Teori Pusat Pertumbuhan TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pusat Pertumbuhan

Theory growth poles adalah salah satu teori yang dapat menggabungkan antara prinsip- prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus Alonso dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2010. Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah. Selain itu teori ini juga dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan tepadu. Menurut Mercado 2002 konsep pusat pertumbuhan diperkenalkan pada tahun 1949 oleh Fancois Perroux yang mendefinisikan pusat pertumbuhan sebagai “pusat dari pancaran gaya sentrifugal dan tarikan gaya sentripetal”. Menurut Rondinelli dan Unwin dalam Mercado 2002 bahwa teori pusat pertumbuhan didasarkan pada keniscayaan bahwa pemerintah di negara berkembang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dengan melakukan investasi yang besar pada industri padat modal di pusat kota. Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan pasar bebas melengkapi kondisi terjadinya trickle down effect dampak penetesan ke bawah dan menciptakan spread effect dampak penyebaran pertumbuhan ekonomi dari perkotaan ke pedesaan. Menurut Stohr dalam Mercado 2002, konsep pusat pertumbuhan mengacu pada pandangan ekonomi neo-klasik. Pembangunan dapat dimulai hanya dalam beberapa sektor yang dinamis, mampu memberikan output rasio yang tinggi dan pada wilayah tertentu, yang dapat memberikan dampak yang luas spread effect dan dampak ganda multiple effect pada sektor lain dan wilayah yang lebih luas. Oleh karena itu pembangunan sinonim dengan urbanisasi pembangunan di wilayah perkotaan dan industrialisasi hanya pada sektor industri. Pandangan ekonomi neo-klasik berprinsip bahwa kekuatan pasar akan menjamin ekuilibrium keseimbangan dalam distribusi spasial ekonomi dan proses trickle down effect atau centre down dengan sendirinya akan terjadi ketika kesejahteraan di perkotaan tercapai dan dimulai Universitas Sumatera Utara dari level yang tinggi seperti kawasan perkotaan ke kawasan yang lebih hirarki perkotaan dan perusahaan-perusahaan besar. Namun demikian kegagalan teori pusat pertumbuhan karena trickle down effect dampak penetesan ke bawah dan spread effect dampak penyebaran tidak terjadi yang diakibatkan karena aktivitas industri tidak mempunyai hubungan dengan basis sumberdaya di wilayah hinterland. Selain itu respon pertumbuhan di pusat tidak cukup menjangkau wilayah hinterland karena hanya untuk melengkapi kepentingan hirarki kota Mercado, 2002. 2.2. Teori Lokasi Mengetahui karakteristik jenis kegiatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan suatu lokasi kegiatan. Menentukan lokasi sangat terkait dengan daerah pelayanan yang menjadi target pelayanan. Dari sini akan terlihat bahwa pelayanan umum yang lebih bersifat pelayanan publik akan berbeda dengan kegiatan ekonomi yang lebih berorientasi ekonomi. Menurut Daldjoeni dalam Miarsih, 2009 terdapat tiga konsep mengenai lokasi kegiatan: 1. Jangkauan range, maksudnya seberapa jauh jarak yang mampu ditempuh untuk membeli barang dan jasa pada tingkat harga tertentu. 2. Batas ambang penduduk treshold, biasanya jumlah penduduk minimal yang dibutuhkanmembutuhkan suatu fasilitas tertentu. 3. Tempat pusat central place, yaitu suatu pusat yang melayani perkotaan dan perdesaan serta wilayah yang lebih besar lagi daripada wilayahnya sendiri dengan masing-masing tempat pusat tersebut menawarkan batas ambang populasi dan jangkauan fungsi untuk wilayah komplemen yang dilayani. Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas perilaku lokasi dari kegiatan pada umumnya adalah memaksimalkan akses pada komunitas masyarakat Rusthon dalam Miarsih, 2009. Universitas Sumatera Utara Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang spatial order kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain activity. Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal local input; permintaan lokal local demand; bahan baku yang dapat dipindahkan transferred input; dan permintaan luar outside demand Hoover dan Giarratani dalam Miarsih, 2009 Selain teori yang dikemukakan di atas, terdapat teori lokasi yang perlu untuk diketahui yaitu Central Place Theory. Teori ini dikembangkan oleh Christaller yang disempurnakan oleh August Losch. Kesimpulan yang dapat diambil dari teori ini adalah bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan kepada penduduk adalah dengan menempatkan lokasi kegiatan yang melayani kebutuhan penduduk pada tempat yang sentral. Hal tersebut merupakan landasan utama bagi setiap alokasi lokasi fasilitas pelayanan Djojodipuro dalam Miarsih, 2009. Tempat lokasi yang sentral yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat yang memungkinkan pertisipasi masyarakat secara maksimum, baik bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan, maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang atau jasa pelayanan yang dihasilkan. Tempat seperti itu, oleh Christaller dan Losch, diasumsikan sebagai titik simpul-simpul dari suatu bentuk yang heksagonal. Tempat-tempat tersebut memiliki kawasan pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Berdasar pada asumsi Christaller bahwa “orang akan berjalan ke tempat yang paling dekat tempat tinggalnya untuk mendapatkan barang kebutuhan”, maka bagi orang-orang yang tinggal di kawasan pengaruh tempat-tempat sentral yang bertampalan, mereka akan pergi ke tempat sentral yang paling dekat. Bourne dalam Mirza, 2008 strategi yang dilakukan untuk menetapkan lokasi pada tingkat pelayanan umum sehingga dapat memberikan pelayanan secara optimal adalah : 1. Diperoleh gambaran yang tepat pada tingkat karakteristik target populasi konsumen yang telah teridentifikasi. 2. Menetapkan distribusi ruang dari target populasi yang telah di identifikasi. 3. Menetapkan area wilayah yang berpotensi untuk dialokasikan pada area fasilitas. 4. Menetapkan secara pasti terhadp lokasi fasilitas masing-masing area pelayanan Diperoleh manfaat dari teori tersebut di atas adalah: pergerakan kota merupakan aktivitas yang ada dalam ruang kota, baik ekononi maupun jasa pelayanan umum, termasuk diantaranya urbanpenduduk kota dan keberadaan fasilitas sarana prasarana pendidikan.

2.3. Teori Basis Ekonomi