebesar 1,86 tabel 4.10, sedangkan pada taraf signifikansi 5 t
tabel
adalah sebesar 1,99. Karena t
hitung
t
tabel
, maka
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal kelas kontrol dan kemampuan awal kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan statistik uji-t pada nilai postes, diperoleh nilai t
hitung
sebesar 10,22, sedangkan pada taraf signifikansi 5, t
tabel
adalah sebesar 1,99. Karena t
hitung
t
tabel
, maka H
a
yang menyatakan bahwa ”terdapat pengaruh penerapan model cooperative
learning tipe STAD terhadap hasil belajar kimia pada konsep sistem koloid”
diterima dan H
yang menyatakan bahwa “tidak terdapat pengaruh penerapan model cooperative learning tipe STAD terhadap hasil belajar
kimia pada konsep sistem koloid” ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan model cooperative learning tipe STAD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem
koloid jika dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional presentasi dan ceramah.
2. Pembahasan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model cooperative learning
tipe STAD, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid.
Berdasarkan nilai rata-rata, dapat dilihat bahwa penggunaan model pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode
ceramah dan presentasi biasa. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 82,56 sedangkan kelas kontrol sebesar 64,1 tabel 4.1 dan 4.2. Tingginya rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol disebabkan penggunaan model pembelajaran STAD ini dapat menjadikan
jumlah siswa yang antusias dalam belajar lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model pembelajaran STAD berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem
koloid digunakan hipotesis statistik. Sebelum melakukan uji hipotesis, data pretes dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan
kemampuan awal sampel yang diteliti. Berdasarkan hasil uji prasyarat
penelitian diketahui bahwa data pretes dari kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sampel yang
diambil memiliki kondisi awal yang relatif sama atau tidak berbeda nyata. Kemudian berdasarkan data hasil uji hipotesis, diperoleh harga t
hitung
sebesar 10,22, sedangkan harga t
tabel
sebesar 1,99. Berdasarkan hasil ini maka t
hitung
t
tabel
, maka H ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Oleh karena itu, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan model cooperative learning
tipe STAD terhadap hasil belajar kimia pada pokok konsep sistem koloid diterima.
Pada dasarnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh guru, minat belajar, kesehatan, perhatian, ketenangan jiwa waktu belajar, motivasi,
kegairahan diri, cita-cita, kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indra dalam belajar, lingkungan belajar suasana kelas, cuaca, letak sekolah di tempat
yang ramai atau tidak, faktor interaksi sosial dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan pendidiknya, media pembelajaran, media
pendidikan, metodologi mengajar yang digunakan, buku-buku yang dipakai dan lain sebagainya. Semua ini akan memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Pada tahap awal STAD yaitu
penyajian materi, peneliti menggunakan media pembelajaran adobe flash, diharapkan semangat atau minat belajar siswa serta perhatian siswa lebih
baik dan pembelajaran pun menjadi lebih inovatif. Pada tahap kedua STAD dilakukan diskusi kelompok agar pembelajaran efektif dan merata, tidak
hanya diikuti secara antusias oleh beberapa siswa saja, hal ini dikarenakan dalam diskusi kelompok setiap siswa harus bekerja dan belajar bersama
dalam waktu yang telah ditentukan serta mencari solusi secara bersama- sama. Pada tahap ketiga diberikanlah tes individu kepada setiap siswa, dan
nilai dari tes individu ini akan memberikan kontribusi bagi nilai kelompoknya, sehingga siswa pun menjadi lebih antusias dan semangat