Ini karena persamaan perasaan dan pikiran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan kemerdekaan. Persamaan perasaan dan pikiran
terhadap nilai-nilai tersebut sangat kuat di kalangan mahasiswa sehingga mendorong mereka pada tindakan yang sama.
2. Pengorganisasian bersifat gerakan yang tidak punya hirarki
ketat, tidak birokratis dan sangat desentralisir. 3.
Tidak memiliki ideologi yang ketat. Meski selalu mengenai prinsip-prinsip dasar yang berbangsa dan
bernegara. Umumnya menghendaki pemerintah yang lebih terbuka dan demokratis, menjamin hak dan keselamatan rakyatnya, dan berusaha
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.2. Perilaku Kolektif
Paul B. Horton dan Charles L. Hunt Razak : 2007 berpendapat bahwa perilaku kolektif ialah mobilisasi berlandaskan pandangan yang
mendefinisikan kembali tindakan sosial. Menurut Stanley Milgam Razak : 2007 perilaku kolektif ialah suatu perilaku yang lahir secara spontan,
relatif, tidak terorganisasi serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana dan hanya tergantung pada stimulasi
timbal balik yang muncul di kalangan para pelakunya
17
Adapun ciri-ciri perilaku kolektif Komsiah : 2010 adalah sebagai berikut
.
18
1. Dilakukan bersama oleh sejumlah orang.
:
17
Yusron Razak. 2007. Sosiologi Sebuah Pengantar. Bandung : Gamma Press hal. 24
18
Komsiah, Siti. S.IP, M.Si., Modul Pengantar Sosiologi, Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana, 2010 hal 4
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak bersifat rutin hanya insidential.
3. Dipacu oleh beberapa rangsangan masalah
Perilaku kolektif bisa terjadi dimasyarakat mana saja, baik masyarakat yang sederhana maupun yang kompleks. Menurut teori Le Bon perilaku
kolektif dapan ditentukan oleh 6 faktor
19
1. Situasi sosial
, yaitu :
Situasi yang menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam instansi tertentu.
2. Ketegangan struktural
Adanya perbedaan atau kesenjangan disuatu wilayah akan menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan
bentrok ketidakpahaman 3.
Berkembang dan menyebarnya suatu kepercayaan umum. Misalnya : berkembangnya isu-isu tentang pelecehan
suatu agama atau penindasan suatu kelompok yang dapat menyinggung kelompok lain
4. Faktor yang mendahului
Yakni faktor-faktor
penunjang kecemasan dan kecurigaan yang dikandung masyarakat. Misalnya desas-desus
isu kenaikan harga BBM, yang diperkuat dengan pencabutan subsidi BBM, hal ini dapat memicu kuat sekelompok orang
untuk protes.
19
Ibid hal 6
Universitas Sumatera Utara
5. Mobilisasi perilaku oleh pemimpin untuk bertindak.
Perilaku kolektif akan terwujud apabila khalayak ramai dikomandodimobilisasikan oleh pimpinannya.
6. Berlangsungnya suatu pengendalian sosial kontrol sosial
Merupakan hal penentu yang dapat menghambat, menunda bahkan mencegah ke 5 faktor diatas, misalnya :
pengendalian polisi dan aparat penegak hukum lainnya. Dari keenam faktor penentu tersebut merupakan suatu rangkaian
yang dapat menyebabkan terjadinya suatu perilaku kolektif dengan berbagai macam bidang. Menurut John Lofland ada empat bidang-bidang
perilaku kolektif antara lain : kerumunan crowd, masa mass, publik public, dan gerakan sosial social movement
20
. Gerakan sosial dianggap memiliki keistimewaan dibanding
perilaku kolektif yang lain, utamanya tentang pengorganisasian kelompok yang tidak kelihatan pada jenis perilaku kolektif yang lain.
2.3. Demonstrasi sebagai Protes