Analisis Tindak Kekerasan Pada Perilaku Kolektif Dalam Gerakan Sosial Mahasiswa

(1)

LAMPIRAN

Tabel 4.4. Fase Kekerasan dalam Demonstrasi Fase Waktu Bentuk

Kekerasan Lokasi Sumber

1 Pelem paran Wacan a awal Maret-Perteng ahan Maret

Blokir Jalan 1 jalur

Informan

21-Mar-12

Blokir jalan 1 jalur Kantor DPRD Sumut Informan http://female.kompas.com/read/2012/03/21/152 20694/Demo.Mahasiswa.di.DPRD.Sumut.Ricu h Baku hantam

antara aparat dan massa aksi Blokir jalan utama Ba nd a ra P ol o ni a 2 Menjel ang Penga mbilan Keput usan Penun daan 26-Mar-12 Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat dengan water canon

Baku hantam antara aparat dan massa aksi

Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat dengan water canon

Informan dan berbagai sumber website

Perusakan bahu trotoar dan pot bunga jalanan untuk senjata lempar

29-Mar-12

Blokir 4 jalan utama Simpang Jalan Juanda-Halat, Sisingamaraj a Informan http://nasional.news.viva.co.id/news/read/3002 62-demo-bbm-medan-blokir-empat-jalan-utama 30-Mar-12 Pembakaran pos-pos polisi Informan Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih ekstrem adalah makian terhadap aparat dan Informan


(2)

pemerintah. Pelem paran Wacan a Naik Kemba li

05-Jun-13 Pelemparan Telur

Kantor Pertamina, JL Yos Sudarso

Harian WASPADA, 6 Juni 2013

Blokir Jalan 1 jalur 3 Menjel ang Penga mbilan Keput usan (Naik Kemba li) 17-18 Juni 2013 Penjarahan dan perusakan restoran cepat saji KFC Perintis Kemerdekaan

Informan dan berbagai sumber internet

Baku hantam antara aparat dan massa aksi Simpang Nomensen Simpang USU Perusakan bahu

trotoar dan pot bunga jalanan untuk senjata lempar

Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat dengan water canon

Perusakan lampu lalu lintas Peyanderaan mobil plat merah

Simpang JL. Iskandar Muda-Gajah Mada, JL. Gedung Arca Pembakaran pos-pos polisi Informan Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih ekstrem adalah makian terhadap aparat dan pemerintah. Informan


(3)

FOTO

Aksi BBM di Bundaran SIB

Sumber :

Ribuan massa aksi melakukan long march menuju Bandara Polonia


(4)

Demonstrasi oleh buruh dan mahasiswa dilakukan di depan Kantor Gubernur Sumut Sumber

Aksi di depan Kantor DPRD Sumut


(5)

Represifitas aparat

Sumber

pendemo menyerang pos polisi

Sumber


(6)

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Bidang Kebijakan Publik BEM UNAIR. 2012. Gerakan Mahasiswa Dari Masa Ke Masa. Surabaya : BEM UNAIR.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Media

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara.

Komsiah, Siti. 2010. Modul Pengantar Sosiologi,

Lofland, John. 2003. PROTES. Yogyakarta : InsisT Press

Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana.

Nasution, M. Arif & Harahap, Hamdani dkk. 2008. Metode Penelitian. Medan : FISIP USU Press

Prasentyoko, A. Indriyo, Wahyu dkk. 2001. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi Di Indonesia. Jakarta : YHDS.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Saidi, Ridwan. 1989. Mahasiswa dan Lingkaran Politik. Jakarta : Lembaga Pers Mahasiswa Mafussy Indonesia.

Razak, Yusron. 2007. Sosiologi Sebuah Pengantar. Bandung : Gamma Press

Santoso, Thomas. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Surabaya : Ghalia Indonesia Scott, John. 2012. Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(8)

Situmorang, Abdul Wahib. 2007. Gerakan Sosial (Studi Kasus Beberapa Perlawanan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Supriatna, Nana dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi. Jakarta :

Grafindo.

Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

SITUS INTERNET

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1426/Kesatuan-Aksi (diakses 20 November 2013, 17.36 WIB).

(diakses 20 November 2013, 17.35 WIB).

http://iesdepedia.com/blog/2013/01/13/new-sosial-movement/ (diakses 13

Desember 2013, 1.07 WIB)

14 Oktober 2014, 23 : 34 WIB)

Juli 2014, 02. 13 WIB)

02. 14 WIB)


(9)

01.14 WIB)

Komunitas E-Learning Universitas Gadjah Mada (Kuliah 8)

PENELUSURAN DOKUMENTASI

(diakses 14 Juli 2014, 00.25 WIB)

Juli 2014, 01.14 WIB)

WIB)

2014, 21.58 WIB)


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian historis. Menurut Donald Ary (Yatim Rianto dalam Nurul Zuriah , 2005) juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk

mempelajari masalah baru tersebut30

Penelitian ini juga mengambil sampel dari suatu unit sosial selama kurun waktu tertentu yakni antara tahun 2010-2013 karena pada tahun-tahun itulah terjadi beberapa demonstrasi yang terhitung cukup anarkis namun juga memberi dampak yang cukup nyata. Seperti demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM yang berlangsung beberapa kali dan pada tahun 2012 walau terjadi pemboikotan di bandara dan stasiun di beberapa tempat, namun berhasil menunda kenaikan harga BBM. Selain itu alasan studi kasus

. Penelitian historis untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.

30

Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara (hal. 51)


(11)

penelitian ini antara tahun 2010-2013 adalah karena peneliti baru saja menginjak bangku pendidikan tinggi di tahun 2010, sehingga tahun-tahun ini erat dengan kehidupan peneliti sebagai mahasiswa.

3.2. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih Kota Medan, Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian. Hal ini disebabkan karena Medan adalah pusat segala kegiatan dan aktivitas masyarakat Sumatera Utara dalam segala bidang. Sekolah tinggi ataupun universitas banyak yang berlokasi di Medan, termasuk Universitas Sumatera Utara tempat peneliti melakukan studi, sehingga mahasiswa tidak sulit untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi mahasiswa di pusat-pusat Kota Medan.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis merupakan satuan analisis penelitian. Unit analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan fokus/komponen yang diteliti. Ini berfungsi untuk pengkerucutan

pengambilan data pada penelitian31.

31

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-unit-analisis-dalam-penelitian.html

Goerge Ritzer membagi tingkat analisis permasalahan dalam penelitian menjadi dua kontinum realitas sosial yaitu makroskopik dan mikroskopik. Penelitian kualitatif lebih dekat dengan konteks mikroskopik karena dalam konteks ini membicarakan mengenai pola


(12)

perilaku, tindakan, interaksi dan juga persepsi serta sikap individu-individu (Bungin, 2007). Maka dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah mahasiswa sebagai pelaku demonstrasi dan masyarakat sebagai penerima imbas demonstrasi.

3.3.2. Informan

a.

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Informan penelitian pun dibagi menjadi informan kunci, yaitu :

Informan kunci

Mahasiswa yang ikut berdemonstrasi dan pelaku tindak kekerasan.

Mahasiswa yang tidak ikut serta dalam aksi demonstrasi Tokoh masyarakat, pengamat sosial dan para ahli.

Dalam penentuan informan, penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling (bola salju). Snowball sampling, teknik sampel ini dimulai dari sampel kecil beberapa orang. Dalam perkembangannya jumlah orang yang diwawancarai akan terus

berkembang sampai jumlah terpenuhi32

32

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara.


(13)

Menurut Jalaludin Rahmat, penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan

teori-teori yang mampu menjelaskan dan merAAkan33. Artinya dalam

melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan data-data yang valid dan teruji kebenarannya.

Data-data tersebut terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli sumber-sumber asli disini diartikan sebagai sumber-sumber pertama darimana

data tersebut diperoleh34. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah

diperoleh dari orang lain atau sudah pernah dipublikasikan sehingga data

tersebut telah tersedia35

a.

Data-data tersebut didapat dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :

Wawancara mendalam

Wawancara ialah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, merupakan proses tanya-jawab lisan, dimana dua orang atau

lebih saling berhadapan secara fisik36. Burhan Bungin37 membagi

teknik wawancara menjadi wawancara mendalam dan wawancara bertahap.

33

Rakhmat, Jalaluddin. Mei 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

34

http://www.fourseasonnews.com/2012/06/pengertian-data-primer.htm

35

http://www.bimbingan.org/pengertian-data-sekunder.htm

36

Kartono pada Nasution, M. Arif & Harahap , Hamdani dkk. 2008. Metode Penelitian. Medan : FISIP USU Press.

37

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Media

Wawancara mendalam mengharuskan pewawancara terlibat dalam kehidupan informan dan ini membutuhkan waktu yang lama dibanding


(14)

dengan teknik wawancara lainnya. Sedangkan wawancara bertahap tidak mengharuskan pewawancara untuk terlibat dalam kehidupan sosial informan sehingga pewawancara memiliki banyak waktu diluar informan untuk mengembangkan dan menganalisis hasil wawancara.

b. Dokumenter

c.

Metode ini pada umumnya untuk menelusuri data historis. Metode ini memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di waktu silam. Bahan dokumenter masih bisa dikatakan sebagai data primer. Karena dokumen-dokumen yang dimaksud adalah yang tidak pernah dipublikasikan dimanapun seperti otobiografi, kliping, dokumen pemerintah atau swasta namun cenderung rahsia, surat-surat pribadi, cerita rakyat , data pribadi pada server atau hard-disk, dan lain sebagainya. Namun ketika dokumen-dokumen tersebut sudah pernah dipublikasikan, maka itu berubah jenis menjadi data sekunder, seperti otobiografi yang diterbitkan.

Bahan Visual

Seperti fotografi, videografi atau film dokumenter. Bentuk-bentuk tindakan demonstrasi kerap meninggalkan bekas yang riil. Maka diperlukan suatu dokumentasi yang bisa dilihat seperti foto dan rekaman aksi demonstrasi. Bahan dokumenter dan bahan visual nyaris sama, maka cara membedakannya : (1) bahan dokumenter tidak memiliki sifat fotografi namun apabila ada film documenter maka sebaiknya dikelompokkan sebagai bahan visual, (2) bahan dokumenter bukan grafis, (3) bahan dokumentasi berupa kumpulan tulisan dan


(15)

cerita yang tertulis, (4) bahan visual secara untuh menggunakan

teknologi digital sebagai cara berproduksi38

d.

. Data dari bahan visual bisa dikategorikan sebagai data primer juga data sekunder. Dikatakan data primer apabila saat momen berlangsung, peneliti mengabadikannya sendiri.

Penelusuran literatur

Untuk memperkuat data-data yang diperoleh secara langsung dilapangan, digunakan landasan-landasan teori yang berasal dari literatur-literatur seperti buku, skripsi/tesis, jurnal ilmiah, artikel dalam media cetak atau dari internet.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan

menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi, wawancara dan juga dokumentasi atau visualisasi. Setelah itu data akan dipelajari dan ditelaah kembali untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang menjadi rumusan masalah sehingga terbentuklah solusi. Kemudian data yang sudah lengkap, direduksi dengan cara membuat abstraksi.

38

Ibid (hal 124)

Abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman secara inti, proses sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. Setelah semua data terkumpul maka data dianalisis menggunakan teori dan kajian pustaka yang


(16)

telah disusun, data juga bisa dianalisis melalui pengalaman peneliti. Sehingga akhirnya menjadi laporan penelitian.

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC judul penelitian √

3 Penyusunan proposal

penelitian √ √ √

4 Seminar proposal √

5 Revisi proposal √

6 Penelitian lapangan √ √ √

7 Pengumpulan dan

pengolahan data √ √ √ √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan tugas akhir √ √ √ √

10 Sidang meja hijau √


(17)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi

4.1.1. Geografis Kota Medan

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:

Medan Belawan dengan Selat Malaka

Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu dengan

Kecamatan Sunggal dengan

Kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa dengan

Tabel 4.1. Batas wilayah Kota Medan

4.1.2. Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah


(18)

merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan penting dalam pembangunan baik dalam skala lokal maupun regional. Sebagai kota metropolitan, Kota Medan berfungsi sebagai :

1. Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintahan Provinsi

Sumatera Utara, maupun kota Medan. Selain itu juga sebagai tempat kedudukan perwakilan atau konsulat negara-negara yang melakukan kerja sama dengan Indonesia seperti Jerman, Jepang, Rusia, Turki, Amerika Serikat, Australia, India dan beberapa negara lainnya.

2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial masyarakat. Mulai dari kantor

media massa, sekolah dengan semua jenjang, rumah sakit, dan fasilitas-fasilitas lain yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu dinamis.

3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuanan, dan jasa

secara regional maupun internasional.

4. Sebagai pintu gerbang bagi regional ataupun internasional untuk sektor

perdagangan dan kepariwisataan untuk wilayah Indonesia bagian barat. Dalam skala lokal, Kota Medan adalah Kota Metropolitan yang dipastikan memerlukan prasarana dan sarana yang memadai dan handal, sedangkan secara regional kedudukan Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara dan pintu gerbang Indonesia bagian barat yang berfungsi sebagai barometer pembangunan sekaligus mesin pertumbuhan ekonomi. Kota Medan juga memiliki nilai historis dan perjuangan yang


(19)

luhur sebagai lokomotif pergerakan ekonomi, sosial dan budaya skala regional dan nasional.

4.1.3. Gambaran Penyebaran Mahasiswa di Kota Medan 4.1.3.1. Sejarah Berdirinya Perguruan Tinggi

Selain fungsi-fungsi yang sudah disebutkan diatas, Kota Medan juga merupakan pusat pendidikan di Indonesia bagian barat, khususnya pergurun tinggi. Ini dapat dilihat dari begitu banyaknya mahasiswa yang datang dari luar kota Medan bahkan luar Sumatera untuk mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Medan, baik itu perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Tak sedikit pula warga negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang memilih Medan sebagai kota studinya, misalnya Kedokteran di USU karena menyediakan kelas internasional demi menunjang perkembangan kota Medan. Dan pada tahun ajaran baru 2014, Fakultas Farmasi juga akan membuka kelas internasional yang tentu akan menyebabkan semakin banyaknya mahasiswa asal luar negeri yang melakukan studi disitu.

4.1.3.2. Gambaran Penyebaran Perguruan Tinggi

Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Medan merupakan sebuah kota dengan perkembangan yang cukup pesat sehingga menjadikan Medan sebagai


(20)

pusat pertumbuhan di Pulau Sumatera. Hal ini pula yang menjadikan Medan sebagai kota destinasi masyarakat untuk melanjutkan sekolah tinggi.

Setidaknya terdapat lebih dari 40 perguruan tinggi swasta dan 4 perguruan tinggi negeri di Medan, seperti pada tabel di bawah berikut ini yang dikutip dari situs Pemko Medan.

No. Nama Alamat Lokasi

1 Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)

Jl. S.M. Raja Kec. Medan Kota

2 Universitas Muhammaddiah Sumatra Utara (UMSU)

Jl. Gedung Arca Jl. Demak

Jl. Kpt.Muchtar Basri

Kec. Medan Kota Kec. Medan Area Kec. Medan Timur 3 Universitas

Pembangunan Masyarakat Indonesia

Jl. Teladan Medan Kec. Medan Kota

4 Universitas Tjut Nya'Dhien

Jl. Jambi Medan Kec. Medan Perjuangan 5 Universitas

Sisingamagaraja XII

Jl.Perintis Kemerdekaan Kec. Medan Perjuangan 6 Universitas

AL_Wasliyah (UNIVA)

Jl SM Raja Medan Kec. Medan Amplas 7 Universitas Katolik

Santo Thomas

Jl Setia Budi Kec. Medan Selayang 8 Universitas

Pembangunan Panca Budi

Jl.Jend.Gatot Subroto Kec. Medan Sunggal 9 Universitas Tri Karya

Medan

Jl. Brigjend. H.A.Manaf Lubis

Gaperta Ujung

Kec. Medan Helvetia 10 Universitas

Darmawangsa

Jl. Kol.Yos Sudarso Kec. Medan Barat 11 Universitas Al-Azhar Jl. P.Air Padang Bulan Kec. Medan Johor 12 Universitas HKBP

Nomensen

Jl. Sutomo Medan Kec. Medan Timur 13 Universitas Darma

Agung

Jl. Dr.TD.Pardede Jl. Bantam Medan

Kec. Medan Baru 14 Universitas Medan

Area (UMA)

Jl. Kolam Medan Estate Kec. Medan Tembung 15 Universtas Amir

Hamzah

Jl. Pancing Medan Estate Kec. Medan Tembung 16 Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi

Jl. Raya Medan Tenggara Kec. Medan Denai 17 Sekolah Tinggi Ilmu

Managemen (STIM)


(21)

18 Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer BINUS

Jl. AR. Hakim Medan Kec. Medan Area

19 STMIK-AMIK Potensi Utama

Jl. Kol.Yos Sudarso Kec. Medan Barat 20 Sekolah Tinggi

Olahraga dan Kesehatan Bina Guna

Jl. Alumunium Medan Kec. Medan Deli

21 STBA-STI Hukum Swadaya Medan

Jl. Raya Medan Tenggara Kec. Medan Denai 22 STI-Komunikasi

Pembangunan

Jl. SisingaMangaraja Medan

Kec. Medan Kota 23 STI-Kesehatan Mutiara

Indonesia

Jl. Kapt. Muslim Medan Kec. Medan Helvetia 24 STIE-Taman Harapan Jl. Cik Ditiro Medan Kec. Medan

Polonia 25 Institut Teknologi

Medan

Jl. Gedung Arca Kec. Medan Kota 26 AMIK Triguna Darma

Medan

Jl. AH.Nasution/ Karya Wisata

Kec. Medan Johor 27 AMIK Kesatria Medan Jl. HM Joni Kec. Medan Kota 28 AMIK Poli Bisnis Jl. Letjend Jamin Ginting

Medan

Kec. Medan Baru 29 AMIK-MBP Jl. Letjend Jamin Ginting

Medan

Kec. Medan Baru 30 Pendidikan Teknologi

Kimia Industri

Jl. Medan Tenggara VII Kec. Medan Denai 31 Harmoni Polyteknik Jl. Dokter Mansyur

Kampus Usu

Jl. Letjend Jamin Ginting Padang Bulan Medan

Kec. Medan Timur

32 Polyteknik Taman Harapan

Jl. Cik Ditiro Medan Kec. Medan Polonia 33 Akademi Duta

Profesindo Polyteknik

Jl. Letjend Jamin Ginting Kec. Medan Baru

34 Sekretaris dan Manajemen Lancang Kuning (ASMI)

Jl. Kapten Muslim Komplek Griya Tour Indah Medan

Kec. Medan Helvetia

35 Akademi Akuntansi YPK Medan

Jl. Sakti Lubis Gg. Pegawai Medan

Kec. Medan Kota 36 Akademi keuangan

Dan Perbankan

Jl. Medan Raya Tenggara Kec. Medan Denai 37 Akademi Widya

Husada

Jl. Willem Iskandar Medan

Kec. Medan Tembung 38 Akademi Maritim

Indonesia

Jl. Brigjend Bejo Medan Kedamatan Medan Barat

39 Akademi Teknologi Industri Immanuel

Jl. Gatot Subroto Kec. Medan Petisah 40 Akademi Pariwisata

Taman Harapan

Jl. Cik Ditiro Medan Kec. Medan Polonia 41 Akper-Analis

Kesehatan-Analis Farmasi dan Makanan

Jl. Sutan Oloan Medan Kec. Medan Helvetia


(22)

Dr. Rusdi

42 Akper-Widya Husada Jl. Willem Iskandar Medan

Kec. Medan Tembung 43 Akper-Analis

Kesehatan dan Farmasi-Kebidanan Sari Mutiara

Jl. Kapten Muslim Medan

Kec. Medan Helvetia

44 Akper-Flora Medan Jl. Cendrawasih Medan Kec. Medan Sunggal

45 Akper-Imeda Jl. Bilal Medan Kec. Medan Timur 46 Akademi Kebidanan

Imelda

Jl. Bilal Medan Kec. Medan Timur 47 Akademi Kebidanan

Medan

Jl. Rajawali Medan Kec. Medan Sunggal

Tabel 4.2. Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/infodata_poltek_swasta.php

Tabel 4.3. Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan Sumber : Dok. Pribadi

Dilihat dari peta tabel 4.2. dan tabel 4.3, perguruan tinggi di Kota Medan tersebar di Kota Medan yang sebagian besar terletak di beberapa kecamatan seperti Medan Kota, Medan Baru, Medan Tembung, Medan Timur, Medan

No Nama Alamat Lokasi

1 Universitas Sumatera Utara

JL. Dr. Mansyur

Medan

Kec. Medan Baru

2 Universitas Negeri Medan JL. Willem Iskandar Pasar V Medan Kec. Medan Tembung

3 Institut Agama

Islam Negeri Sumatera Utara

Kampus I : Jl. Willem Iskandar

Pasar V Medan

Estate Kams II : Jl. Pondok Surya Helvetia Timur Medan Kec. Medan Tembung

Kec. Medan Helvetia

4 Politeknik Negeri

Medan Jalan Almamater No. 1, Kampus USU Padang Bulan, Medan Kec.Medan Baru


(23)

Petisah, Medan Barat, Medan Sunggal, dan Medan Johor. Dan beberapa perguruan tinggi dalam jumlah kecil terletak di Medan Helvetia, Medan Tuntungan, Medan Selayang, Medan Deli, Medan Area, dan Medan Amplas.

Walaupun ada begitu banyak perguruan tinggi yang terdapat di Kota Medan, namun hanya sebagian kecil kampus yang memiliki mahasiswa-mahasiswa yang aktif menjalankan fungsi sebagai kontrol sosial dalam bentuk pergerakan atau aksi demonstrasi. Sebagian kecil itu adalah Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (UNIMED), Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN Sumut). Dan untuk perguruan tinggi swasta yang mahasiswanya terhitung cukup aktif dalam pergerakan mahasiswa adalah Universitas Medan Area (UMA), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas HKBP Nommensen, Universitas Panca Budi, Universitas Darma Agung, Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), dan Institut Teknologi Medan (ITM).

4.1.4. Lokasi Demonstrasi Mahasiswa di Kota Medan

Dikutip dari berbagai media massa39

• Bundaran SIB. Terletak di Jalan Gatot Subroto. Tugu ini sebenarnya

merupakan tugu yang terletak di pertemuan antara Jalan Gatot Subroto, Jalan Raden Saleh, Jalan Adam Malik, dan Jalan S. Parman. Namun dan diperkuat dengan pernyataan informan, ada terdapat beberapa titik lokasi yang sering dijadikan sebagai lokasi aksi demonstrasi mahasiswa, yaitu :

39


(24)

secara teritorial dimasukkan pada jalan Gatot Subroto. Bundaran SIB dianggap sebagai lokasi strategis untuk melakukan demonstrasi karena lokasinya yang berada di persimpangan empat jalan protokol Medan dan selalu ramai dilalui masyarakat. Sehingga apabila demonstrasi dilakukan di Bundaran SIB, maka isu demonstrasi yang diangkat akan lebih cepat sampai ke masyarakat dan harapannya tuntutuan yang disampaikan lebih cepat diakomodir yang dituntut.

• Lapangan Merdeka. Merupakan titik nol Kota Medan. Di sekelilingnya

terdapat gedung-gedung publik seperti beberapa hotel, beberapa bank termasuk kantor Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank Danamon dan juga Kantor Pos. Terdapat juga stasiun kereta api tepat di sebelah selatan Lapangan Merdeka. Alasan daerah ini dijadikan sebagai lokasi demonstrasi juga tidak jauh berbeda dengan Bundaran SIB. Lokasi ini dipilih karena selalu ramai dilewati masyarakat.

• Kantor DPRD Sumut. Terletak di Jalan Imam Bonjol. Di depan gedung

birokrat ini kerap berlangsung demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini terjadi karena demonstrasi juga dilakukan akibat dari kebijakan yang dibuat cenderung tidak berpihak pada rakyat. Sehingga berdemonstrasi di lokasi ini dianggap sangat tepat karena langsung berhadapan kepada pembuat kebijakan.

• Kantor Gubernur Sumatera Utara. Berada di Jalan Diponegoro. Tidak

jauh berbeda dengan lokasi demonstrasi sebelumnya. Kantor Gubernur Sumut sering dilakukan demonstrasi karena disinilah pemangku kebijakan bekerja. Artinya, ketika para demonstran menyuarakan


(25)

aspirasinya, mustahil apabila Gubernur beserta staf-stafnya tidak mengetahui apa isi dari isu demonstrasi.

Selain beberapa tempat di atas yang sering dijadikan lokasi demonstrasi, pada beberapa momentum, demonstrasi dilakukan di tempat-tempat yang berkaitan langsung dengan wacana aksi. Sebagai contoh, demonstrasi menolak Ujian Nasional dilakukan di Kantor Dinas Pendidikan di Jalan T. Cik Ditiro. Lalu aksi protes terhadap pemadaman listrik yang terlampau sering di Sumatera Utara, dilakukan di kantor-kantor PLN.

Selain lokasi di atas, terdapat lokasi demonstrasi dilakukan di tempat-tempat tertentu. Pada aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM tahun 2012 yang lalu di Kota Medan dilakukan di beberapa lokasi di waktu yang berlainan, yaitu di Bandara Polonia, simpang Jalan Sisingamaraja dan Jalan H. Juanda-Halat dan Kantor DPRD, serta simpang kampus Nommensen dan simpang USU40

Bandara Polonia

.

Pada aksi demonstrasi yang berlangsung di Bandara Polonia terdapat ribuan massa aksi yang terdiri dari buruh, petani, dan mahasiswa dan gerakan pemuda lainnya yang bersatu pada demonstrasi untuk menolak kebijakan kenaikan harga BBM. Pada waktu itu, ribuan massa aksi yang membawa nama berbagai aliansi buruh dan juga aliansi mahasiswa memulai aksi dengan long march dari Bundaran SIB melewati Jalan Raden Saleh menuju Kantor DPRD. Sesampainya di Kantor DPRD Sumut, massa aksi berhenti

40


(26)

beberapa saat untuk berorasi menyampaikan aspirasi, menyampaikan tuntutan, dan menyatakan penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM. Setelah itu, massa aksi melanjutkan long march melalui Jalan Imam Bonjol menuju Bandara Polonia.

Selain Bundaran SIB ada lokasi lain yang dijadikan massa aksi sebagai titik kumpul awal, yaitu Lapangan Merdeka. Rute yang dilalui dari Lapangan Merdeka menuju Bandara Polonia sama persis dengan yang dilewati oleh massa aksi dari Bundaran SIB. Kedua massa aksi dari Bundaran SIB dan Lapangan Merdeka bertemu di Kantor DPRD Sumut untuk kemudian bergabung menjadi satu long march menuju Bandara Polonia.

Gambar 4.2. Rute massa aksi menolak kenaikan harga BBM di Polonia

Aksi ini berujung bentrok antara aparat dan massa aksi. Setidaknya terdapat empat pendemo tertembak dan beberapa

luka-Bund SIB

La

p

.

M

e

rd

e

k

a

Bandara POLONIA


(27)

luka dalam aksi ini41

Simpang Jalan Sisingamaraja dan Jalan H. Juanda-Halat, dan Kantor DPRD

. Bentroknya demonstrasi ini juga menyebabkan sejumlah penerbangan dari Bandara Polonia yang dijadwalkan keberangkatannya pada hari itu tertunda.

Ada terdapat dua aksi demonstrasi yang cukup besar terjadi di waktu yang sama dengan tempat berbeda. Aksi-aksi demonstrasi tersebut antara lain dari mahasiswa yang beraliansi dengan nama FROMSU (Front Mahasiswa Sumatera Utara) di simpang Jalan Juanda-Halat, dan demonstran mahasiswa dari beberapa universitas (UMSU, UNIMED, UMA, UDA, UNIVA) di Kantor DPRD.

Pada aksi yang berada di Simpang Jalan Juanda-Halat, titik kumpul awal yang utama massa aksi berada di Jalan Sisingamaraja, depan kampus UISU. Aksi dimulai dengan long march dari kampus UISU berjalan menuju Tugu Sisingamaraja melewati Stadion Teladan lalu berbelok ke Jalan Gedung Arca dan berhenti sejenak di depan Kampus ITM yang juga bertepatan di depan Kampus II UMSU. Massa aksi berhenti untuk berorasi mengajak dan memanggil (sweeping) mahasiswa-mahasiswa yang masih berada di dalam masing-masing kampus ITM dan UMSU untuk ikut turun ke jalan berdemonstrasi, walaupun di dalam massa aksi yang sedang berorasi sudah terdapat beberapa mahasiswa ITM.

41

Juli 2014, 00.25 WIB)


(28)

Setelah dari situ massa aksi bergerak ke Jalan H.M. Joni dan berhenti di Kampus STTH dan kembali mengajak mahasiswa-mahasiswa STTH ikut berdemonstrasi menolak kebijakan kenaikan BBM. Perlu diketahui sweeping tidak hanya dilakukan di ketiga kampus tersebut. Sebelum berkumpul di titik kumpul utama, kampus-kampus luas yang memiliki banyak fakultas seperti USU melakukan sweeping massa aksi di semua fakultas yang ada di kampus mereka sehingga dapat dihasilkan massa aksi yang banyak guna menunjang keberhasilan demonstrasi.

Setelah dari STTH, lantas massa aksi bergerak keluar dari Jalan H.M. Joni kembali ke Jalan Sisingamaraja menuju simpang empat antara Jalan Sisingamaraja dan Jalan Juanda-Halat. Disitulah aksi demonstrasi dilakukan. Massa aksi membentuk formasi sebuah lingkaran yang memenuhi simpang jalan tersebut. Ditengah-tengah lingkaran tersebut, mereka menyampaikan aspirasinya dengan dibakarnya ban-ban bekas, teatrikal, dan orasi. Aksi ini berlangsung relatif aman.

Pada aksi kedua, yaitu di depan gedung DPRD. Diikuti oleh ratusan mahasiswa yang berasal dari beberapa universitas (UMSU, UNIMED, UMA, UDA, UNIVA). Mereka merusak kawat duri yang dipasang di depan Kantor DPRD Sumut. Mereka juga memblokade Jalan Imam Bonjol dan menggoyang- goyang pagar gedung Dewan yang dijaga puluhan petugas kepolisian. Aksi semakin memanas, ketika sejumlah demonstran yang sebelumnya


(29)

membakar ban tersebut menaiki pagar dan berorasi sembari mendobrak pagar. Sempat terjadi dorong-dorongan pagar antara polisi dan demonstran.Puluhan petugas kepolisian yang sejak awal berjaga-jaga di halaman Gedung DPRD pun membentuk barisan dengan menyiapkan tameng dan pentungan di tangan masing-masing. Saat itu sekitar puluhan anak punk yang menamakan diri Pasukan Bendera Hitam masuk di barisan massa dan ikut menaiki pagar dan berusaha mendobraknya. Melihat kondisi ini,mahasiswa memilih mundur dan membiarkan anak punk menyampaikan aspirasi.

Sebelumnya, massa mencopot baliho milik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Jalan Kapten Maulana Lubis dan membakarnya di atas kawat duri di depan Gedung DPRD Sumut. Mahasiswa dari Univa dan UMA sempat berunjuk rasa di depan Hotel Santika, tempat PKS melakukan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas). Dalam orasinya,pengunjuk rasa kecewa dengan sikap PKS yang dikabarkan menerima kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM.Sikap partai ini dianggap membelok karena sejak semula menyatakan diri menolak kenaikan BBM. Setelah mendapat penjelasan dari petugas kepolisian yang berjaga di sekitar Hotel Santika, bahwa peserta mukernas sudah kembali dan tidak ada lagi


(30)

di hotel, pengunjuk rasa membubarkan diri dan menuju gedung

DPRD Sumut42

Simpang Kampus Nommensen dan Simpang USU .

Aksi demonstrasi di lokasi ini berlangsung intens dan kontiniu selama tiga hari berturut-turut, dimulai tanggal 17 Juni sampai dengan 20 Juni 2013. Pada pagi hari pertama, aksi yang melibatkan berbagai elemen dilakukan dengan sasaran aksi Konjen Amerika Serikat, DPRD Sumatera Utara, Kantor Gubernur Sumatera Utara dan kantor Pertamina Medan di Jalan Yos Sudarso. Menjelang sore sekitar pukul 17.00 WIB, aksi yang sama mulai dilakukan oleh elemen mahasiswa lainnya seperti di persimpangan Jalan Sutomo-Perintis Kemerdekaan (depan kampus Nommensen), Persimpangan Jalan Iskandar Muda-Gajah Mada oleh massa GMKI dan juga di persimpangan Jalan Jamin Ginting-Dr.Mansyur oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Aksi ini berlangsung hingga larut malam.

Demonstrasi ini berlangsung ricuh. Restoran cepat saji KFC yang terletak tepat di seberang kampus Nommensen ikut menjadi korban penjarahan saat demonstrasi berlangsung. Perabot dari restoran tersebut banyak yang mengalami kerusakan, bahkan tiga motor yang digunakan sebagai layanan delivery order ikut dibakar massa aksi. Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Heru Prakoso

01.14 WIB)


(31)

mengatakan akibat dari demonstrasi ini 85 orang yang diduga

sebagai provokator dan pelaku perusakan diamankan43.

Selain itu, terdapat dua mobil dinas jenis innova disandera oleh massa aksi. Sejumlah pos polisi juga ikut terkena dampak demonstrasi. Jalan Sutomo simpang Jalan Perintis Kemerdekaan Medan dirusak dan nyaris dibakar massa, kemudian pos polisi di Jalan S. Parman Medan dibakar dan dirusak massa dan satu lagi salah satu pos polisi di wilayah Medan Barat.

4.2.

Aksi unjuk rasa tersebut merupakan gabungan mahasiswa dari berbagai universitas di Medan. Antara lain Univerrsitas Sumatera Utara (USU), Universitas HKBP Nomensen, Universitas Darma Agung (UDA) Medan, Universitas Negeri Medan (UNIMED), dan Akademi Manajemen Informatika Komputer Medan Business Politechnyic (AMIK MBP).

Profil Informan

Informan dengan inisial HA ini adalah Kordinator adalah Komisi untuk Orang hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Sumut dan juga merupakan Ketua tim Konsultan Politik di Yayasan Kolektif Medan dan beliau berusia 36 tahun. Bapak HA menetap di kecamatan Medan Marelan tepat di Pasar 4 Jalan Veteran. Beliau memiliki seorang istri dan tiga ( 3 ) orang anak. 4.2.1 Pengamat Sosial/Tokoh Masyarakat


(32)

Anak pertama, duduk dibangku Sekolah Dasar ( SD ). Anak kedua dan ketiga masih balita.

Bapak HA telah menamatkan sekolah SMA-nya di kota Palembang,Sumatera Selatan. Setelah tamat sekolah, Bapak HA melanjutkan studi nya di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Di masa kuliahnya beliau juga turut aktif pada Organisasi Ekstra Mahasiswa Ekstra yakni Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) Komisariat FISIP USU dan menjabat Sebagai Ketua Umum. Setelah menyelesaikan studinya di USU,beliau aktif dibeberapa NGO atau Lemabaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) dan dalam berbagai hal beliau beperan aktif dalam proses pemenangan pemilukada diberbagai daerah, selain itu Bapak HA juga mengajar sebagai dosen di FISIP USU.

4.2.2 Pelaku Demonstrasi Mahasiswa SWP

Sarjana Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNIMED ini turut serta dalam demonstrasi menolak kebijakan kenaikan harga BBM tahun 2012 s/d 2013 di Medan. Melakukan demonstrasi pertama kali di bangku SMA dengan isu menolak pemberhentian Kepala Sekolah secara sepihak oleh Walikota, menyebabkan ia menjadi sangat aktif berdemonstrasi di bangku kuliah. Aktif di berbagai kegiatan kampus dan sangat


(33)

konsisten mengikuti proses berorganisasi dalam kehidupan bermahasiswa secara bertahap baik intra maupun ekstra universitas seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah UNIMED, Senat Mahasiswa UNIMED, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), serta organisasai primordial Kesatuan Aksi Mahasiswa Siantar dan Simalungun (KAMSISI). Pemuda ini baru saja menamatkan studinya di Fakultas Ilmu Sosial jurusan Ilmu Sejarah, awal 2014 yang lalu.

AA

AA adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2010. Aktif di organisasi kemahasiswaan beserta gerakannya dan hampir menjabat sebagai Gubernur FISIP USU periode 2013 s/d 2014 kalau saja Dekanat tidak mengambil alih pemeintahan mahasiswa. Ayahnya yang merupakan legislator di Kabupaten Asahan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya untuk terjun pada aksi demonstrasi mahasiswa guna mengkritik pemerintah. Sempat ditahan oleh pihak kepolisian selama beberapa hari akibat kerusuhan pada demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di awal tahun 2012 di depan Gedung DPRD-SU.

AA bercerita pertama kalinya mengikuti aksi demonstrasi adalah karena diajak oleh senioren di kampus dan


(34)

kawan-kawan. Itu terjadi di tahun 2011 pada aksi demonstrasi di Hari pendidikan Nasional. Sampai saat ini ia sudah mengikuti demonstrasi puluhan kali diantaranya seperti aksi BBM, hari anti korupsi. Aksi pendidikan dan aksi demonstrasi lainnya. Kalau dulunya ia ikut aksi karena ajakan teman, sekarang ia menyadari pentingnya berdemonstrasi sebagai upaya penyampaian aspirasi, pendapat serta kritikan kepada pemerintah.

4.2.3 Mahasiswa Bukan Demonstran

Perempuan berinisial AS ini merupakan mahasiswa FISIP

USU jurusan Sosiologi angkatan 2011. Prestasinya di bidang akademi cukup cemerlang dengan meraih IP mencapai angka 4,00 hampir di tiap semesternya. Prestasi lainnya ia juga beberapa kali memenangkan pelrombaan Kaya Tulis Ilmiah untuk mahasiswa tingkat daerah.

AS memilih tidak turut serta dalam kegiatan demonstrasi

karena ia memiliki pandangan bahwa ketika ingin menyampaikan aspirasi ada hal yang lebih efektif daripada demonstrasi. Menurutnya ketika ingin memberikan kritik kepada pemerintah ataupun ingin memberikan aspirasi kepad apemerintah ataupun ingin memberikan aspirasi sebagai seorang mahasiswa, AS lebih memilih melakukan tindakan seperti riset dan penulisan karya ilmiah.


(35)

4.3. Interpretasi Data

4.3.1 Fase-Fase Kekerasan dalam Demonstrasi BBM di Kota Medan

1.

Fase-fase demonstrasi menolak kebijakan kenaikan harga BBM di Kota Medan dipengaruhi oleh tahapan-tahapan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Dimulai dari pelemparan wacana harga BBM akan naik saja, demonstrasi sudah mulai terjadi di beberapa kota-kota di Indonesia, termasuk di titik-titik utama kota Medan. Sampai pada keputusan pemerintah untuk benar-benar menaikkan harga BBM, disitulah terjadi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa dan kaum buruh tani. Fase-fase itu antara lain, dapat dilihat dari Tabel 4.4 (pada lampiran) dengan penjelasan sebagai berikut :

Pewacanaan kenaikan Harga BBM

Wacana kenaikan harga BBM sudah mulai dihembuskan pada akhir 2011 dan mendapat klarifikasi dari Menteri Keuangan kala itu, Agus Martowardojo

pada 2 Februari 201244

44

http://www.tribunnews.com/bisnis/2012/02/02/menkeu-kenaikkan-harga-bbm-subsidi-masih-wacana

. Namun resmi dibawa pada agenda sidang kabinet paripurna pada tanggal 22 Februari 2012. Pada saat itu demonstrasi disana-sini sudah terjadi walau hanya melibatkan segelintir kelompok. Massa aksi yang berpartisipasi pun tidak


(36)

begtu banyak, sehingga tidak begitu dijaga ketat aparat. Potensi kekerasan pun cenderung rendah.

“Aksi mulai terjadi ya saat pelemparan wacana BBM naik, mulai Februari 2012. Tapi cuman segelintir kelompok, nggak bergabung jadi satu. Palingan mahasiswa atau buruh yang berasal dari organisasi yang sama, sehingga massa aksi pun nggak begitu banyak, tapi yah dimana-mana memang. Kalau oleh diibaratkan, demonstrasi pada saat itu kayak riak-riak kecil air. Demonstrasi yang terjadi pun cenderung tidak berpotensi pada kekerasan.” (SWP, 24)

2. Menjelang Pengambilan Keputusan.

Menjelang pengambilan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM, sekitar pertengahan hingga akhir Maret 2012, demonstrasi di Kota Medan mulai menampakkan gejolaknya. Aksi demonstrasi yang masif dengan massa aksi yang banyak dan potensi kekerasan juga cukup tinggi.

“Mulai masif dan kelompok masyarakat juga semakin bertambah dalam aksi justru di mulai pertengahan bulan sampai akhir Maret 2012, menjelang-jelang pengambilan keputusan DPR menaikkan atau tidak harga BBM. Disitulah banyak yang berbuat tindak kekerasan. Aparat, mahasiswa, sama-sama punya andil kekerasan.” (AA, 22)

Bahkan diakhir-akhir Maret 2012, aksi demonstrasi di Kota Medan di Bandara Polonia merupakan pemantik gerakan di daerah-daerah di Indonesia agar lebih masif. Seperti pernyataan klaim SWP dibawah :


(37)

“Sebelum anak-anak Medan bikin aksi di Bandara Polonia, mana ada aksi-aksi di daerah lain yang buat aksi di tempat yang demikian. Setelah rame di Bandara Polonia tanggal 26 Maret 2012, barulah besok-besoknya di daerah-daerah lain digelar aksi di stasiun, bandara, dan semacamnya.”

3.

Puncak demonstrasi BBM Kota Medan memang terjadi di Bandara Polonia. Namun bukan merupakan puncak kerusuhan demonstrasi karena berselang beberapa hari setelah aksi di Bandara Polonia, tepatnya tanggal 30 Maret 2012 pemerintah memutuskan untuk menunda keijakan kenaikan harga BBM.

Pengambilan Keputusan (kembali)

Puncak kerusuhan demonstrasi BBM Kota Medan terjadi pada Juni 2013 setelah pemerintah resmi menaikkan harga BBM di tanggal 21 Juni 2013. Demonstrasi terjadi pra dan pasca pemerintah mengumumkan kebijakan kenaikan harga BBM. Kekerasan yang terjadi saat demonstrasi sangat beragam, seperti perusakan restoran KFC di JL. Perintis Kemerdekaan beserta fasilitas di dalamnya, perusakan lampu merah di beberapa titik, dan berbagai tindak

kekerasan lainnya pada tanggal 17-18 Juni 201345

.


(38)

“Rusuh memang waktu Juni 2013 itu. Nggak cuma di Nomensen, di Simpang USU pun maen juga. Belum lagi aksi bakar pos polisi yang nggak tau kita siapa yang buat. Banyak lah. Tapi memang rusuh demonstasi waktu itu sah kali tidak mendapat respon dari pemerintah. Harga BBM tetap naik, sama sekali tidak ada pertimbangan membatalkan lagi.” (SWP, 24)

“Itu kan sudah puncak-puncaknya keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Yah demonstran yah marah, jadi yah makanya dimana-mana perusakan terjadi sebagai bentuk kekecewaan kita” (AA, 22)

4.3.2 Bentuk Demonstrasi sebagai Protes Mahasiswa Kota Medan Bentuk-bentuk penyampaian pendapat di muka umum dibolehkan negara sesuai UU nomor 9 Tahun 1998, pasal 9 adalah unjuk rasa, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas. Sedangkan apabila mengutip dari John Lofland (2003), bentuk-bentuk penyampaian pendapat di muka umum yang diperbolehkan oleh

UU adalah hanya bentuk-bentuk dari protes simbolik46

Mahasiswa Kota Medan dalam melakukan demonstrasi dengan isu menolak kenaikan harga BBM pada tahun 2012-2013

dengan tiga bentuk utama meliputi prosesi (contoh : march/jalan kaki, parade), pertemuan/assembly (contoh : rapat umum, mimbar bebas), dan beragam aksi publik termasuk pagar betis/picketing. Protes simbolik menurut John Lofland merupakan aksi protes dengan keseriusan yang paling rendah tingkat tantangannya.

46


(39)

menggunakan bentuk-bentuk metode dan strategi demonstrasi yang bermacam-macam. Hal ini disampaikan oleh SWP (24), aktivis mahasiswa :

“Kalau aksi BBM itu karena dia cukup intens dan kontiniu, jadi metode aksinya pun macam-macam. Dan itu ditentukan oleh pelaku aksi pada saat mereka melakukan manejemen aksi. Dalam manajemen aksi lah kita mengetahui prediksi jumlah massa aksi sehingga dicarilah strategi aksi yang dapat memfasilitasi dan mengakomodir seluruh massa aksi.”

Namun apabila disesuaikan dengan yang dikatakan John Lofland (2003) sebelumnya mengenai bentuk-bentuk aksi protes, maka bentuk-bentuk aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sebagai bentuk protes adalah protes simbolik yang berupa prosesi (march, parade), pertemuan (mimbar bebas), dan aksi publik termasuk pagar betis. Tetapi terdapat beberapa bentuk aksi demonstrasi yang paling sering dilakukan mahasiswa sebagai protes adalah protes simbolik berupa : (1) March dan Long March, (2) Aksi teatrikal, (3) Aksi refleksi. Seperti yang dikatakan AA (22) mengenai bentuk aksi BBM di Medan :

“Selama aksi BBM di Medan ini, biasanya yang sering dilakukan aksi dalam bentuk long march, teatrikal, dan refleksi. Long march memang dilakukan kalau massa aksinya banyak. Kalau sedikit biasanya dibikin aksi yang sederhana, simpel, tapi menonjol seperti aksi teatrikal dan aksi refleksi. Yang terpenting dalam aksi adalah bagaimana isu yang diwacanakan sampai ke publik.”

Pertama, gerak jalan berombongan (March). Gerakan ini diikuti oleh cukup banyak massa aksi yang berjalan menuju lokasi


(40)

utama menyampaikan aspirasinya. Sepanjang jalan massa aksi biasanya menyanyikan sorak-sorai atau lagu-lagu yang bertajuk anti penindasan, sindiran terhadap borjuasi atau pemerintah, ataupun syair-syair yang sesuai dengan isu demonstrasi.

Sepanjang demonstrasi, penolakan kebijakan harga BBM di Medan, aksi long march yang paling fenomenal adalah aksi dengan tujuan ke Bandara Polonia. Diikuti oleh ribuan massa aksi yang terdiri dari mahasiswa, buruh, petani, dan nelayan. Long march dimulai dari dua titik kumpul berangkat untuk menuju Bandara Polonia. Sebagian massa aksi berkumpul di Bundaran SIB, sebagian lagi berkumpul di Lapangan Merdeka. Keduanya lalu bertemu di Jalan Imam Bonjol, depan Kantor DPRD Sumatera Utara. Berhenti sejenak, berorasi, lalu keduanya berjalan kembali lurus menuju Bandara Polonia. Sepanjang long march, yel-yel sindiran terhadap pemerintah, juga nyanyi-nyanyian perjuangan dikumandangkan. Tak henti pula orasi-orasi dari perwakilan massa aksi.

Kedua, adalah aksi teatrikal. Dalam aksi ini, massa aksi melakukan semacam drama yang menggambarkan kondisi yang melatarbelakangi dilakukannya aksi. Dengan drama yang interaktif namun menyentuh nurani, diharapkan metode aksi ini mendapat perhatian publik sehingga isu yang diangkat pun tersampaikan pada sasaran.


(41)

Ketiga, aksi refleksi. Sama sekali tidak ada potensi chaos dalam aksi ini karena yang dilakukan dalam aksi refleksi adalah bersifat seperti renungan untuk memahami mengapa bisa terjadi suatu situasi dan kondisi yang melatarbelakangi aksi tersebut sehingga mendapat solusi atau pencerahan untuk terus melakukan pergerakan. Berkumpul menyalakan lilin bersama dalam gelap, tabur bunga, merupakan contoh simbolis aksi refleksi yang umum.

AA Assyifa mengatakan bahwa ketiga bentuk aksi diatas bisa saja dilakukan sekaligus. Ia mencontohkan, demonstrasi yang dilakukan di simpang empat antara Jalan Sisingamaraja, Jalan Juanda dan Jalan Halat.

“Tikum (red : titik kumpul) aksi itu di UISU Sisingamaraja, kita mulai long march-nya. Setelah itu kita jalan lewat bundaran Taman Teladan menuju Jalan Gedung Arca, sweeping ajak mahasiswa UMSU dan ITM lalu berbelok ke Jalan HM.Joni berhenti lagi menjeput mahasiswa STTH lalu berbelok lagi ke Jalan Sisingamaraja menuju simpangnya. Di simpang kita buat lingkaran besar, di tengah-tengah lingkaran beberapa demonstran melakukan teatrikal. Di tengah-tengah itu juga ban-ban dibakar sebagai simbol perlawanan. Yang tidak ikut berdrama, sambil menonton, menghayati dalam hati dan pikiran tujuan kita turun ke jalan.”

Ketiga bentuk aksi diatas bisa dilakukan sekaligus dalam demonstrasi, namun bisa juga dilakukan dalam satu bentuk saja tergantung kebutuhan dan wacana aksi. Pemegang kunci aksi itu yakni seorang orator dan isi orasi dari pelaku aksi tersebut, yang disebut dengan orator. Orator berfungsi sebagai komunikator terhadap publik mengenai isu dan tuntutan apa yang diangkat


(42)

dalam demonstrasi. Orator juga yang berfungsi mengendalikan emosi massa aksi dan emosi publik yang menyaksikan aksi melalui kata-kata yang dikobarkan dan digaungkannya.

Selain ketiga bentuk aksi demonstrasi diatas, terdapat satu lagi bentuk aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di Kota Medan, yaitu : Aksi Vandalisme. Aksi ini merupakan tindakan perusakan atau penghancuran terhadap sesuatu seperti misalnya perusakan pos polisi dengan bom molotov, grafiti sindiran di dinding gedung bahkan perusakan restoran cepat saji produk kapitalis. SWP menjelaskan bahwa sebenarnya aksi vandal yang identik dengan adanya kekerasan ini adalah bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak mengacuhkan kepentingan rakyat.

“Kami sadar apabila dilihat dari perspektif umum, jelas ini salah. Namun ini sebenarnya merupakan bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan kebutuhan rakyat. Kalau sudah begini, untuk apa ada pemerintah?”

Bermula dari aksi Vandalisme, pada bahasan selanjutnya dijelaskan mengenai tindak dan latar belakang terjadinya kekerasan dalam demonstrasi.

4.3.3 Bentuk Tindak Kekerasan yang Terjadi Saat Demonstrasi Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di Kota Medan tahun 2012-2013, mengalami perjalanan panjang dengan berbagai bentuk tindak kekerasan. Baik dari pendemo ataupun aparat, baik


(43)

yang sengaja ataupun keterpaksaan. Beberapa bentuk konkrit tindak kekerasan yang terjadi saat demonstrasi antara lain seperti :

 Perusakan lampu lalu lintas

 Pembakaran pos-pos polisi

 Penjarahan dan perusakan restoran cepat saji

 Baku hantam antara aparat dan massa aksi

 Perusakan bahu trotoar dan pot bunga jalanan untuk

senjata lempar

 Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di

dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih ekstrem adalah makian terhadap aparat dan pemerintah.

 Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat dengan water

canon

SWP mengungkapan bahwa memang terjadi beberapa tindak kekerasan dalam demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di tahun 2012-2013 yang lalu :

“Pada saat itu lumayan banyak lah memang tindak perusakan yang terjadi. Mulai dari pecahnya lampu merah, trotoar itu dipukul-pukul biar jadi pecahan batu, gitu juga dengan pot bunga kota, pos polisi dibakar, dinding-dinding kosong dicoret pake pilox dengan pesan-pesan. Tapi itu semua pasti punya tujuan.”

Dari bentuk-bentuk konkrit tindak kekerasan yang terjadi pada saat demonstrasi, dapat dibagi klasifikasi dari tindakan tersebut dengan jenis kekerasan yang dibedakan menjadi empat oleh Thomas Santoso (2002) yaitu :


(44)

1. kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat.

2. kekerasan tertutup, kekerasan yang tidak dilakukan secara

langsung atau tersembunyi.

3. kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk

perlindungan tapi untuk mendapatkan sesuatu.

4. Kekerasan defensif, kekerasan yang dilakukan untuk

melindungi diri.

Klasifikasi tindak kekerasan yang dilakukan saat demonstrasi menolak kenaikan harga BBM sesuai jenis kekerasannya dapat dijelaskan dalam tabel berikut :

Tindak Kekerasan

Jenis Kekerasan (K) K.

Terbuka

K. Tertutup

K. Agresif

K. Defensif

Perusakan lampu lalu lintas

Pembakaran pos-pos polisi

Penjarahan dan perusakan restoran cepat saji

Baku hantam antara aparat dan massa aksi

Perusakan bahu trotoar dan pot bunga jalanan

untuk senjata lempar

Tulisan atau coretan dengan bentuk grafiti atau mural di dinding jalanan berupa kritik terhadap pemerintah, lebih ekstrem adalah

makian terhadap aparat dan pemerintah.

Pengusiran paksa massa aksi oleh aparat

dengan water canon

Tabel 4.5. Klasifikasi Tindak Kekeraan berdasarkan Jenis

Berdasarkan tabel diatas, dari semua tindak kekerasan yang terjadi pada demonsrasi kenaikan BBM, semua bisa dikategorikan sebagai kekerasan terbuka, kecuali perusakan pos polisi dan membuat grafiti sindiran atau mural dikatakan sebagai kekerasan tertutup karena pelaku melakukakannya dengan


(45)

sembunyi-sembunyi. Kekerasan agresif dan defensif bisa juga merupakan kekerasan terbuka dan tertutup.

Kekerasan yang dilakukan mahasiswa seperti perusakan lampu merah, penjarahan restoran, pembakaran pos polisi, coretan sarkasme dalam grafiti, itu adalah contoh bentuk kekerasan agresif. Sedangkan penghancuran trotoar dan pot bunga dikatakan sebagai kekerasan defensif, karena batu hasil pecahan trotoar dan pot tersebut digunakan untuk melempari aparat yang bertindak repreif.

Dalam demonstrasi mahasiswa, keempat jenis kekerasan tersebut dapat ditemukan, walau tidak selalu sekaligus keempatnya ditemukan. Hal ini dikarenakan tergantung siapa aktor yang memulai terlebih dahulu melakukan kekerasan.

Pada demonsrasi di Bandara Polonia, memang terjadi bentrokan atau chaos antara massa aksi dan aparat kepolisian. Kekerasan yang dilakukan massa aksi (mahasiswa, buruh, petani, nelayan) melempari aparat merupakan kekerasan defensif terhadap kekerasan yang didahului oleh aparat kepolisian. Puluhan demonstran mengalami luka-luka dalam aksi ini.

Kekerasan terbuka dan kekerasan agresif terjadi pada demonstrasi yang berlangsung di Simpang Nommensen dan Simpang USU. Kekerasan terbuka dan agresif pada saat itu berupa penjarahan barang-barang di restoran cepat saji KFC Perintis Kemerdekaan dan perusakan sejumlah sarana di restoran tersebut sehingga terjadi bentrok antara massa aksi dan aparat. Sedangkan


(46)

demonstrasi di Simpang USU, kekerasan berupa perusakan fasilitas umum seperti pecahnya lampu lalu lintas. Swalayan mini yang buka 24 jam juga dipaksa menjadi ‘donatur’ logistik bagi yang terlibat dalam bentrok demonstrasi tersebut.

Pada rentang-rentang senggang demonstrasi, kekerasan juga dilakukan secara tertutup tanpa diketahui secara pasti pelakunya. Beberapa pos polisi di Medan dibakar dan dilempari dengan bom molotov pada malam hari. Banyak asumsi mengenai siapa pelakunya.

Sebagai pelaku aksi, SWP pun tidak bisa tau pasti tentang siapa pelaku pembakaran pos polisi :

“Bisa jadi ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kondisi ini untuk mengkambing-hitamkan demonstran mahasiswa sebagai pelaku. Bisa jadi juga, memang ada kelompok Anarko-Sindikalis yang melakukannya untuk memberi peringatan kepada aparat dan pemerintahan. Namun yang jelas, dengan adanya bentrok antara masyarakat, mahasiswa terhadap kepolisian, banyak pihak yang berkepentingan mengambil keuntungan dari kondisi Kota Medan yang rusuh.”

4.3.4. Latar Belakang Tindak Kekerasan Dalam Demonstrasi

Tindak kekerasan dalam demonstrasi mahasiswa tidak bisa sepenuhnya disalahkan kepada mahasiswa. Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu kekerasan dalam demonstrasi. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari mahasiswa itu sendiri, pihak yang berwajib, atau bahkan diluar dari itu semua. Faktor-faktor pendorong itu adalah :


(47)

Komunikasi yang Tersumbat dan Represifitas Aparat

Banyak pihak yang terlibat dalam suatu demonstrasi selain mahasiswa sebagai pelaku aksi. Pihak-pihak lainnya yang turut mempengaruhi alur demonstrasi adalah aparat keamanan seperti kepolisian, dan dalam kondisi genting TNI juga ikut diturunkan seperti pada demonstrasi di Bandara Polonia. Artinya kekerasan tidak hanya bersumber dari mahasiswa, namun juga dari pihak yang terlibat. Seperti yang dikatakan oleh HA, Koordinator KontraS SUMUT :

“Kekerasan di dalam demonstrasi tidak hanya mahasiswa tapi banyak di luar mahasiswa. Malah justru banyak korban kekerasan demonstrasi adalah mahasiswa. Misalnya demonstrasi kenaikan BBM atau demonstrasi ketika mahasiswa menjadi supporting actor gerakan buruh, tani. Kekerasan lebih banyak dilakukan polisi, satpol pp, dan preman.”

Hal demikian juga disepakati oleh SWP bahwa penyebab terjadinya kerusuhan dalam demonstrasi salah satunya adalah tidak arifnya aparat kepolisian dalam menangani demonstrasi. Hal ini diungkapkan SWP :

“Ketika kami berdemonstrasi di Kantor DPRD, misalnya, kami tidak diijinkan oleh aparat untuk bertemu dengan para wakil rakyat itu. Kalau saja kami diijinkan melakukan audiensi denga para pejabat pemerintahan itu, tentu tindak anarkis tidak terjadi. Tapi sayangnya aparat kepolisian malah terkesan berpihak pada pejabat-pejabat. Pejabat DPRD itu kan katanya wakil rakyat, kami juga berdemonstrasi atas nama rakyat, sedang polisi tugasnya melindungi semua rakyat. Jadi harusnya polisi juga harus berperan memfasilitasi kami


(48)

supaya bisa bertemu dengan wakil rakyat itu menyampaikan aspirasi rakyat. Bukan malah menyerang kami.”

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh AA :

“Pas demonstrasi yang aku ditangkap itu, itu kan terjadi karena mahasiswa nggak dikasi masuk bertemu dengan pemangku kebijakan di DPRD. Harusnya kan polisi-polisi bisa berkompromi dengan pendemonstrasi, menenangkan, sambil juga menghubungi anggota DPRD itu supaya menjumpai pendemo. Kalau memang nggak mau kali pejabat DPRD itu, biar tau kita mereka yang katanya wakil rakyat itu memang jauh kali ternyata dari rakyat. Masalahnya, sepertinya polisi juga tidak melakukan upaya persuasi yang demikian”

HA sebagai penggiat anti-kekerasan, melihat bahwa sebenarnya kekerasan oleh aparat dalam demonstrasi terjadi karena tersumbatnya komunikasi. Menurutnya di negara berdemokrasi seperti di Indonesia ini langkah-langkah yang diambil terlebih dahulu harusnya adalah langkah yang persuasif. Dibangun komunikasi antara aparat dan demonstran, seperti pernyataannya :

“Kekerasan yang dilakukan aparat adalah bukti bahwa ada komunkasi yang tersumbat atau memang sengaja disumbat. Seharusnya pada negara yang berdemokrasi, aarat harusnya mengambil langkah yang persuasif bukan represif. Contohnya, aparat harusnya memfasilitasi dialog antara demonstran dan instansi terkait. Artinya ada komunikasi yang dibangun antara demonstran dan aparat. Pilihan-pilihan represif baru bisa diambil apabila ketika demonstrasi mengancam tatanan sosial yang ada, misalnya mahasiswa melakukan tindakan anarkis. Masalahnya langkah persuasif tidak dilakukan tapi lebih mendahulukan represif terutama pada saat demonstrasi dengan isu yang vital. Kalau difasilitasi


(49)

tentu kekerasan tidak terjadi. Harusnya dipertanyakan kenapa mahasiswa berdemonstrasi dengan isu vital atau bahkan di objek vital.”

Agenda Setting sebagai Rekayasa Penaikan Isu

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Karena dalam proses inilah ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Dalam proses ini, jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada

isu lain47

Para pengunjuk rasa umumnya melakukan demonstrasi mengkritisi kebijakan-kebijakan publik yang tidak begitu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sangat disayangkan, para pembuat dan pemangku kebijakan tidak begitu mempedulikan unjuk rasa yang terjadi sehingga mereka abai memperbaiki kebijakan-kebijakan yang yang cenderung tidak memihak rakyat. Tetapi yang lebih memprihatinkan, masyarakat sendiri yang diperjuangkan para pengunjuk rasa tidak sadar akan tujuan demonstrasi tersebut. Maka dirancanglah suatu strategi agar isu dalam demonstrasi tersebut

.

47


(50)

mendapatkan perhatian publik dan mendapatkan status sebagai masalah publik.

Sebelumnya dijelaskan bahwa demonstrasi harus melalui tahap-tahap kelas agar isu dan wacana yang diangkat dalam aksi tepat sasaran. Pada dasarnya tahapan-tahapan kelas pada aksi protes tidak dengan sengaja dirancang langung pada ke tahap dengan potensi kekerasan yang tinggi seperti intervensi. Di awal periode demonstrasi suatu isu, pengunjuk rasa umumnya melakukan aksi-aksi santun seperti teatrikal, march, mimbar bebas, orasi, dan sebagainya.

AA menjelaskan bahwa demonstrasi dengan kekerasan tidak serta-merta terjadi dengan tiba-tiba, namun melewati proses-proses tersendiri :

“Nggak mungkin dalam suatu demonstrasi tiba-tiba, ujug-ujug langsung chaos. Pertama-tama pasti kita buat dulu aksi yang baik-baik, aksi damai. Kita lihat tanggapan masyarakat, bilanglah ini sebagai sosialisasi kita ke masyarakat bahwa ada suatu permasalahan publik. Dan kita lihat gimana pemerintah merespon aksi ini. Kalau ternyata tidak ada tanggapan berarti, maka aksi demonstrasi selanjutnya akan disetting chaos untuk menaikkan isu.”

Katakanlah aksi-aksi ini sebagai bentuk sosialisasi dan upaya penyadaran kepada masyarakat bahwa terdapat isu yang menjadi masalah publik. Seiring berlangsungnya demonstrasi lanjutan yang intens, dilihat pula kembali bagaimana respon pihak yang dituntut. Apabila demonstrasi ditanggapi dengan


(51)

respon tidak berarti atau malah tidak difasilitasi dengan baik, maka suatu demonstrasi yang tadinya hanya melakukan aksi-aksi santun akan direncanakan untuk ‘naik kelas’ dan bertindak pada tahap intervensi yang berpotensi pada kekerasan. Hal inilah yang diterapkan sebagai strategi agar wacana aksi dapat disadari sebagai masalah publik yang harus segera diselesaikan. Sehingga pemerintah membatalkan kebijakan tidak pro-rakyat yang telah dibuat.

“Dengan itu dilakukan di setiap daerah, maka Indonesia bisa dikatakan sedang bergejolak, dengan semakin tinggi kadar gejolak itu, maka bisa membuat keadaan negara tidak aman. dan semua itu bertujuan untuk menggagalkan kebijakan. ketika keadaan semakin chaos, maka pemerintah akan menjadi terjepit, dan ketika pemerintah terjepit, mau tidak mau kebijakan itu harus gagal.”

(SWP, aktivis mahasiswa UNIMED)

HA berpendapat bahwa kekerasan yang dilakukan mahasiswa dalam demonstrasi sebenarnya merupakan jalan terakhir yang dilakukan karena tuntutan dalam aksi tidak diakomodir oleh pemerintah ataupun institusi yang terkait.

“Ada memang kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa. Tapi ini terjadi karena ada saluran komunikasi yang tersumbat. Semestinya ketika demonstrasi, instiusi yang terkait harus mendengar, memfasilitasi, dan akhirnya menjadi input kebijakan yang dibuat oleh negara. Apalagi demonstrasi ini tidak mendapat tanggapan, maka pilihan-pilihan agar demonstrasi ni ditanggapi adalah dengan cara kekerasan, karena dari situlah negara akan membuka diri untuk medengar dan menjadikan isu demonstrasi sebagai input membuat kebijakan.”


(52)

Koordinator KontraS Sumut ini berpendapat kekerasan dalam demonstrasi dijadikan agenda setting untuk menaikkan isu dalam aksi ke publik melalui media-media massa sehingga instansi terkait mempertimbangkan matang-matang kebijakan yang diputuskan.

Provokasi Massa Misterius

Ada paradigma dalam demonstrasi yang menyatakan bahwa ‘semakin cepat chaos, semakin cepat demonstrasi ini rusuh, semakin cepat pula massa aksi ini bubar’. Ini merupakan sebuah paradoks. Pernyataan ini tidak bisa dibilang salah, namun juga tak sepenuhnya benar. Melihat alur beberapa demonstrasi yang mengalami kerusuhan, bentrok adalah puncak atau klimaks dari aksi tersebut sehingga dengan berangsur-angsur tentu demonstrasi itu akan bubar.

Beberapa pihak yang memiliki kepentingan tidak menginginkan adanya demonstrasi yang melibatkan isu-isu sentral. Sehingga sebisa mungkin aksi ini dicegah, dibungkam atau bahkan dihancurkan sekalian. Caranya, dengan mengirimkan massa-massa aksi misterius yang sengaja membuat onar sehingga terkesanlah mahasiswa bertindak anarkis dalam demonstrasi dan memancing aparat untuk mengamankan demonstrasi yang tak jarang dengan cara yang represif. Massa misterius ini berperilaku selayaknya massa aksi


(53)

sungguhan dan menyebar ke seluruh rombongan aksi. Massa aksi sungguhan terkadang tidak sadar dengan kehadiran massa misterius ini dan menganggap massa misterius ini adalah bagian dari rombongannya sehingga mudah terpengaruh dengan provokasi massa misterius ini.

Dalam beberapa demonstrasi, massa misterius yang disusupkan adalah bagian dari intelijen aparat. Ini dilakukan agar aparat mengetahui alur demonstrasi sehingga dapat menganulir gerakan mahasiswa yang justru malah tak jarang massa misterius ini jugalah yang memancing terjadinya bentrokan. Sehingga mahasiswa dapat segera dipukul mundur dan intel-intel yang berkedok massa misterius ini dapat menahan demonstran yang kebetulan berada didekatnya untuk kemudian diintograsi mencari informasi terkait demonsrasi gerakan mahasiswa.

AA menceritakan pengalamannya ketika ditahan saat berdemonstrasi di Kantor DPRD :

“Awalnya mahasiswa melakukan aksi dorong pagar dprd-su dengan polisi, sampai akhirnya pagarnya jatuh mengarah ke polisi, setelah kejadian itu mulailah rusuh, ada beberapa lemparan ke arah polisi yang tidak diketahui siapa yang melempar dan lemparan itu mengenai kepala polisi. Itulah yang membuat polisi semakin represif terhadap mahasiswa. Water Canon, baracuda dan lain-lain akhirnya dikerahkan untuk menangkap mahasiswa yang dianggap telah melakukan anarkis yang pada akhirnya mahasiswa menyelamatkan diri masing-masing, ada beberapa yang ditangkap, ada yang melarikan diri ke mall paladium, ada yang berlari dengan menggunakan angkutan umum, ada yang


(54)

bersembunyi di ATM. Kalau aku lari ke paladium, karena dianggap mengganggu kenyamanan para pengunjung mall, para satpam pun menangkap mahasiswa yang masuk ke dalam mall palladium, tertangkap lah aku hingga akhirnya diserahkan kepada pihak yang berwajib.”

Ambiguitas Undang-Undang

Sebagai kaum intelektual, SWP berpendapat bahwa demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di tempat-tempat publik seperti bandara, stasiun, dan tempat-tempat lainnya tidak melanggar undang-undang.

“Undang-Undang mengatakan bahwa penyampaian pendapat di muka umum boleh dilakukan di muka umum. Di muka umum maksudnya adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang. Itu jelas di UU nomor 9 tahun ’98 pasal 9 ayat 1. Bandara, stasiun, itu kan tempat-tempat yang sesuai dengan UU tersebut. Kalau di pasal selanjutnya ternyata di tempat-tempat tersebut merupakan pengecualian, lantas dimana lagi diperbolehkan berdemo? Maksudku, dimana lagi lokasi stategis yang benar-benar boleh dijadikan sebagai lokasi demonstrasi? Sedangkan tempat-tempat yang strategis sudah dipagari dengan UU di ayat 2. Kalau tempat ibadah itu lain soal ya, karena itu hubungannya langsung dengan Pencipta.”

Dalam regulasi yang mengatur tentang demonstrasi yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 mengenai Kemerdekaan Menyatakan Pendapat, sama sekali tidak diperbolehkan melakukan demonstrasi di objek-objek vital nasional. Seperti yang tertuang dalam UU No 9 Tahun 1998 Pasal 9 Ayat 2, yang berbunyi : “Penyampaian pendapat di


(55)

muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali : a. di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional; b. pada hari besar nasional”. Apalagi tindak kekerasan dalam berdemonstrasi, jelas tidak diperkenankan dalam Undang Undang.

Menyelenggarakan unjuk rasa di Bandara Polonia ataupun sarana-sarana transportasi seperti stasiun kereta dan terminal, sesuai Undang-Undang adalah salah. Namun coba tinjau kembali dari UU No 9 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi : “Di muka umum adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang”.

Bandara Polonia ataupun sarana transportasi lainnya seperti stasiun kereta, terminal, serta pelabuhan merupakan tempat yang sesuai dan selaras yang dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat 2 UU Nomor 9 Tahun 1998. Maka segala bentuk penyampaian pendapat yang dilakukan di lokasi-lokasi tersebut apabila ditinjau dari Pasal 1 Ayat 2, jelas tidak bisa dikatakan sebagai pelanggaran. Inilah ambiguitas Undang-Undang negara ini. Di satu sisi terlihat bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 menganjurkan rakyat untuk menyampaikan


(56)

pendapat di muka umum, bahkan melindungi. Namun di sisi lain menunjukkan bahwa unjuk rasa dalam bentuk apa pun tidak akan bisa diterima oleh negara.

Dari ambiguitas tersebut, maka timbul celah terjadinya kekerasan dalam demonstrasi. Masing-masing dari elemen yang terkait memiliki pegangan sendiri untuk memperbolehkan dilakukannya tindak kekerasan.

SWP menambahkan pendapatnya mengenai ketidakseriusan pemerintah dalam menangai demonstrasi mahasiswa.

“Ambigu. Kami rasa kami sudah tepat dengan logika berpikir kami. Tapi aparat lebih merasa benar lagi. Sehingga pas lah sudah kalau terjadi bentrokan. Menurutku, pemerintah setengah hati dalam menyikapi persoalan demonstrasi ini.”

4.3.5 Sikap Mahasiswa

Menyikapi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa, Anita Syafitri, mahasiswi Sosiologi FISIP USU yang tidak pernah ikut aksi, cukup menghargai usaha mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan aksi turun ke jalan. Walaupun ia menganggap bahwa demonstrasi bukanlah jalan yang efektif untuk menyampaikan pendapat, namun ia tidak ingin men-judge pelaku demonstrasi mahasiswa sebagai penyebab kerusuhan.

“Demonstrasi menurut saya kurang efektif apabila hanya dilakukan sebagian kelompok. Saya sendiri lebih memilih menyampaikan aspirasi melalui penulisan karya ilmiah yang disertai riset, yang kemudian dapat diserahkan kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti. Walaupun saya menganggap


(57)

bahwa demonstrasi bukanlah tindakan yang efektif namun sebagai seorang mahasiswa saya sangat menghargai mahasiswa lain yang melakukan demonstrasi karena itulah yang mereka anggap sebagai tindakan yang tepat untuk dilakukan. Setiap orang berhak menentukan pilihan yang dianggapnya benar sehingga saya menghargai tindakan mahasiswa yang melakukan tindakan demonstrasi. Lagipula saya dengar dari beberapa kawan yang berdemonstrasi, sebenarnya mereka tidak mau ada kekerasan saat aksi.”

Mahasiswa sebagai pelaku gerakan sadar betul bahwa demonstrasi dewasa ini sangat rentan dengan tindak kekerasan. Namun harus diakui, tindak kekerasan yang terjadi pada saat demonstrasi tidak melulu disebabkan ulah mahasiswa, tetapi juga andil aparat dengan represifitasnya. Ini pengakuan AA yang ikut tertangkap aparat saat berdemonstrasi menolak kebijakan kenaikan BBM di Kantor DPRD Sumut tahun 2012 :

“Aku sendiri sebagai mahasiswa sadar betul bahwa kekerasan sebenarnya tidak pantas digunakan dalam demonstrasi. Namun masyarakat juga perlu tau bahwa kekerasaan saat demonstrasi semata-mata bukan dari mahasiswa, namun aparat yang ‘katanya’ mengamankan justru malah memicu terjadinya bentrok.

“Kami ini mahasiswa berdemonstrasi cuman bawa spanduk, poster-poster tuntutan aksi, toa, dan paling bendera kampus atau ormawa kami. Kendaraan kami pun cuman jalan kaki sama naik kereta, paling hebat naik truk. Nggak kayak polisi yang bawa senjata dan perlindungan diri yang lengkap. Water canon, peluru karet, rompi anti peluru. Kalau sudah gelagat rusuh, tinggal mereka tembakkan. Kalau kami, yah paling cuman bisa lari, kalau kepepet yah balas lempar dengan apa yang ada, sialnya ya kalo udah kena tangkap, diseret-seret polisi kayak binatang.”


(58)

Koordinator KontraS Sumut, HA, yang juga mengamati perjalanan gerakan mahasiswa mengatakan :

“Kekerasan di dalam demonstrasi tidak hanya mahasiswa tapi banyak di luar mahasiswa. Malah justru banyak korban kekerasan demonstrasi adalah mahasiswa. Misalnya demonstrasi kenaikan BBM atau demonstrasi ketika mahasiswa menjadi supporting actor gerakan buruh, tani. Kekerasan lebih banyak dilakukan polisi, satpol pp, dan preman.”

Mahasiswa dengan hanya berbekal pengetahuan, daya intelektual-nya serta nurani merasa perlu melakukan demonstrasi guna menyampaikan aspirasi sesuai kebutuhan rakyat. Pada dasarnya mahasiswa dalam melakukan aksi demonstrasi tidak pernah serta-merta dengan tujuan melakukan kekerasan. Ada memang, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sengaja diatur sedemikian rupa agar terjadi bentrokan atau kerusuhan. Namun semata-mata hal ini dilakukan untuk mengangkat isu ke permukaan publik dan demonstrasi mendapat perhatian targetan, karena selama mereka melakukan demonstrasi dengan damai malah tidak mendapat atensi dari publik apalagi pemerintah.

Mengiyakan hal ini, HA, berpendapat :

“Ada memang kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa. Tapi ini terjadi karena ada saluran komunikasi yang tersumbat. Semestinya ketika demonstrasi, instiusi yang terkait harus mendengar, memfasilitasi, dan akhirnya menjadi input kebijakan yang dibuat oleh negara. Apalagi demonstrasi ini tidak mendapat tanggapan, maka pilihan-pilihan agar demonstrasi ini ditanggapi adalah dengan cara kekerasan, karena dari situlah negara akan


(59)

membuka diri untuk mendengar dan menjadikan isu demonstrasi sebagai input membuat kebijakan.”

Walau demikian, mahasiswa juga menyadari bahwa tindak kekerasan yang dilakukan saat demonstrasi adalah tindakan yang tidak patut dilakukan oleh kaum-kaum cendekiawan muda seperti mahasiswa. Apalagi tindak kekerasan yang dilakukan berupa perusakan fasilitas umum. Mahasiswa menyadari bahwa demonstrasi saat ini masih jauh untuk dikatakan ideal.

AA Hasibuan (21), pelaku demonstrasi mahasiswa dari USU mengatakan :

“Belum (red : bisa dikatakan ideal). Karena melihat

perusakan fasilitas umum yang dilakukan

mahasiswa sering terjadi, padahal aksi yang dilakukan adalah untuk membela rakyat, tapi kalau dilihat dari fasilitas umum yang dirusak oleh mahasiswa itukan milik rakyat dan berasal dari uang rakyat. Itulah bagi aku yang belum cocok itu. Terus, aksi sering lari dari manajemen aksi yang sudah disepakati semua elemen massa aksi. Contohnya, di manajemen aksi, aksinya damai. Tapi udah di lapangan ada aja massa aksi yang coba-coba untuk merusak massa aksi damai itu, walaupun kadang yang merusak itu berasal dari pihak luar massa aksi juga.”

Senada dengan yang di atas, SWP Purba (24), presidium senat mahasiswa UNIMED berpendapat :

“Masalah ideal sih menurutku masih kurang. Karena pergerakan saat ini kurang progresif, dimana aksi masih terkotak-kotak atas lembaga masing-masing. Jadi yang ideal menurutku itu dimana semua lembaga mahasiswa ataupun kelompok masyarakat bersama-sama mengeluarkan aspirasi dengan agenda perjuangan bersama. Bukan agenda


(60)

pribadi ataupun golongan masing-masing. Sehingga tanpa kekerasan pun, isu demonstrasi tetap disorot publik karena gerakan yang masiv dari semua kelompok yang bersatu.”

Menghindari tindak kekerasan dalam demonstrasi yang lebih disebabkan emosi massa aksi yang cenderung mudah terpancing, AA dan SWP sepakat bahwa sebelum melakukan demonstrasi, diskusi dan manajemen aksi yang dilaksanakan harus benar-benar mampu memfasilitasi massa aksi untuk memahami tujuan aksi sebenarnya.

“Ikuti semua proses dari pra sampai pasca aksi. Pahami lebih mendalam untuk apa aksi itu dilakukan. Buat tujuan dari aksi. Sesuaikan dengan hasil kesepakatan elemen massa aksi, kalau aksi damai ya damai.”, (AA, 22).


(61)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kekerasan dalam demonstrasi terkadang memang dirancang sedemikian rupa agar terjadi. Ini dilakukan untuk menaikkan isu daalam demonstrasi agar apa yang menjadi tuntutan demonstrasi dijadikan input membuat kebijakan oleh pemerintah.

Kekerasan dalam demonstrasi tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa, namun bisa disebabkan oleh represifitas aparat dalam menyikapi demonstrasi. Selain itu oknum-oknum misterius yang menyusup ke dalam barisan massa aksi dan memprovokasi kerusuhan juga berperan dalam kekerasan deemonstrasi.

Kekerasan yang dilakukan aparat keamanan, sebenarnya merupakan indikasi bahwa Indonesia tidak berada dalam kondisi yang benar-benar demokratis. Terdapat komunikasi yang tersumbat antara pendemo sebagai rakyat dan pemerintah yang dibentengi aparat.

Selain itu, kurangnya pemahaman mahasiswa mengenai makna, maksud dan tujuan demonstrasi juga turut mempengaruhi alur demonstrasi. Sehingga emosi mahasiswa gampang tersulut dan melakukan tindak kekerasan.


(62)

5.2. Saran

mahasiswa sebagai pelaku demonstrasi hendaknya memahami dengan benar apa maksud dan tujuan dari demonstrasi. Mahasiswa juga harusnya menguasai dengan jelas apa yang menjadi tuntutan dan wacana dalam demonstrasi sehingga emosi mahasiswa tidak gampang tersulut. Hal ini bisa dibangun dengan diskusi yang intens dan perencanaan strategi demonstrasi yang matang dalam bentuk manajemen aksi.

Metode dan strategi yang digunakan juga hendaknya jauh dari tindak kekerasan. Bila kekerasan digunakan sebagai blower-up isu, maka kekerasan bisa diganti dengan aksi-aksi kreatif yang dapat memancing perhatiaan publik. Kekerasan hendaknya merupakan jalan terakhir.

Selain itu, ketiga elemen utama dalam demonstrasi antara lain mahasiswa, aparat kemanan, dan pemerintah harusnya melakukan komunikasi yang intens agar kekerasan dan kerusuhan dalam demonstrasi tidak terjadi. Penulis menggambarkannya dalam Segitiga Dialog, seperti dibawah ini :

Gambar 5.1. Segitiga Dialog

1. Antara mahasiswa dan aparat yang berjaga melakukan dialog agar

mahasiswa diijinkan berdemonstrasi dan aparat memfasilitasi

Mahasiswa Aparat Pemerintah 1


(63)

mahasiswa yang berdemonstrasi untuk membantu menyampaikan aspirasi kepada pemerintah.

2. Aparat menyampaikan keinginan mahasiswa kepada pemerintah.

3. Pemerintah dan mahasiswa melakukan audiensi untuk membicarakan

apa yang menjadi tuntutan mahasiswa atas nama rakyat, dan pemerintah sebagai wakil rakyat menjadikan itu input dalam membuat kebijakan.

Yang terakhir adalah peninjauan kembali Undang-Undang nomor 9 tahun 1998 mengenai kebebasan penyampaian pendapat di muka umum, agar tidak terjadi tumpang tindih dan ambiguitas dalam menjadikan pedoman berdemonstrasi.

Aksi demonstrasi menolak kenaikan BBM yang terjadi di Bandara Polonia Medan pada 26 Maret 2012 boleh jadi dikatakan sebagai salah satu aksi menolak kenaikan harga BBM yang berpengaruh di Indonesia. Aksi demonstrasi yang diikuti oleh ribuan massa aksi itu menyebabkan kelumpuhan lalu lintas jalan raya Kota Medan dan lalu lintas udara. Beberapa penerbangan terpaksa ditunda keberangkatan dan kedatangannya guna mengantisipasi kerusuhan demonstrasi. Bentrok antara aparat dan demonstran pun tak terelakkan. Puluhan aparat dan massa aksi mengalami luka-luka akibat bentrok tersebut. Walau demikian, aksi ini merupakan pemantik untuk aksi-aksi di Indonesia.

Dikatakan sebagai pemantik, para demonstran kota Medan membuat gebrakan dengan terblokirnya Bandara Internasional Polonia yang merupakan akses masuk wilayah Sumatera Utara sekaligus merupakan pintu gerbang Indonesia regional Sumatera. Strategi aksi ini pun kemudian diikuti oleh beberapa demonstran di beberapa daerah di Indonesia. Demonstran di daerah lain ikut


(64)

memblokir sejumlah sarana transportasi seperti Stasiun Kereta Purwokerto dan stasiun Gambir di Jakarta, lalu Bandara Ternate, Riau, Yogyakarta, dan beberapa daerah lainnya. Aksi demonstrasi yang dilakukan di berbagai daerah dengan masiv dan intens, boleh dikatakan cukup memepengaruhi kebijakan pemerintah. Terbukti beberapa hari setelah hampir setiap hari terjadi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM, pada tanggal 30 Maret 2012, Rapat Paripurna DPR RI memutuskan untuk menunda kenaikan harga BBM sampai enam bulan ke depan.

Dengan sederet ‘keberhasilan’ demonstrasi yang diwarnai dengan kekerasan, bukan berarti tindak kekerasan dijadikan pembenaran dalam demonstrasi. Yang mesti dipahami, penyampaian pendapat di muka umum dalam bentuk demonstrasi dilakukan untuk menyampaikan aspirasi rakyat di hadapan publik agar sampai kepada para pemangku kebijakan. Dengan kata lain, demonstrasi dilakukan guna mencari perhatian publik supaya apa yang menjadi tuntutan bisa sampai kepada sasaran.

Ada banyak cara agar demonstrasi mendapat perhatian publik, tidak selalu kekerasan menjadi jalan satu-satunya untuk memblow-up isu demonstrasi. Audiensi, dialog, diskusi, mimbar bebas, atau cara-cara dengan seni dan kreativitas seperti teatrikal, deklamasi puisi, atau bisa saja dengan konvoi seperti yang dilakukan dalam gerakan mahasiswa ’65 - ‘66. Dan kekerasan harusnya adalah jalan terakhir untuk menggelar demonstrasi agar menjadi perhatian publik. Bukan pula, kekerasan sebagai jalan satu-satunya menghentikan demonstrasi.


(65)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Gerakan Sosial sebagai Aksi Kolektif

Gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. Dalam sosiologi, gerakan tersebut di atas diklarifikasikan sebagai suatu bentuk perilaku kolektif tertentu yang diberi nama gerakan sosial. Sejumlah ahli sosiologi menekankan pada segi kolektif dan gerakan sosial ini, sedangkan diantara mereka ada pula yang menambahkan segi kesengajaan, organisasi dan kesinambungan. Sebagai sebuah aksi kolektif, umur gerakan sosial tentu sama tuanya dengan perkembangan peradaban manusia. Perubahan suatu peradaban ke peradaban lain tidaklah selalu melalui jalan “damai” bahkan sejarah membuktikan perubahan peradaban masyarakat kerap terjadi melalui gerakan-gerakan kolektif atau yang lebih dikenal dengan

istilah gerakan sosial sekarang ini14

Alain Touraine

. 15

14

Situmorang, Abdul Wahib. 2007. Gerakan Sosial (Studi Kasus Beberapa Perlawanan).

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

15

http://iesdepedia.com/blog/2013/01/13/new-sosial-movement/ (diakses 13 Desember 2013, 1.07 WIB)

, seorang sosiolog asal Perancis mengatakan bahwa gerakan sosial merupakan perilaku/tindakan kolektif yang terorganisir dari aktor berbasiskan kelas yang berjuang melawan kelas yang menjadi lawan (musuh) dalam untuk mengambil kontrol sosial secara


(1)

8. Keluarga besar Ir. Yusran Madjid, terima kasih Angku atas motivasi yang diberikan untuk penulis.

9. Gadis-gadis ulala ku : Himmah, Dewi Septrya Lubis, Nurli Widyanti, Afriyani, dan Feni Sisca. Canda, tawa, tangis, kita rasa sama-sama. Termasuk soal skripsi ini, pusingnya juga bareng-bareng. Terima kasih untuk kalian.

10. Palu Hijau (Pejuang Sepuluh, Hidupkan Imaji Kawula Muda) HMI Komisariat FISIP USU. Sahabat yang seiring berjalan waktu menjadi saudara : Prayugo, Muchlis, dan Teuku Muadahari. Terima kasih juga untuk Amal Assyfa yang bersedia menjadi informan, dan Ricky A. Putra, Habib Sani, Cafry dan kawan-kawan lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tetaplah menjadi Palu Hijau, bukan Palu warna lain.

11. Kawan-kawan sepermainan di Sosiologi 2010. Rahmad, Imam, Aris, Adit, Hilal, Mulkan, Fahmi. Terima kasih juga teman seperjuangan sedoping Marlina, Elisabeth, dan Hotrina. Terima kasih juga untuk kawan-kawan lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Kita yang tau suka duka jadi Mahasiswa Sosiologi.

12. Keluarga Besar HMI Komisariat FISIP USU. Mulai dari Balap Pesawat, Gamakosmik, dan Genosida. Serta kakanda senioren serta alumni. Bang Ari, Bang Edo, Bang Dika Y, Bang Doni, Bang Andre, Bang Amin, Bang Didi, terima kasih sumbang sarannya. Terima kasih juga untuk kakanda Surahwan yang cukup banyak memberi motivasi penulis. Kakanda Herdensi Adnin, thank you sudah bersedia menjadi informan dan teman diskusi penulis.


(2)

13. Terakhir, saya ucapkan terimakasih yang tak tekira untuk Kekasih, ksatria hati. Orang-orang boleh datang dan pergi, tapi kamu, saya harap tidak akan pernah pergi dan terganti.

Begitu banyak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak. Maka, penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang luput dari ingatan penulis, yang ikut membantu penyelesaian skripsi ini. Walau demikian, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Semoga tulisan ini bias bermanfaat bagi para pembaca, Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak.

Medan, November 2014

NIM. 100901025 YuvaAyuningAnjar


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Defenisi Konsep ... 12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gerakan Sosial sebagai Aksi Kolektif ... 13

2.2. Perilaku Kolektif ... 15

2.3. Demonstrasi sebagai Protes ... 17

2.4. Kontrol Sosial ... 20

2.5. Kekerasan dan Aksi Kolektif ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian ... 26


(4)

3.2. Lokasi Penelitian ... 27

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 27

3.3.1. Unit Analisis ... 27

3.3.2. Informan ... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5. Interpretasi Data ... 31

3.6. Jadwal Kegiatan ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi ... 33

4.1.1. Geografis Kota Medan ... 33

4.1.2. Gambaran Umum Kota Medan ... 33

4.1.3. Gambaran Penyebaran Mahasiswa di Kota Medan ... 33

4.1.3.1. Sejarah Berdirinya Perguruan Tinggi ... 35

4.1.3.2. Gambaran Penyebaran Perguruan Tinggi .... 35

4.1.4. Lokasi Demonstrasi Mahasiswa di Kota Medan ... 40

4.2. ProfilInforman ... 47

4.2.1. Pengamat Sosial/Tokoh Masyarakat ... 47

4.2.2. Pelaku Demonstrasi Mahasiswa ... 48

4.2.3. Mahasiswa Bukan Demonstran... 50

4.3. Interpretasi Data ... 50

4.3.1. Fase-fase Kekerasan dalam Demonstrasi Kota Medan 50 4.3.2. Bentuk Demonstrasi sebagai Protes Mahasiswa Kota Medan ... 53


(5)

4.3.3. Bentuk Tindak Kekerasan dalam Demonstrasi ... 57

4.3.4. Latar Belakang Tindak Kekerasan dalam Demonstrasi 61 4.3.5. Sikap Mahasiswa ... 70

BAB V PENUTUP ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... x


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Batas Wilayah Kota Medan ... 33

Tabel 4.2. Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan ... 36

Tabel 4.3. Perguruan Tinggi Negeri di KotaMedan ... 39

Tabel 4.4. Fase Kekerasan dalam Demonstrasi ... xiii