Letak Geografis dan Administrasi Potensi Sumber Daya Alam

4.1.2. Letak Geografis dan Administrasi

Kota Pematangsiantar secara geografis terletak di bagian tengah Sumatera Utara, terletak pada garis 2° 53’ 20” Lintang Utara LU dan 99° 1’ 00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur BT pada peta bumi dan berada di tengah-tengah kabupaten Simalungun dengan suhu rata-rata 24,7ºC dan curah hujan 2808 mmtahun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km 2 terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km 2 Letak geografis Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada Gambar 4.1 Wilayah administrasi Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan. Luas wilayah untuk masing-masing kecamatan dapat di lihat dari Tabel 4.1. atau sama dengan 28,41 persen dari total luas wilayah Kota Pematangsiantar. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Pematangsiantar Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Pematangsiantar No Kecamatan Kelurahan Luas Km2 Persentase 1 SIANTAR MARIHAT Sukamaju 7,825 9,78 Pardamean Sukaraja BP. Nauli Mekar Nauli Parhorasan Nauli Suka Makmur 2 SIANTAR MARIMBUN Simarimbun 18,006 22,52 Nagahuta Pematang Marihat Tong Marimbun Marihat Jaya Nagahuta Timur 3 SIANTAR SELATAN Aek Nauli 2,020 2,53 Martimbang Kristen Toba Karo Simalungun 4 SIANTAR BARAT Sipinggol-pinggol 3,205 4,01 Teladan Dwikora Proklamasi Timbanggalung Simarito Banjar Bantan 5 SIANTAR UTARA Martoba 3,650 4,56 Melayu Baru Suka Dame Bane Sigulang-gulang Kahean 6 SIANTAR TIMUR Kebun Sayur 4,520 5,65 Tomuan Pahlawan Siopat Suhu Merdeka Pardomuan Asuhan 7 SIANTAR MARTOBA Sumber Jaya 18,022 22,45 Nagapita Pondok Sayur Tambun Nabolon Nagapitu Tambun Tonga Tanjung Pinggir 8 SIANTAR SITALASARI Bah Kapul 22,723 28,41 Gurilla Bukit Shofa Setia Negara Bah Sorma J u m l a h 79,971 100 Keterangan : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2009. Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Potensi Sumber Daya Alam

4.1.3.1. Kondisi Topografi Kondisi topografi dan kelerengan merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan rencana pemanfaatan ruang dan bersifat “given” sehingga dalam pemanfaatannya untuk dapat berfungsi sebagai kawasan budidaya khususnya pada kondisi topografi dan kelerengan yang curam sangat curam membutuhkan teknologi yang tinggi. Dengan demikian kondisi topografi dan kelerengan merupakan potensi sekaligus batasan dalam pengembangan lahan. Berdasarkan kondisi eksisting topografi dan kelerengan yang ada di Kota Pematangsiantar yang selanjutnya disebut morpologi, sangat beragam dari landai, bergelombang, curam hingga sangat curam. Hal ini mengindikasikan potensi pengembangan wilayah jika dimanfaatkan secara optimal maka akan sangat menguntungkan. Berikut tabel kondisi topografi dan kelerengan yang ada di Kota Pematangsiantar. Tabel 4.2. Kondisi Topografi Menurut Klasifikasi Kelerengan per Kecamatan di Kota Pematangsiantar No. Kecamatan Datar Landai 0 – 2 2 – 8 1. Siantar Utara 304,449 93,951 2 Siantar Selatan 205,818 0,305 3 Siantar Barat 311,51 59,279 4 Siantar Timur 323,908 115,022 5 Siantar Martoba 1.594,882 1.023,831 6 Siantar Sitalasari 802,479 774,056 7 Siantar Marihat 547,625 154,003 8 Siantar Marimbun 1.378,796 306,095 Jumlah 5.469,467 2.526,542 Persentase 68,5 31,5 Keterangan : Laporan Bappeda 2010 Universitas Sumatera Utara Kondisi topografi dan morfologi yang hanya terdiri dari 2 morfologi yaitu datar dan landai, dan dapat dikatakan relatif datar secara keseluruhan, sehingga hampir seluruh lahan dapat dimanfaatkan sebagai lahan atau kawasan budidaya. Kondisi topografi dan kelerengan memberikan potensi untuk mengalokasikan ruang dalam konteks perencanaan tata ruang yang relatif mudah untuk dikembangkan untuk berbagai aktivitas perkotaan. Sebagai kawasan perkotaan yang memerlukan banyak pengembangan ke arah pengembangan fisik perkotaan sangat membutuhkan wilayah dengan kondisi topografi dan morfologi yang datar. 4.1.3.2.Kondisi Hidrologi Berdasarkan kondisi eksisting Kota Pematangsiantar, Wilayah Kota Pematangsiantar dialiri oleh banyak sungai yang merupakan sumber air bagi penduduk untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, seperti sumber air baku, irigasi pertanian, MCK maupun kebutuhan lainnya. Pola aliran sungai di wilayah Kota Pematangsiantar pada umumnya didominasi oleh pola aliran dendritik. Namun demikian, pada beberapa bagian, terutama di bagian selatan wilayah ini tampak pola aliran trelis. Pola aliran ini pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi di samping jenis litologi dan topografi permukaan di daerah aliran. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Sungai Utama di Kota Pematangsiantar No. Nama Sungai Kecamatan Klasifikasi Lintasan 1. Bah Bolon Seluruh wilayah Kota Besar Seluruh Kecamatan 2. Bah Kapul Siantar Sitalasari Besar Kec. Siantar Sitalasari dan Kec.Martoba 3. Bah Sibarang- barang Siantar Marimbun Besar Kec.Siantar Selatan, Kec.Siantar Marimbun 4. Bah Sigulang- gulang Siantar Utara Besar Kec.Siantar Martoba, Kec. Siantar Utara, Kec. Siantar Siantar Barat Sumber : Hasil Interpretasi Peta Laporan Bappeda Kota Pematangsiantar, 2008 Selain adanya sungai, di dalam suatu wilayah juga terdapat DAS Daerah Aliran Sungai ataupun WAS Wilayah Aliran Sungai. DAS yang terdapat di Kota Pematangsiantar adalah DAS Bah Bolon. DAS ini pada dasarnya tidak hanya terdapat atau melalui Kota Pematangsiantar, karena DAS ini terdiri dari beberapa sungai yang terdapat di beberapa wilayah kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Sungai Kualau Tanjung, Sungai Suka, Sungai Kiri, dan Sungai Bah Bolon. 4.1.3.3.Penggunaan Lahan Dari hasil interpretasi foto satelit tersebut diperoleh informasi penggunaan lahan land-use Kota Pematangsiantar yang meliputi peta penggunaan lahan dan tabel penggunaan lahan. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa terdapat 24 kategori pemanfaatan ruang di Kota Pematangsiantar, yang dibagi dalam 3 kategori yaitu non-urban, urban dan utilitas. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Pola Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar Tahun 2008 No. Penggunaan Lahan Luas Ha Persentase A NON URBAN 5.078,05 63,50 A.1 Sawah 2750,02 34,39 A.2 Kebun Sawit 1025,39 12,82 A.3 Kebun Campuran 1210,10 15,13 A.4 Sungai 92,54 1,16 B URBAN 2.615,73 32,71 B.1 Industri 149,03 1,86 B.2 Perdagangan dan Jasa 189,18 2,37 B.3 Kesehatan 18,94 0,24 B.4 Pendidikan 85,36 1,07 B.5 Kantor Pemerintahan 34,14 0,43 B.6 Permukiman Rendah 305,70 3,82 B.7 Permukiman Sedang 1289,44 16,12 B.8 Permukiman Tinggi 413,02 5,16 B.9 Olahraga dan Budaya 18,12 0,23 B.10 Peribadatan 7,14 0,09 B.11 Militer 53,06 0,66 B.12 Taman Lingkungan Perumahan 1,92 0,02 B.13 Taman Kota 3,71 0,05 B.14 Pariwisata 1,65 0,02 B.15 Terminal 10,09 0,13 B.16 TPU 31,89 0,40 B.17 TPA 3,32 0,04 C UTILITAS 303,32 3,79 C.1 Outer Ringroad 44,83 0,56 C.2 Jalan 250,29 3,13 C.3 Rel KA 8,20 0,10 Total 7997,10 100,00 Sumber : Hasil interpretasi data citra satelit Laporan Bappeda Kota Pematangsiantar, 2008 Dari Tabel 4.4. tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar di Kota Pematangsiantar adalah sawah dengan luas 2.750,02 Ha 34,39, diikuti oleh permukiman dengan luas 2.008,16 Ha 25.11, kebun sawit dengan luas 1.025,39 Ha 12.82 dan kebun campuran dengan luas 1.210,10 Ha 15,13. Adapun penggunaan lahan lainnya antara lain meliputi proporsi yang rendah, seperti jalan 3.13, perdagangan dan jasa 2.37, industri 1.86, pendidikan 1.07. Universitas Sumatera Utara Dari angka-angka tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan Kota Pematangsiantar masih didominasi oleh kelompok non urban pertanian yang meliputi 63.88 dari total wilayah kota, di mana sawah merupakan komponen terbesar. Sementara penggunaan lahan kelompok urban hanya meliputi 32.36 dari total wilayah kota. Angka-angka tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar tidak memiliki lahanarea dengan kategori ‘kawasan lindung’ yang meliputi hutan primer, hutan sekunder, rawa dan sebagainya. Gambar 4.2. Peta Citra Satelit Cita Satelit Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3. Peta Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar Penggunaan Lahan Universitas Sumatera Utara Arah perubahan guna lahan merupakan akibat perkembangan kota yang membutuhkan lahan kegiatannya yang berbeda-beda pola perubahannya, seperti digambarkan berikut : a. Lahan sawah memiliki arti yang sangat penting bagi Kota Pematangsiantar, karena selain merupakan lumbung tanaman pangan nasional sekaligus kawasan hijau kota. Karena itu keberadaan sawah berimplikasi pada produksi pangan dan pelestarian lingkungan secara bersamaan. Sawah tersebar luas di tepi utara dan selatan Kota Pematangsiantar, meliputi Kecamatan Siantar Martoba, Siantar Sitalasari, Siantar Marimbun dan Siantar Marihat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selama 1 dekade terakhir telah terjadi alih guna lahan dari sawah menjadi hunian terutama di Kecamatan Siantar Marimbun dan Siantar Marihat. Kondisi ini menandakan meningkatnya kebutuhan akan hunian di Kota Pematangsiantar sekaligus mengindikasikan belum adanya sistem pengendalian guna lahan yang efektif. b. Lahan kebun sawit di Kota Pematangsiantar pada umumnya merupakan bagian dari lahan perkebunan negara PTPN. Kawasan kebun sawit tersebar di area tepi kota, terutama di Kec. Siantar Martoba, Siantar Sitalasari dan Siantar Marimbun. Kebun sawit dapat berperan sebagai ruang terbuka hijau dalam batas tertentu. Sebagaimana sawah, keberadaan kebun sawit memperkuat lingkungan biotik dan memberikan kesan visual yang alami. Meskipun demikian kebun sawit menyerap air tanah secara intensif sehingga dalam skala besar dapat berdampak pada penurunan kadar air tanah. Karena itu dalam waktu mendatang dapat direkomendasikan agar perkebunan sawit dipertahankan dalam skala terbatas. Universitas Sumatera Utara c. Lahan kebun campuran tersebar pada 2 kecamatan di bagian tepi kota, yaitu Siantar Martoba dan Sitalasari. Lokasi kawasan kebun campuran pada umumnya berdekatan dengan kawasan kebun sawit. Kawasan kebun campuran memiliki arti penting bagi Kota Pematangsiantar, karena selain menghasilkan komoditas pangan, sekaligus berperan sebagai ruang terbuka hijau RTH. Karena itu keberadaan kebun campuran berimplikasi pada produksi pangan dan pelestarian lingkungan secara bersamaan. d. Kegiatan perdagangan dan jasa mencakup luas 189,18 Ha 2,37 dari luas kota. Hal ini berarti bahwa perdagangan dan jasa merupakan penggunaan lahan kedua terluas untuk kategori urban, atau terluas untuk kegiatan ekonomi perkotaan. e. Kegiatan industri tersebar di bagian utara Kota Pematangsiantar, khususnya di sekitar Jalan Medan. Dalam waktu mendatang, pengembangan kegiatan industri membutuhkan alokasi lahan yang memadai dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. f. Lahan permukiman merupakan bagian dari kawasan budidaya yang memiliki fungsi utama sebagai hunian. Permukiman terkonsentrasi di bagian inti kota serta di sekitar jaringan jalan arteri primer Jalan Medan, Jalan Parapat, Jalan Asahan, Jalan Melanton Siregar. Universitas Sumatera Utara

4.1.4. Potensi Sumber Daya Manusia