Peranan BappedaDalam Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif Di Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.Dale Timpe. 1992. Kinerja (Seri Manajemen Sumber Daya Manusia). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Agus Dody Sugiartoto. 2003. Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kota Solo (Pendekatan Nguwongke Uwong). Solo : Indonesian Partnership on Local Governance Initiatives-Solo (IPGI-Solo)

Bernardin and Russel. 1993. Human Resource Management,An. Experimential Approach, terjemahan. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.

Bintoro Tjokroamidjojo. 1994. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta : Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) David C. Korten dan Sjahrir. 1998. Pembangunan Berdimensi

Kerakyatan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Heribertus, Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas

Sebelas Maret Press

Kunarjo. 1996. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Erlangga. Jakarta Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1996. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jilid II/Edisi Ketiga. Jakarta: Toko Gunung Agung.

Mangkunegara. A.A Anwar Prabu. 2005 .Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.

Muhammad Histiraludin. 2004. Bergumul Bersama Masyarakat (Berbagi Cerita Proses Perencanaan Partisipatif di Kota Solo). Solo : Indonesian Partnership on Local Governance Initiatives-Solo (IPGI-Solo)


(2)

Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Torang, Syamsir. 2013. Organisasi & Manajemen. Bandung: Alfabeta.

W.J.S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Perundang-undangan

Undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 54 tahun 2010 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

Peraturan Perundang-undangaan Republik Indonesia No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Menteri Keuangan Nomor : 28 Tahun 2010 Nomor : 0199/M PPN/04/2010 dan PMK 95/PMK 07/2010, tanggal 31 Maret 2010 Tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Peraturan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor : 8 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Peraturan Bupati Humbang Hasundutan Nomor 17 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan


(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara, Tanggal 28 Juli 2003 sesuai dengan UU No.9 tahun 2003. Yang terletak ditengah wilayah Provinsi Sumatera Utara. Dengan Luas Wilayah daratan: 250.271,02 Ha dan 1.494,91 Ha luas perairan (danau toba), terdiri dari 10 Kecamatan, 1 Kelurahan dan 143 Desa dengan Suhu Udara berkisar antara 170 C - 290 C.

3.1.1. Keadaan Geografi dan Iklim

Secara Astronomis, Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 2o1' - 2o 28' Lintang Utara. 98o10o - 98o58' Bujur Timur.

Dan berdasarkan posisi geografisnya memiliki batas :

 Sebelah Utara : Kabupaten Samosir

 Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara

 Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah

 Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Bharat

Seperti layaknya daerah tropis lainnya, Humbang Hasundutan mengalami dua musim yaitu Hujan dan Kemarau. Selama tahun 2011 hujan cenderung lebih sering terjadi di Humbang Hasundutan, dimana


(4)

tercatat bahwa hujan terjadi sebanyak 208 hari dengan rata - rata curah hujan mencapai 228,76 mm setiap bulannya.

Banyak hal yang mempengaruhi curah hujan diantaranya adalah ketinggian tempat, arah angin, perbedaan suhu tanah (daratan) dengan lautan dan luas daratan. Oleh karena itu, curah hujan yang terjadi di Humbang Hasundutan juga berbeda - beda menurut bulan dan Kecamatan. Curah hujan tertinggi pada November yaitu 342,78 mm selama 22 hari. Berdasarkan kecamatan, rata - rata curah hujan tertinggi tahun 2011 terjadi di Kecamatan Pakkat (340,33 mm), sedangkan terendah di Kecamatan Baktiraja (140,50 mm)

3.1.2. Keadaan Topografi

Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan daerah dataran tinggi yang mempunyai ketinggian bervariasi antara 330-2.075 Meter diatas permukaan laut, dengan perincian :

 Datar = 278,75 Km2 (0 s/d 2 %)

 Landai = 491,63 Km2 (2 s/d 15 %)

 Miring = 1.066,50 Km2 (15 s/d 40 %)

 Terjal = 665,82 Km2 (40 s/d 44 %)

Kabupaten Humbang Hasundutan berada di jajaran Bukit Barisan dengan keadaan Tanah umumnya bergelombang. Merupakanm hulu


(5)

Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk beberapa kabupaten : Dairi, Tapanuli Tengah dan Toba Samosir.

Kondisi jenis tanah Kabupaten Humbang Hasundutan adalah jenis Tanah berasal dari Tuf Andesit yang mengahsilkan Tanah Podsolik yang sifatnya sangat erosif dan sebagian kecil Tanah Litosol yang berada pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba.

Tingkat kesuburan tanah di Humbang Hasundutan relatif subur yaitu secara umum merupakan jenis tanah yang mengandung bahan organik dan memiliki keasaman tanah yang tinggi dengan rata - rata pH 5-6,5. Pengoptimalan tanah dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi yang tepat sesuai dengan jenis tanaman yang akan dikembangkan.

Sumber daya air yang dimiliki Humbang Hasundutan berasal dari Danau, Sungai dan Rawa - rawa. Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada dataran tinggi yang memiliki beberapa hulu sungai (DAS) untuk beberapa kabupaten tetangga. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di Humbang Hasundutan antara lain DAS Simonggo, DAS Sibundong, DAS Silang dan DAS lainnya, sedangkan sumber airnya berasal dari Danau Toba di Kecamatan Baktiraja.

3.1.3. Keadaan Demografi/ Kependudukan

Keanekaragaman penduduk terdiri dari beberapa suku Batak Toba, Pakpak, Simalungun, Nias, Jawa, dan Mandailing yang menyebar


(6)

hampir diseluruh kecamatan. Masing- masing penduduk memeluk agama dan kepercayaan seperti Islam, Kristen Protestan, Katholik, dengan toleransi beragama diantara masyarakat terbina dengan baik.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk 171.650 Jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduknya 68,59 Jiwa / km2. Sedangkan kontribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian adalah Pertanian, Perdangangan, Pegawai Negeri Sipil dan TNI serta sebagian kecil industri / kerajinan tangan.

3.2. BAPPEDA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

3.2.1. Kondisi Umum Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan 3.2.1.1. Kondisi Sekarang

Sebagaimana implementasi Undang-Undang Nomor: 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah guna kelancaran pelaksanaan pemerintahan di Kabupaten Humbang Hasundutan, perlunya perubahan manajemen yang semakin besar dan semakin kompleks sejalan dengan kewenangan daerah kabupaten.

Kondisi yang muncul adalah kurangnya kebersamaan semangat kerja, enggan mengembangkan profesionalisme, penurunan mutu dan keterampilan aparat. Keadaan tersebut telah membawa pengaruh terhadap peranan dan keberadaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Humbang Hasundutan.


(7)

Penekanan terhadap perencanaan pembangunan daerah tersebut dalam fungsi perencanaan pembangunan (development function), perlu perhatian yang semakin besar, luas dan kompleks terutama akibat dari sesakan perubagan internal maupun eksternal.

Sesuai dengan konteks “Community Development” pelaksanaan pembangunan dilakukan melalui pelaksanaan pembangunan dilakukan melalui 3 (tiga) pilar yaitu : peningkatan pemberdayaan dan pembekalan maka perencanaan pembangunan daerah mau tidak mau dituntut untuk lebih dapat mengembangkan mutu, profesionalisme, loyalitas dan dedikasinya.

Berdasarkan Permendagri Nomor: 9 Tahun 1982 tentang pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah atas dasar Keputusan Bupati Humbang Hasundutan Nomor : 19 Tahun 2004 tentang Uraian Tugas Kepala Badan, Bagian dan Subbagian Bidang, pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), maka tugas pokok Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan adalah membantu Kepala Daerah dalam seluruh tahapan /proses perencanaan pembangunan daerah untuk menghasilkan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang efektif dan sepadan, sedangkan fungsi Bappeda adalah :

1. Mengkaji, merumuskan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Jangka Menengah maupun Tahunan;


(8)

2. Mengkoordinasikan dan menyusun rencana program pembangunan daerah bersama unsur-unsur terbaik di daerah; 3. Menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten Bidang Pembangunan Di bawah koordinasi Sekretaris Daerah;

4. Melakukan pembinaan/ bimbingan Perencanaan Pembangunan di daerah dengan pokok kegiatan sinkronisasi pembangunan; 5. Menyelenggarakan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

(Litbang) di statistik pembangunan;

6. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian serta pelaporan pembangunan daerah.

Dari penjabaran tugas pokok dan fungsi sebagaimana Keputusan Bupati Humbang Hasundutan dan Permendagri tersebut di atas, Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan membentuk satu struktur organisasi yang terdiri dari :

a. 1 (satu) Kepala Badan, b. 3 (tiga) Kepala Bidang,

c. 1 (satu) Kepala Bidang Tata Usaha, d. 6 (enam) Kepala Subbidang,

e. 2 (dua) Kepala Subbagian, dan f. Pelaksana dan Jabatan Fungsional.


(9)

a. PNS 33 orang

b. Pegawai Honorer 2 orang

DAFTAR NAMA PEGAWAI BAPPEDA KAB. HUMBANG HASUNDUTAN

NO. NAMA/NIP GOL.RUANG JABATAN

1

Drs. Lamhot Hutasoit

NIP. 19680808 199403 1 008

Pembina Tk. I IV/b

Kepala Bappeda

SEKRETARIAT

1

Drs. Jonny Gultom

NIP. 19640831 198903 1 003

Pembina Tk. I IV/b

Sekretaris Bappeda

2

Nancy Frida Banjarnahor, SP NIP. 19750221 200312 2 003

Penata III/c

Kasubbag Umum

3

Roudur Imelda Situmorang,SE NIP. 19810316 200003 2 001

Penata III/c

Kasubbag Keuangan

4

Sri Ulina G, SE

NIP. 19781121 200801 2 005

Penata Muda Tk.I III/b

Staf

5

Piolisma Sipahutar, SE NIP. 19760926 201101 2 004

Penata Muda Tk.I III/b

Bendahara Barang

6

Deo Dominus Sitohang, Amd.Kom NIP. 19870621 201101 1 005

Pengatur II/c

Bendahara Pengeluaran

7 Herta Reliana Hutagaol - Staf Honorer

8 Grace Novalyn Parhusip - Staf Honorer

BIDANG EKON SOSBUD

1

Hanaya C. Simamora,S.Sos, MPA NIP. 19770404 200502 1 001

Penata Tk.I III/d

Kabid Ekonomi dan Sosial Budaya

2

Dorlan Rosaulina Sihombing, SP NIP. 19790729 200604 2 003

Penata III/c

Kasubbid

Perekonomian dan Penanaman Modal


(10)

3

Suhardiman Simamora, STP NIP. 19790527 200604 1 005

Penata III/c

Kasubbid

Peningkatan SDM

4

Sampetua H. Napitupulu NIP. 19810710 201001 1 028

Penata Muda Tk.I III/b

Staf

5

Parluasan Silaban, SH NIP. 19850105 201001 1 019

Penata Muda Tk.I III/b

Staf

6

Hotma Meri Kristina Samosir NIP. 19801226 200701 2 001

Pengatur II/c

Staf

BIDANG FISIK DAN TATA RUANG

1

Bottor Purba, SE

NIP. 19640911 199603 1 002

Pembina Tk.I IV/b

Kabid Fisik dan Tata Ruang

2

Melati Simamora, ST

NIP. 19780517 200312 2 005

Penata III/c

Kasubbid Fisik

3

Ferdinan Sitinjak, ST, MT NIP. 19750325 200212 1 009

Penata III/c

Kasubbi Tata Ruang

4

Jusniar Flora Sihite, A.Md NIP. 19720721 200312 1 004

Penata Muda III/a

Staf

5

Joni Antonius Parasian M, SE NIP. 19860904 201503 2 001

Penata Muda III/a

Analisis Kebijakan

6

Realita Raymunda Butar-Butar, S.Si NIP. 19870608 201503 2 001

Penata Muda III/a

Analisis Kebijakan

7

Christian L. H. Sihombing NIP. 19781210 200312 1 006

Pengatur II/c

Staf

8

Sartika Simanihuruk, A.Md NIP. 19870424 201503 2 001

Pengatur II/c

Pengawas Fisik Permukiman

BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

1

Andi Saut Sihombing, SE NIP. 19770420 200312 1 008

Penata Tk.I III/d

Kabid Litbang dan Statistik


(11)

2

Pahala H. L.Gaol, ST, M.Sc, M.Eng NIP. 19801031 200502 1 004

Penata III/c

Kasubbid Litbang

3

Ramli Nababan, SP

NIP. 19680526 199403 1 002

Penata Tk.I III/d

Kasubbid Statistik

4

Nasib Martua Lumbanbatu, ST NIP. 19721202 200904 1 001

Penata Muda Tk.I III/b

Staf

5

Mangampu Tiga Sipahutar, S.Kom NIP. 19820827 201001 1 018

Penata Muda Tk.I III/b

Staf

6

Yosephin Arta Panjaitan, S.Sos NIP. 19890122 201503 002

Penata Muda III/a

Pengelola Informasi dan Dokumentasi

7

Fenny Lamhot Purba, A.Md NIP. 19700514 200801 2 004

Pengatur Tk.I II/d

Staf

8

Robert

NIP. 19790626 200701 1 008

Pengatur II/c

Staf

Tabel 1. Daftar Nama Pegawai Bappeda Kab. Humbang Hasundutan

Dengan personil yang ada sekarang sudah cukup banyak namun pelaksanaan pekerjaan belum sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga pada bidang-bidang pekerjaan tertentu perlu adanya personil khusus dan telah melalui pendidikan khusus TMPPD, TMPPL dan Amdal.

3.2.1.2. Kondisi Yang Diharapkan

Berdasarkan Keputusan Bupati dan Permendagri di atas maka diharapkan pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan


(12)

serta mampu mengkoordinasikan perencanaan, program serta kegiatan dengan instansi-instansi terkait lainnya guna memperlancar pelaksanaan tugas.

Disamping itu juga mampu menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan kegiatan perencanaan di bidang fisik dan prasarana, sosial budaya, ekonomi, penelitian dan pengembangan (litbang) dan stastistik serta program dan pelaporan guna mendukung Kebijakan Umum Daerah dalam menunjang pelaksanaan visi, misi dan strategi yang telah dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

3.2.1.3. Lingkungan Strategis Yang Berpengaruh

Lingkungan Strategus yang berpengaruh terdiri dari Analisa Lingkungan Internal (ALI) terhadap aspek kekuatan (strength) dan aspek kelemahan (weakness), serta Analisa Lingkungan Eksternal (ALE) terhadap aspek Peluang (opportunities) dan aspek Hambatan (soft threats).

Beberapa faktor kondisi lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Humbang Hasundutan perlu dipandang dari sudut Analisis SWOT dapat dikemukakan sebagai berikut :


(13)

Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (weakness) merupakan potensi yang terdalam tubuh organisasi termasuk di Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan, kekuatan merupakan suatu keunggulan yang kompetitif yang dapat dipergunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Bappeda. Sedangkan kelemahan harus dimobilisasi agar dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dikendalikan. Adapun kekuatan dan kelemahan yang ada di Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan adalah :

a. Kekuatan (strength)

Pembagian tugas (Job Descriptions) yang jelas di Bappeda sebagai suatu unit organisasi mempunyai tugas yang jelas untuk mencapai tujuan. Pembagian tugas dan struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008.

Adapun yang menjadi kekuatan dari Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan adalah :

i. Tersedianya sumber daya manusia yang cukup memadai untuk mencapai keberhasilan dalam mengembangkan tugas pokok dan fungus Bappeda,


(14)

ii. Adanya kewenangan mengkoordinasikan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah,

iii. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan tugas Bappeda,

iv. Adanya kemampuan dan kemauan personil Bappeda yang cukup tinggi untuk belajar dalam upaya meningkatkan mutu pelaksanaan tugas.

b. Kelemahan (weakness)

i. Kurangnya tenaga dibidang Perencanaan;

Tugas perencanaan memerlukan keterampilan khusus. Pada saat ini (hanya beberapa) staf Bappeda yang memiliki latar belakang pendidikan yang khusus dibidang perencanaan,

ii. Motivasi dan komitmen kerja personil masih kurang dan belum merata;

iii. Kemampuan dan Keterampilan personil masih kurang dan belum merata;

iv. Data pendukung yang valid dan akurat kurang terinventarisasi dengan baik;

v. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung tugas-tugas perencanaan.


(15)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berupa peluang (Opportunities) dan Hambatan (Threats) adalah merupakan faktor yang menjadi perhatian sungguh-sungguh bagi Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan dalam upaya mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai badan Perencanaan Daerah.

3.2.2. Visi dan Misi Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan

VISI

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai salah satu institusi Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan menetapkan visi sebagai berikut :

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT HUMBANG

HASUNDUTAN YANG MANDIRI DAN SEJAHTERA

MELALUI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG

BERKUALITAS DAN ASPIRATIF”

Dalam visi tersebut di atas terkandung makna berkualitas yang maksudnya :

a. Perencanaan yang disusun harus benar-benar sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan daerah;


(16)

b. Perencanaan yang disusun dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan keakuratannya dapat diandalkan (dilandasi hasil penelitian).

Aspiratif maksudnya :

a.Terdapatnya partisipasi para pelaku pembangunan dalam penjariangan aspirasi masyarakat;

b. Terdapatnya partisipasi para pelaku pembangunan dalam konsultasi dengan publik;

c. Terdapatnya partisipasi para pelaku pembangunan dalam pengambilan keputusan.

MISI

1. Menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Jangka Menangah Daerah Demokratis;

2. Meningkatkan keserasian rencana dan pengendalian pembangunan lintas wilayah;

3. Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang berkualitas dan aspiratif melalui koordinasi dan sinkronisasi.


(17)

Dalam rangka pencapaian misi yang telah ditetapkan, maka tujuan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan adalah :

1. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan baik jangka panjang maupun jangka menengah;

2. Meningkatkan kompensasi aparatur dan kinerja organisasi yang efisien dan efektif;

3. Meningkatkan keterpaduan perencanaan dan pengendalian pembangunan antar wilayah, antar sektor dan lembaga;

4. Meningkatkan koordinasi perencanaan dan pembangunan;

5. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan.

3.2.4. Sasaran Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan

Adapun sasaran untuk mewujudkan tujuan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas SDM bidang perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Tersusunnya perencanaan pembangunan daerah yang tepat dan akurat;

3. Meningkatkan keselarasan diantara rencana-rencana pembangunan lintas wilayah, lintas sektoral dan lembaga-lembaga;


(18)

4. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan; 5. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksana pembangunan; 6. Tersedianya aparatur perencanaan yang professional.

3.2.5. Strategi Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan

Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan, dirancang secara konseptual, analitis, realistis, rasional dan komprehensif, maka strategi diwujudkan dalam kebijakan dan program di Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan dilakukan sebagai berikut :

No Kebijakan Program

1 Mengembangkan kegiatan penelitian

Peningkatan kualitas dan kuantitas serta daya guna hasil penelitian

2 Melibatkan stakeholders dalam proses perencanaan

Penampungan aspirasi masyarakat

3 Mengembangkan sisten informasi data pembangunan

Pengembangan sistem informasi pembangunan

4 Mengembangkan kegiatan evaluasi

Peningkatan Kegiatan evaluasi

5 Memberikan kesempatan pada aparatur untuk mengembangkan

Peningkatan pengetahuan dan kemampuan SDM


(19)

kemampuan

6 Melengkapi dan mengoptimalkan pemanfaatan sarana/prasarana

Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

7 Meningkatkan informasi perencanaan

Pembanguanan pusat data perencanaan

Tabel 2. Kebijakan dan Program Bappeda Kab. Humbang Hasundutan

3.2.6. Kebijakan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan

Kebijakan Bappeda dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran adalah :

1. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2. Meningkatkan efektifitas mekanisme perencanaan dan pengendakian

pembangunan;

3. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan pembangunan daerah

3.2.7. Struktur, Tugas Pokok dan fungsi (Tupoksi) Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan


(20)

Untuk mendukung terlaksananya tugas pokok dan fungsi tersebut di atas telah dibentuk struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai berikut :

A. Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda

a. Perumusan kebijakan dan teknis perencanaan;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan

pembangunan daerah;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Susunan Organisasi :

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri dari: a. Kepala Badan

Mempunyai tugas pokok perumusan kebijakan teknis perencanaan, pengkoordinasian, penyusunan perencanaan pembangunan, pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan daerah serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(21)

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan tanggung jawab kepala Badan, secretariat mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Badan. Sekretariat terdiri dari :

- Sub Bagian umum, dan - Sub Bagian keuangan

Tiap-tiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

b.1. Kepala Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan-bahan penyusunan program dan kegiatan pengelolaan perlengkapan dan barang inventaris, pengelolaan urusan rumah tangga, ketatausahaan serta pelaporan.

b.2. Kepala Sub Bagian Keuangan

Mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan-bahan penyusunan pengelolaan administrasi keuangan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan.


(22)

Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya mempunyai tugas pokok menjalankan kebijakan, program dan kegiatan di bidang ekonomi dan sosial budaya.

Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya terdiri dari :

- Sub Bidang Perekonomian dan Penanaman Modal Daerah; dan

- Sub Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia c.1. Sub Bidang Perekonomian dan Penanaman Modal

Daerah bertugas :

1) Melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan dibidang pertanian, perkebunan, industri perdagangan, pertambangan dan energi, usaha ekonomi koperasi, promosi dan perizinan. 2) Mengkoordinasikan rencana pembangunan

pertanian, industri perdagangan, pertambangan dan energi, usaha ekonomi serta promosi dan perizinan yang disusun oleh instansi pengelola; 3) Melakukan inventarisasi permasalahan dibidang


(23)

4) Mengkoordinasikan dan melaksanakan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKPD) dibidang ekonomi, yang meliputi : pertanian, industri, perdagangan, pertambangan dan energi, usaha ekonomi serta promosi serta perizinan dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

c.2. Sub Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia 1) Melakukan kegiatan perencanaan pembangunan

agama, pendidikan dan kebudayaan, pemerintahan dan otonomi daerah, kependudukan dan pengembangan SDM, kesehatan dan kesejahteraan sosial yang disusun oleh instansi pengelola;

2) Menyusun pedoman dan petunjuk serta pelaksanaan desa;

3) Menyusun pedoman dan petunjuk serta pelaksanaan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM);


(24)

4) Melaksanakan inventarisasi permasalahan dibidang pemerintahan dan social budaya serta merumuskan pemecahannya;

5) Mengkoordinasikan dan melaksanakan penyusunan program tahunan bidang pemerintahan dan otonomi daerah, kependudukan dan pengembangan SDM, Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

d. Bidang Fisik dan Tata Ruang

Bidang Fisik dan Tata Ruang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Kepala Bidang Fisik dan Tata Ruang mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan-bahan perumusan kebijakan, program dan kegiatan di bidang fisik dan tata ruang.

Bidang Fisik dan Tata Ruang terdiri dari : - Sub Bidang Fisik; dan

- Sub Bidang Tata Ruang d.1. Kepala Sub Bidang Fisik

Kepala Sub Bidang Fisik mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan-bahan perumusan kebijakan, program dan kegiatan perencanaan bidang fisik.


(25)

d.2. Kepala Sub Bidang Tata Ruang

Kepala Sub Bidang Tata Ruang mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan-bahan perumusan kebijakan, program dan kegiatan perencanaan dibidang tata ruang. e. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik

Bidang penelitian, Pengembangan dan Statistik dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan, program dan kegiatan dibidang penelitian, pengembangan dan statistik.

Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik terdiri dari : - Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan, dan

- Sub Bidang Statistik

e.1. Kepala Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Kepala Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan-bahan perumusan kebijakan, program dan kegiatan perencanaan bidang-bidang penelitian dan pengembangan.


(26)

Kepala Sub Bidang Statistik mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan-bahan perumusan kebijakan, program, dan kegiatan perencanaan bidang tata statistik.

Gambar 1. Struktur Organisasi Bappeda Kab. Humbang Hasundutan Ramli Nababan, SP SUBBIDANG STATISTIK Pahala H. L.Gaol, ST, M.Sc,M.Eng SUBBIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Ferdinan Sitinjak, ST,MT SUBBIDANG TATA RUANG Melati Simamora, ST SUBBIDANG FISIK Suhardiman Simamora, STP SUBBIDANG PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA Dorlan R. Sihombing, SP SUBBIDANG PEREKONOMIAN DAN PENANAMAN

Andi S. Sihombing, SE BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Bottor Purba, SE

BIDANG FISIK DAN TATA RUANG Hanaya C. Simamora,

Sos, MPA

BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA

SUBBAGIAN UMUM Nancy F.Banjarnahor,SP

SUBBAGIAN KEUANGAN Roudur I. Situmorang,SE Drs. Jonny Gultom

SEKRETARIS BAPPEDA Drs. Lamhot Hutasoit


(27)

BAB IV

DESKRIPSI PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Pada BAB IV ini penulis akan menguraikan tentang Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Humbang Hasundutan. Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan rangkaian tak terpisahkan dari proses pelaksanaan Musrenbang pada tingkatan-tingkatan dibawahnya yang secara hirarkis meliputi Musyawarah Perencanaan Pemba ngunan Desa (Musrenbangdes), Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam), dan Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Demikian juga dari sisi materi, apa yang dirumuskan pada saat pelaksanaan Musrenbang Kabupaten Humbang Hasundutan merujuk pada materi hasil-hasil Musrenbang pada tingkatan dibawahnya yang secara teknis dan normatif telah dibahas dan dipaduserasikan dengan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Humbang Hasundutan. Secara berjenjang, sejak dari Musrenbangcam, masing-masing SKPD telah terlibat dan melibatkan diri secara aktif untuk menyerap aspirasi dan usulan untuk dipaduserasikan dan


(28)

diakomodasikan dalam rancangan Renja SKPD. Seluruh tahapan tersebut merupakan urutan tahapan dalam penyusunan rencana pembangunan yang berbasis pada masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan. Secara umum Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif tersebut dapat digambarkan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Humbang Hasundutan.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan tahunan dan akan menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD). Sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Humbang Hasundutan Nomor 17 tahun 2011 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, maka tata cara penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

4.1. Persiapan Penyusunan RKPD

Tahapan persiapan penyusunan RKPD meliputi : a. Pembentukan Tim Penyusun RKPD

Bappeda menyiapkan rancangan Surat Keputusan Bupati tentang pembentukan tim penyusun RKPD. Anggota tim berasal dari pejabat dan staf SKPD yang memiliki kemampuan dan kompetensi dibidang Perencanaan dan


(29)

Penganggaran, serta dapat mencurahkan waktu dan konsentrasinya untuk menyusun RKPD.

Tugas tim penyusun RKPD selanjutnya dijabarkan kedalam agenda kerja yang dijadikan sebagai panduan kerja mulai dari tahap persiapan sampai dengan ditetapkannya rancangan Peraturan Bupati tentang RKPD tahun berkenan.

Struktur tim penyusun RKPD sekurang-kurangnya sebagai berikut:

Penanggungjawab : Sekretaris Daerah Ketua Tim : Kepala Bappeda

Wakil Ketua : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Sekretaris : Sekretaris Bappeda

Anggota :Kepala SKPD sesuai dengan

kebutuhan

Tim penyusun RKPD ditetapkan dengan keputusan Bupati. b. Orientasi Mengenai RKPD

Orientasi mengenai RKPD kepada seluruh anggota tim dilakukan untuk penyamaan persepsi dan memberikan pemahaman terhadap berbagai peraturan perundang-undangan kebijakan Pemerintah berkaitan dengan perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah, keterkaitannya dengan dokumen perencanaan lainnya


(30)

utamanya RPJMD, teknis penyusunan dokumen RKPD, dan menganalisis serta menginterpretasikan data dan inform asi Perencanaan Pembangunan Daerah yang diperlukan dalam menyusun RKPD.

Bahan orientasi mengenai RKPD, antara lain:

i. Peraturan Perundang-undangan tentang Keuangan Negara; sistem perencanaan Pembangunan Nasional; Pemerintahan Daerah; Pengelolaan Keuangan Daerah; pembagian urusan Pemerintahan atara Pemerintah; Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD); tahapan tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana Pembangunan Daerah, dan tata cara pelaksanaan evaluasi kinerja penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

ii. Panduan atau pedoman teknis terkait Penyusunan RKPD dan Penyusunan anggaran.

iii. Buku-buku literatur tentang Perencanaan dan Penganggaran.

c. Penyusunan Agenda Kerja


(31)

sangat ketat dan padat, untuk itu perlu disusun agenda kerja tim yang merinci setiap tahapan kegiatan penyusunan dokumen RKPD dengan satuan waktu sejak persiapan sampai denganb penetapan Peraturan Bupati tentang RKPD, Agenda kerja tersebut dapat dituangkan dalam sebuah matrik kalender kegiatan.

d. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan langkah -langkah sebagai berikut:

i. Menyusun daftar data dan informasi yang dibutuhkan bagi penyusunan RKPD dan disajikan dalam bentuk matrik (check list) untuk memudahkan dalam analisis. ii. Mengumpulkan data dan informasi perencanaan

Pembangunan Daerah dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

iii. Menyiapkan table-tabel/matrik kompilasi data yang sesuai dengan kebutuhan analisis.

Data dan informasi yang perlu dikumpulkan antara lain bersumber dari:

i. Peraturan perundangan terkait;

ii. Kebijakan-kebijakan Nasional yang terkait; iii. Dokumen-dokumen:


(32)

 RPJMD dan RKPD Provinsi Sumatera Utara; dan

 Hasil evaluasi RKPD periode lalu. iv. Dokumen-dokumen RPJP, RPJMD, RTRW;

v. Dokumen RPJMD dan hasil evaluasi pelaksanaannya; vi. Dokumen hasil evaluasi pelaksanaan RKPD

tahun-tahun sebelumnya;

vii. Dokumen APBD tahun berjalan dan realisasi APDB tahun-tahun sebelumnya;

viii. Data pokok statistik Daerah sampai dengan versi terakkhir;

ix. Data lainnya dari laporan kinerja SKPD

4.2. Penyusunan Rancangan Awal

Penyusunan rancangan awal RKPD dilakukan melalui 2 (dua)

tahapan kegiatan yang merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, yaitu: perumusan rancangan awal RKPD dan penyajian rancangan awal RKPD.

a. Perumusan Rancangan Awal RKPD

Perumusan rancangan awal RKPD dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut:


(33)

iii. Analisis ekonomi dan keuangan Daerah; iv. Evaluasi kinerja tahun lalu;

v. Penelaahan terhadap kebijakan Pemerintah Nasional dan Provinsi;

vi. Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD;

vii. Perumusan permasalahan Pembangunan Daerah;

viii. Perumusan rancangan kerangka ekonomi dan Kebijakan Keuangan Daerah;

ix. Perumusan prioritas beserta pagu indikatif; x. Pelaksanaan forum konsultasi public; dan

xi. Penyelarasan rencana program prioritas Daerah beserta pagu indikatif;

b. Penyajian Rancangan Awal

Penyajian rancangan awal RKPD disusun menurut sistematika yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang mengacu pada hasil (kertas kerja) pasca tahap perumusan rancangan awal RKPD.


(34)

4.3. Penyusunan Rancangan RKPD

Penyusunan rancangan RKPD yang dijelaskan dalam bagian ini digunakan untuk menyusun RKPD yang merupakan rangkaian mulai dari penyusunan rancangan awal RKPD dan berakhir pada penetapan RKPD. Tahapan penyusunan rancanagn RKPD mencakup kegiatan-kegiatan: evaluais rancangan awal RKPD PRovinsi dan rancangan awal RKPD Provinsi tahun rencana; verifikasi dan integrasi rancangan Renja SKPD; dan penyelarasan penyajian rancangan RKPD, melalui proses sebagai berikut;

a. Perumusan Rancangan

Setelah rancangan awal RKPD dibuat, tahap selanjutnya adalah merumuskan dokumen tersebut menjadi rancangan RKPD. Perumusan Rancangan RKPD pada dasarnya adalah memadukan materi pokok yang telah disusun dalam rancangan awal RKPD dengan rancangan Renja SKPD dan mensikronkannya dengan kebijakan Nasional/Provinsi tahun rencana. Dengan demikian, penyusunan rancangan RKPD bertujuan untuk menyempurnakan rancangan awal melalui proses pengintegrasian dan harmonisasi program dan kegiatan prioritas yang tercantum dalam rancangan Renja SKPD serta untuk mengharmoniskan dan menyinergikannya terhadap prioritas dan sasaran Pembangunan Nasional dan


(35)

Provinsi. Penyusunan rancangan RKPD ini dilakukan oleh Kepala Bappeda beserta tim, berkoordinasi dengan Kepala SKPD.

Pada dasarnya, sistematika materi antara rancangan awal dan rancangan RKPD sama, masing-masing terdiri dari: pendahuluan, evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu, rancangan kerangka ekonomi Daerah dan kerangka pagu indikatif, prioritas dan sasaran pembangunan, dan program dan kegiatan prioritas serta pagu indikatif. Keseluruhan materi tersebut telah dianalisis dan dirumuskan dalam tahap penyusunan rancangan awal RKPD. Tahap perumusan dalam rancangan RKPD lebih bersifat penajaman dan penyempurnaan materi yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan atau langkah-langkah dalam perumusan tahap ini relatif lebih singkat.

b. Perumusan Isi dan Substansi Rancangan RKPD

Dilakukan melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut: a) Evaluasi Rancangan Awal RKP dan RKPD Provinsi

Evaluasi ini merupakan bagian dari proses identifikasi kebijakan Nasional dimana Pemerintah Daerah mengevaluasi rancangan awal RKP dan RKPD Provinsi. Evaluasi dimaksudkan untuk melengkapi analisis dan


(36)

evaluasi yang telah dilakukan pada tahap penyusunan rancangan awal, khususnya identifikasi kebijakan Nasional/Provinsi untuk tahun rencana.

Suatu kebijakan menjadi relevan bagi Daerah berkenaan (yang dengan demikian harus dipedomani) karena beberapa karakteristik:

i. Amanat perundang-undangan yang bersifat mengikat secara umum (Seluruh Daerah) atau khusus pada Daerah tertentu.

ii. Kebijakan Pemerintah pusat/Provinsi yang karena karakteristiknya, suatu Daerah merupakan tujuan dari kebijakan tersebut.

iii. Kebijakan Pemerintah pusat/provinsi yang karena karakteristiknya, suatu Daerah dipengaruhi secaran tidak langsung oleh kebijakan dimaksud.

Kebijakan Nasional/Provinsi lainnya memiliki dampak strategik bagi Daerah tahun rencana karena beberapa karakteristik:

i) Kebijakan pemerintah pusat/provinsi yang mengandung peluang bagi pengembangan daerah.


(37)

berdampak negatif bagi suatu daerah jika tidak diantisipasi dengan program tertentu. Pada tataran praktis, sebagian kebijakan diwujudkan atau nyata terlihat dari program dan kegiatan yang diagendakan pada tahun rencana. Dengan demikian, penelusuran (dengan suatu analisis terhadap) muatan kebijakan ditingkat pusat dan provinsi oleh Pemerintah Kabupaten sekurang-kurangnya dilakukan pada rancangan awal RKP dan RKPD Provinsi, baik yang secara implicit disebutkan dalam pernyataan tentang kebijakan dan prioritas Pembangunan Nasional/Provinsi tahun rencana maupun jabaran program dan kegiatan prioritas yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung rencana pembangunan suatu daerah.

Langkah persiapan ini dilakukan dengan menghimpun informasi berdasarkan sumbernya sebagai berikut:

i. Dari Pemerintah Pusat:

Rancangan awal RKP, untuk mengidentifikasi informasi terkait dengan kebijakan atau prioritas Provinsi yang berdampak langsung/tidak langsung bagi suatu Daerah serta program dan kegiatan yang dilaksanakan di Kabupaten yang berkenaan.


(38)

ii. Dari Provinsi:

Rancangan awal RKPD Provinsi, untuk mengidentifikasi informasi terkait dengan kebijakan atau prioritas Provinsi yang berdampak langsung/tidak langsung bagi suatu daerah serta program kegiatan yang akan dilaksanakan.

iii. Dari Kabupaten:

 RPJMD : Untuk mengidentifikasi program dan kegiatan yang harus dicapai targetnya pada tahun rencana.

 Rancangan RKPD: Menginformasikan isu-isu strategis, tujuan, indikator pencapaian dan prioritas program dan kegiatan pembangunan daerah dan pagu indikatif berdasarkan sumber pendanaan,serta penyempurnaan rancangan awal RKPD dengan masukan dari hasil musrenbang kecamatan dan forum SKPD.

 Rancangan Renja SKPD hasil forum SKPD: sebagai bahan verifikasi dan sikronisasi untuk rancangan RKPD pada musrenbang Kabupaten.  Kriteria usulan kegiatan prioritas yang dapat


(39)

ditetapkan oleh Kepala Bappeda.

b) Verifikasi dan Integrasi Program dan Kegiatan Prioritas Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa materi atau muatan rancangan RKPD sama dan telah melalui proses sinkronisasi dari Renja SKPD dari seluruh SKPD. Tujuan pokok penyelarasan adalah menyangkut kesamaan materi antara program dan kegiatan prioritas tiap-tiap SKPD pada rancangan SKPD telah sama dengan muatan nama program dan kegiatan prioritas tiap-tiap SKPD, termasuk informasi tentang indikator kinerja (input, output, dan outcome) masing-masing program/kegiatan prioritas. Tujuan lain yang tidak kalah penting adalah memastikan agar program dan kegiatan prioritas yang terkait atau merupakan penjabaran dari prioritas pembangunan daerah telah sepenuhnya tercantum dalam rancangan Renja SKPD pada SKPD terkait.

Pada tahap verifikasi, seluruh SKPD wajib menyampaikan rancangan Renja SKPD hasil penyempurnaan forus SKPD kepada Bappeda paling lambat pada akhir bulan Februari dengan menggunakan nota dinas pengantar Kepala SKPD perihal penyampaian rancangan Renja SKPD kepada Kepala Bappeda. Dalam hal suatu rancangan belum sesuai


(40)

sebagaimana di maksud pada paragraf diatas maka Bappeda akan mengembalikan rancangan Renja SKPD kepada SKPD terkait, hingga tercapai keselarasan atau kesesuaian sebagaimana dimaksud.

Pada akhirnya, tujuan akhir integrasi program dan kegiatan prioritas adalah untuk memastikan bahwa pagu indikatif program telah selaras dengan pagu indikatif kegiatan. Dengan kata lain, pagu indikatif kegiatan yang tercantum dalam rancanga Renja SKPD tidak melebihi batas pagu program atau total pagu indikatif kegiatan telah sesuai dengan perhitungan kapasitas keuangan daerah yang dialokasikan bagi belanja langsung SKPD.

c) Penyelarasan Materi Penyajian

Tahap ini merupakan sinkronisasi terhadap penyajian rancangan awal RKPD dikeseluruhan bab sehubungan dengan adanya perubahan dibab-bab tertentu oleh proses yang spesifik pada tahap perumusan rancangan RKPD. Untuk evaluasi rancangan awal RKP dan RKPD Provinsi, data dan informasi pada tahap evaluasi kebijakan Nasional dan Provinsi yang dengan demikian akan mempengaruhi materi penyajian dirancangan RKPD pada bab telaahan kebijakan Nasional dan Provinsi. Hasil dari evaluasi


(41)

tersebut (jika ada perubahan prioritas dan sasaran pembangunan dan program serta kegiatan prioritas) akan merubah/menambah materi terkait pada bab telaahan kebijakan Nasional dan Provinsi. Jika dirasa perlu, untuk memenuhi aspek kecukupan informasi, hal-hal terkait dengan perubahan tersebut, ditambahkan informasi yang relevan pada bab analisis dan evaluasi di subbab terkait. c. Penyajian Rancangan RKPD

Penyajian rancangan RKPD disusun menurut sistematika yang telah disusun sebagaimana disajikan pada rancangan awal RKPD Provinsi. Kertas kerja yang muncul pada tahap penyusunan rancangan RKPD menjadi dasar perubahan materi terkait dari isi rancangan awal RKPD.

4.4. Pelaksanaan Musrenbang

1. Musrenbang RKPD merupakan wahana antar pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan Pembangunan Daerah sebagai perwujudan dari pendekatan partisipatif Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Musrenbang RKPD bertujuan untuk :


(42)

Daerah dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan daerah Provinsi;

ii. Mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada Pemerintah Daerah pada Musrenbang RKPD di Kecamatan dan/atau sebelum Musrenbang RKPD dilaksanakan; iii) Mempertajam indikator kinerja program dan kegiatan

prioritas daerah; dan

iv) Menyepakati prioritas Pembangunan Daerah serta program dan kegiatan prioritas daerah.

3. Hasil Musrenbang RKPD dijadikan bahan penyusunan rancangan akhir RKPD dan sebagai bahan masukan untuk membahas rancangan RKPD Provinsi dalam Musrenbang RKPD Provinsi.

4. Dengan mempertimbangkan tingkat urgensi, efisiensi dan efektifitas sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan, musrenbang RKPD Provinsi diselenggarakan paling lama pada minggu ketiga bulan April.

5. Penyelenggaraan musrenbang RKPD diselenggarakan paling lama pada minggu terakhir bulan Maret.

6. Tata tertib penyelenggaraan musrenbang RKPD ditetapkan dengan peraturan Bupati.


(43)

7. Unsur-unsur yang dilibatkan dalam Musrenbang RKPD sebagai berikut:

i. Peserta

Peserta musrenbang terdiri dari Bupati dan Wakil Bupati, Pimpinan dan anggota DPRD, unsur Pemerintah Pusat, Pejabat Bappeda dan SKPD Provinsi, Pejabat SKPD Kabupaten, para camat, para delegasi mewakili peserta musrenbang kecamatan, akademisi, LSM/ormas, Tokoh masyarakat, unsure pengusaha/investor, keterwakilan perempuan, dan kelompok masyarakat rentan termarjinalkan serta unsur lain yang dianggap perlu.

ii. Narasumber

Pimpinan atau anggota DPRD, Pejabat dari Kementrian/Lembaga ditingkat pusat , pejabat SKPD Provinsi dan Pejabat SKPD Kabupaten atau dari unsure lain yang dipandnag perlu, dapat diundang menjadi narasumber musrenbang RKPD.

iii. Fasilitator

Tenaga terlatih atau berpengalaman yang memiliki persyarakatan kompetensi dan kemampuan memandu pembahasan dan proses pengambilan keputusan dalam


(44)

kelompok diskusi Musrenbang RKPD.

8. Musrenbang RKPD diselenggarakan dalam 3 (tiga) tahapan terdiri dari:

a. Persiapan Musrenbang RKPD

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini antara lain:

a) Menyusun jadwal bdan agenda Musrenbang RKPD b)Menyiapkan bahan/materi bahasan Musrenbang

RKPD

c) Mempublikasikan seluas-luasnya kepada masyarakat pokok-pokok materi RKPD yang akan dibahas dalam musrenbang RKPD melalui media masa.

d)Pokok-pokok materi yang akan dipublikasikan sekurang-kurangnya mencakup program pembangunan Daerah Provinsi yang mempunyai nilai manfaat langsung kepada masyarakat.

e) Mengumumkan secara luas jadwal, tempat dan agenda Musrenbang paling lama 7 (tujuh) hari sebelum musrenbang diselenggarakan.

f) Merancang pembagian kelompok diskusi dan menyiapkan panduan penyelenggaraan tata tertib sidang/diskusi kelompok musrenbang RKPD


(45)

termasuk dalam panduan dirumuskan teknis pengambilan keputusan dalam rapat/persidangan mengutamakan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila pengambilan keputusan tidak dapat ditetapkan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, pengambilan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang hadir. g)Mengundnag narasumber dan fasilitator sesuai

dengan kebutuhan.

b. Penyelenggaraan Musrenbang RKPD

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini antara lain:

a) Acara pembukaan musrenbang

b) Rapat Pleno I, pemaparan materi dari para narasumber dan rancangan RKPD

c) Pembahasan materi dalam kelompok diskusi Musrenbang RKPD

d) Rapat Pleno II, pemaparan hasil pembahasan materi rancangan RKPD oleh setiap pimpinan kelompok diskusi, dan tanggapan, penajaman, dan klarifikasi dari seluruh peserta musrenbang RKPD untuk


(46)

disepakati menjadi keputusan Musrenbang RKPD e) Rangkuman hasil rapat Pleno II Musrenbang RKPD

selanjutnya dirumuskan kedalam rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RKPD oleh tim perumus yang dipimpin oleh Kepala Bappeda.

f) Rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RKPD yang memuat rumusan kesepakatan hasil musrenbang RKPD, antara lain terdiri dari lampiran-lampiran sebagai berikut:

 Rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RKPD;

 Rencana Program dan kegiatan prioritas daerah;

 Daftar usulan yang belum disetujui musrenbang RKPD;

 Daftar hadir peserta musrenbang RKPD g) Rancangan berita acara kesepakatan hasil

musrenbang RKPD, selanjutnya dibacakan dalam Rapat Pleno III untuk mendapatkan tanggapan dan persetujuan ditetapkan menjadi kesepakatan hasil musrenbang RKPD.


(47)

musrenbang RKPD yang telah disetujui, selanjutnya ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur pemangku kepentingan yang menghadiri musrenbang RKPD.

i) Bappeda menyampaikan salinan berita acara kesepakatan hasil musremnag RKPD antara lain kepada DPRD, SKPD, kepada Bupati untuk kesepakatan hasil musrenbang RKPD Provinsi kepada camat dan kepala desa atas kesepakatan hasil musrenbang RKPD Kabupaten atau kepada pihak lain yang dianggap perlu untuk mengetahuinya dan mempublikasikannya secara luas kepada masyarakat melalui media masa.

4.5. Pelaksanaan Musrenbang RKPD di Kecamatan

Musrenbang kecamatan merupakan forum musyawarah antar para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah penanganan program kegiatan prioritas yang tercantum dalam Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa/Kelurahan yang diintegrasikan dengan Prioritas Pembangunan Daerah di wilayah Kecamatan. Musrenbang RKPD di kecamatan dikoordinasikan oleh Bappeda dan dilaksanakan oleh Camat.


(48)

Tujuan penyelenggaraan Musrenbang RKPD di kecamatan antara lain:

i. Membahas dan menyepakati usulan rencana kegiatan Pembangunan Desa/Kelurahan yang menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah Kecamatan yang bersangkutan.

ii. Membahas dan menyepakati kegiatan prioritas pembangunan di wilayah Kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan Pembangunan Desa.

iii. Menyepakati pengelompokan kegiatan Prioritas Pembangunan di wilayah Kecamatan berdasarkan tugas dan fungsi SKPD. Hasil musrenbang kecamatan dijadikan sebagai bahan masukan dalam penyusunan rancangan Renja SKPD. Penyelenggaraan musrenbang RKPD di kecamatan selambat-lambatnya minggu kedua bulan Februari.

Unsurunsur yang dilibatkan dalam musrenbang kecamatan sekurang -kurangnya terdiri dari:

i. Peserta

Peserta musrenbang kecamatan terdiri atas para Kepala Desa dan Lurah, Delegasi musrenbang desa, Delegasi kelurahan, Pimpinan dan anggota DPRD asal daerah pemilihan Kecamatan bersangkutan, Perwakilan SKPD, Tokoh masyarakat, keterwakilan perempuan dan kelomp ok


(49)

masyarakat rentan termarginalkan dan pemangku kepentingan lainnya skala Kecamatan.

ii. Narasumber

Narasumber musrembnag kecamatan dapat terdiri dari pejabat Bappeda, Perwakilan DPRD, Camat, dan Perwakilan SKPD dan unsur yang diperlukan.

iii. Fasilitator

Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman yang memiliki persyaratan kompetensi dan kemampuan memandu pembahasan dan proses pengambilan keputusan dalam kelompok diskusi.

Musrenbang RKPD Kabupaten di Kecamatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Persiapan musrenbang RKPD di Kecamatan

b. Penyelenggaraan musrenbang RKPD di Kecamatan. A. Persiapan Musrenbang RKPD di Kecamatan

Dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Pembentukan Tim

Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan dengan anggota terdiri dari: unsur Kecamatan dan unsur masyarakat (Akademisi, Tokoh masyarakat, LSM, dan keterwakilan perempuan) dengan mempertimbangkan


(50)

kemampuan dan komitmen untuk aktif terlibat dalam seluruh tahap penyelenggaraan Musrembag kecamatan.

b. Penyusunan jadwal dan agenda musrenbang kecamatan

c. Penyiapan data dan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk dibahas dalam musrenbang kecamatan. Data dan informasi yang disiapkan oleh tim penyelenggara dan bahan pembahasan musrenbang RKPD di kecamatan antara lain:

a) Daftar Kegiatan Prioritas Kecamatan

Daftar kegiatan prioritas pembangunan Daerah di kecamatan disesuaikan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah yag telah dirumuskan dalam rancangan awal RKPD yang dikelompokkan menurut SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. b) Kompilasi Hasil Musrenbang Desa

Kompilasi hasil musrenbang desa menurut urutan prioritas yang disepakati di musrenbang desa/kelurahan, dan dikelompokkan menurut SKPD.

d. Penyiapan daftar berbagai unsur yang akan dilibatkan dala m musrenbang kecamatan yaitu narasumber, fasilitator dan peserta.


(51)

kepada Bappeda. Dalam hal ini Camat menyampaikan surat pemberitahuan kepada Bappeda dengan dilampiri bahan pembahasan Musrenbang.

f. Mengumumkan secara terbuka jadwal, tempat, dan agenda musrembnag kecamatan minimal 7 (tujuh) hari sebelum acara musrenbang dilakukan.

g. Penyampaian undangan kepada peserta musrenbang RKPD di Kecamatan, yang dilampiri dengan bahan musrenbang.

B. Penyelenggaraan Musrenbang RKPD di Kecamatan Dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pendaftaran peserta

b. Acara pembukaan musrembnag

c. Sidang Pleno I Pemaparan materi dari narasumber dan materi musrenbang

d. Sidang kelompok

a) Pemilihan unsur pimpinan kelompok diskusi terdiri dari ketua, sekretaris dan notulen yang dipilih dari dan oleh anggota kelompok diskusi yang difasilitasi oleh fasilitator.

b) Penyerahan kelompok diskusi dari fasilitator kepada ketua kelompok diskusi yang terpilih untuk memimpin jalannya pemaparan dan pembahasan materi dalam


(52)

kelompok diskusi

c) Verifikasi usulan kegiatan prioritas desa/kelurahan oleh peserta musrenbang kecamatan dan dinilai kesesuaiannya dengan prioritas dan sasaran daerah sesuai tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan oleh peserta kelompok d) Setelah dilakukan kesepakatan kegiatan yang sesuai

dengan prioritas, selanjutnya dilakukan skoring dan rating untuk menentukan urutan prioritas skoring dan rating dilakukan untuk tiap kelompok kegiatan dari masing-masing prioritas pembangunan daerah. Kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian prioritas ditetapkan oleh camat. Kriteria penilaian dapat dikembangkan sesuai kondisi setempat.

Sebagai contoh kriteria: (1) Kesesuaian dengan rancangan awal RKPD; (2) Kepentingan lintas desa/kelurahan; (3) Dukungan pada pencapaian target prioritas pembangunan kabupaten; (4) Dukungan pada pemenuhan hak dasar rakyat lintas desa/kelurahan; (5) Dukungan pada nilai tambah pendapatan lintas desa/kelurahan.

e. Setelah diperoleh urutan prioritas usulan kegiatan dari desa/kelurahan, forum diskusi menyepakati kegiatan yang


(53)

akan dijadikan kegiatan prioritas kecamatan, untuk selanjutnya diselaraskan dengan rancangan rencana program dan kegiatan SKPD yang tercantum dalam rancangan awal RKPD.

f. Selanjutnya dilakukan langkah penyelarasan rancangan kegiatan pada rancangan awal RKPD dengan daftar kegiatan prioritas kecamatan. Langkah penyelarasan dapat dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut :

a) Memeriksa apakah semua kegiatan prioritas kecamatan tersebut sudah tercantum pada rancangan kegiatan prioritas SKPD yang ada dirancangan awal RKPD.

b) Apabila kegiatan prioritas kecamatan sudah tercakup dalam rancangan kegiatan SKPD dirancangan awal RKPD, maka diserasikan lokasi dan target volume kegiatan, dengan mempertimbangkan ketersediaan pagu indikatif

c) Apabila kegiatan prioritas tersebut belum tercakup, maka ditambahkan pada daftar rencana kegiatan SKPD yang ada dirancangan awal RKPD

d) Kegiatan prioritas kecamatan yang tidak dapat dilakukan hanya oleh satu SKPD, dikelompokkan sebagai kegiatan lintas SKPD.


(54)

g. Langkah selanjutnya dilakukan penajaman rumusan sasaran dari kegiatan SKPD, berdasarkan prioritas kecamatan yang telah disepakati dalam diskusi kelompok musrenbang kecamatan.

h. Langkah selanjutnya dilakukan penyepakatan usulan pagu indikatif masing-masing kegiatan dalam wilayah kecamatan, yang disesuaikan dengan ketersediaan pagu indikatif yang dialokasikan untuk kecamatan tersebut.

i. Kegiatan yang belum dapat disepakati sebagai kegiatan prioritas kecamatan untuk dilakukan dalam tahun rencana berdasarkan alasannya, perlu didokumentasikan sebagai bahan pertimbangann untuk diusulkan dalam perencanaan tahun berikutnya.

Beberapa kemungkinan alasan pertimbangan antara lain : a) Daya ungkit terhadap capaian prioritas daerah kurang

tinggi;

b) Keterbatasan anggaran tahun rencana, sehingga kemungkinan ditunda untuk diusulkan tahun berikutnya; c) Termasuk kewenangan lintas kabupaten sehingga

diusulkan ke provinsi; dan d) Alasan lainnya.


(55)

diusulkan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. k. Apabila pengambilan keputusan tidak dapat ditetapkan

melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, pengambilan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah kelompok diskusi. l. Perumusan hasil kelompok diskusi dipimpin oleh Ketua,

Sekretaris dan Notulis dibantu Fasilitator dan Narasumber. a) Sidang Pleno II

Sidang Pleno II dipimpin oleh camat. Dalam sidang Pleno II bertujuan untuk:

 Pemaparan kegiatan prioritas Kecamatan beserta sasarannya, yang merupakan hasil kesepakatan dari masing-masing kelompok dihadapan seluruh peserta musrenbang RKPD di kecamatan.

 Memperoleh tanggapan, penajaman, dan klarifikasi dari seluruh peserta musrenbang kecamatan terhadap materi yang dipaparkan oleh ketua kelompok diskusi, dan pengambilan keputusan menyepakati kegiatan prioritas pembangunan daerah di kecamatan.

b) Rangkuman hasil kesepakatan dalam sidang Pleno II, dirumuskan kedalam rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RKPD di kecamatan oleh tim perumus


(56)

yang dipimpin oleh camat.

c) Rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang kecamatan, dibacakan kembali dalam sidang Pleno II untuk disepakati dan ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur pemangku kepentingan yang menghadiri musrenbang RKPD di kecamatan.

d) Camat menyampaikan salinan berita acara kesepakatan hasil musrenbang kecamatan kepada Bupati sebagai bahan penyusunan RKPD, dan kepada Kepala SKPD sebagai bahan penyusunan rancangan Renja SKPD yang akan dibahas di forum SKPD.

e) Format berita acara kesepakatan hasil musrenbang kecamatan beserta lampiran terdiri dari:

 Rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RKPD di Kecamatan;

 Kegiatan prioritas kecamatan menurut SKPD;

 Daftar usulan yang belum disetujui musrenbang RKPD di kecamatan;

 Daftar hadir peserta musrenbang RKPD di Kecamatan.


(57)

4.6. Perumusan Rancangan Akhir

Penyusunan rancangan Akhir RKPD merupakan rangkaian penyusunan RKPD yang berawal dari penyusunan rancangan awal RKPD dan berakhir pada penetapan RKPD. Tahapan penyusunan rancangan akhir RKPD mencakup kegiatan-kegiatan; evaluasi hasil musrenbang nasional RKP; sinkronisasi musrenbang RKPD; dan penyalarasan penyajian rancangan akhir RKPD. Perumusan rancangan akhir RKPD dilakukan melalui tahapan dan tatacara sebagai berikut: Perumusan rancangan akhir RKPD dan Penyajian rancangan akhir RKPD.

A. Tahap Perumusan Rancangan Akhir RKPD

Setelah musrenbang RKPD diseleggarakan, tahap selanjutnya adalah mensinkronkan hasil kesepakatan musrenbang tersebut kedalam Rancangan RKPD menjadi rancangan akhir RKPD. Pada saat bersamaan, dilakukan evaluasi terhadap hasil musrenbang nasional RKP dan musrenbang RKPD provinsi guna memperoleh tambahan informasi atau kebijakan yang harus diacu atau diselaraskan dalam rancangan akhir RKPD.

Dengan demikian, rancangan akhir RKPD dirumuskan berdasarkan masukan hasil musrenbang RKPD dengan memperhatikan hasil musrenbang provinsi dan musrenbang nasional RKP untuk mencapai sinergitas, harmonisasi, dan


(58)

sinkronisasi pembangunan.

Pada dasarnya, sistematika materi antara Rancangan RKPD dan rancangan akhir RKPD sama. Masing-masing terdiri dari: pendahuluan, evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu, rancangan kerangka ekonomi daerah dan kerangka pagu indikatif, prioritas & sasaran pembangunan, dan program & kegiatan prioritas serta pagu indikatif. Keseluruhan materi tersebut telah dianalisis dan dirumuskan dalam tahap penyusunan rancangan awal RKPD. Perumusan dalam rancangan akhir RKPD lebih bersifat penajaman dan penyempurnaan materi yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan atau langkah-langkah dalam perumusan tahap ini relatif lebih singkat.

a. Perumusan Rancangan Akhir RKPD

Dilakukan melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut: a) Evaluasi musrenbangnas RKP dan musrenbang RKPD

provinsi

Evaluasi ini merupakan bagian dari proses identifikasi kebijakan nasional dimana pemerintah kabupaten mengevaluasi, baik terhadap hasil musrenbangnas RKP maupun musrenbang RKPD provinsi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melengkapi analisis dan evaluasi yang telah dilakukan pada tahap penyusunan rancangan


(59)

RKPD, khususnya identifikasi kebijakan nasional untuk tahun rencana. Output final dari tahap ini adalah muncultidaknya suatu program dan/atau kegiatan prioritas baru untuk merespon hasil musrenbang RKP dan RKP provinsi, termasuk didalamnya adalah pagu indikatif program/kegiatan. Dengan demikian, diharapkan apa yang telah dirumuskan dalam rancangan akhir RKPD memenuhi tujuan sinergitas, harmonisasi, dan sinkronisasi dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi.

b) Sinkronisasi hasil musrenbang RKPD

Tahap ini bertujuan untuk menyelaraskan dan mengintegrasikan kesepakatan musrenbang RKPD kabupaten kedalam rancangan akhir RKPD. Integrasi dilakukan dengan mengevaluasi berita acara pelaksanaan musrenbang beserta lampiran pendukung yang otentik. Materi yang disinkronkan adalah perubahan substansi dari rancangan RKPD selama proses musrenbang RKPD dilakukan, meliputi: penyepakatan program dan kegiatan, rumusan sasaran, rumusan indikator kinerja, pagu indikatif, dan lokasi kegiatan. Secara prinsip, kesepakatan akhir musrenbang bersifat mengikat dan


(60)

harus diadopsi dalam rancangan akhir RKPD kecuali dinyatakan lain dalam berita acara musrenbang RKPD. Suatu pernyataan lain dimaksud antara lain jika disebutkan bahwa suatu kesepakatan musrenbang disebutkan akan dibicarakan atau diusulkan dalam tahap musrenbang yang lebih tinggi (musrenbang provinsi atau musrenbang nasional) karena alasan batas kewenangan atau alasan lain yang disepakati dalam musrenbang. c) Penyelarasan penyajian

Tahap ini merupakan sinkronisasi terhadap penyajian rancangan awal RKPD di keseluruhan bab sehubungan dengan adanya perubahan dibab-bab tertentu oleh proses yang spesifik pada tahap perumusan rancangan akhir RKPD. Untuk evaluasi musrenbangnas RKP dan musrenbang RKPD provinsi akan mempengaruhi materi penyajian di rancangan RKPD bab telaahan kebijakan nasional dan provinsi. Hasil dari evaluasi tersebut (jika ada perubahan prioritas dan sasaran pembangunan dan program serta kegiatan prioritas) akan merubah/menambah materi terkait pada bab telaahan kebijakan nasional dan provinsi dan bab prioritas dan sasaran pembangunan serta bab program dan kegiatan


(61)

prioritas dan pagu indikatif. Jika dirasa perlu, untuk memenuhi aspek kecukupan informasi, hal-hal terkait dengan perubahan tersebut, ditambahkan informasi yang relevan pada bab analisis dan evaluasi pada sub -bab terkait.

b. Tahap Penyajian Rancangan Akhir RKPD

Penyajian rancangan akhir RKPD disusun menurut sistematika yang telah disusun sebagaimana disajikan pada rancangan RKPD. Kertas kerja yang muncul pada tahap penyusunan rancangan RKPD sebagaimana dijelaskan pada sub-bab diatas menjadi dasar perubahan materi terkait dari isi rancangan akhir RKPD.

4.7. Penetapan RKPD

a. RKPD ditetapkan dengan peraturan Bupati setelah RKPD Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

b. RKPD Provinsi yang telah ditetapkan dijadikan pedoman penyempurnaan rancangan akhir RKPD Kabupaten. c. RKPD Kabupaten yang telah ditetapkan dijadikan

pedoman penyempurnaan rancangan Renja SKPD Kabupaten.


(62)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti selama ini. Pengumpulan data diperoleh dengan melalui teknik wawancara dengan beberapa narasumber. Observasi kelapangan dan studi dokumentasi Hasil penelitian ini akan menguraikan tentang peranan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan dalam proses perencanaan pembangunan partisipatif. Uraian tersebut mencakup bukti-bukti yang berupa data-data kualitatif hasil penelitian dari berbagai sumber untuk kemudian dilakukan pembahasan oleh peneliti.

5.1.1. Peranan Bappeda

Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 17 tahun 2011 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan dalam proses perencanaan pembangunan partisipatif memiliki peran dalam melaksanakan fungsi pendampingan dalam Musrenbangcam serta memfasilitasi penyelenggaraan Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Musrenbang Kabupaten. Adapun uraian mengenai peranan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai berikut:


(63)

a. Pendampingan Musrenbang Kecamatan

Sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 17 tahun 2011 Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai peran pendampingan dalam forum Musrenbang Kecamatan. Dalam peran ini Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan mendampingi pelaksanaan Musrenbang Kecamatan agar alur dan mekanismenya sesuai dengan pedoman.

Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan selanjutnya membentuk tim pelaksana pendampingan yang terdiri dari seluruh pegawai Bappeda. Tim yang dibentuk ini dipimpin oleh Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya yang menangani tentang musrenbang yang dibantu oleh para staf bidang Ekonomi dan Sosial Budaya dalam melakukan peran pendampingan di lapangan.

Dalam pelaksanaan tugas pendampingan di lapangan nanti dilaksanakan oleh para staf Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan seperti yang telah tersusun. Secara otomatis semua pegawai Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan harus paham tentang petunjuk teknis Musrenbang Kecamatan seperti yang tercakup dalam Peraturan Bupati Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini diungkapkan oleh Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA selaku Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan berikut :

Bappeda membentuk tim, berdasarkan pada peraturan Bupati yang kemudian ditindaklanjuti dengan surat keputusan kepala Bappeda, yakni untuk melibatkan seluruh pegawai Bappeda untuk terlibat dalam


(64)

pelaksanaan Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Kabupaten. Sehingga secara otomatis semua harus paham tentang buku pedomannya.” (Wawancara, 01 Maret 2016)

Namun dalam pelaksanaan Musrenbang Desa, pendampingan tidak dilakukan oleh Bappeda. Musrenbang Desa diserahkan sepenuhnya ke Kecamatan. Kecamatanlah yang menyurati Kepala Desa untuk melaksanakan musrenbang.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Opzen Simamora,S.Pd selaku Camat Doloksanggul sebagai berikut:

“...Yang dari Bappeda hanya surat undangan. Surat yang berisi jadwal pelaksanaan musrenbang desa dan kecamatan sebagai dasar untuk melakukan musrenbang.” (Wawancara, 07 Maret 2016)

Keterangan di atas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Raden Simamora selaku Kepala Desa Sirisi-risi berikut ini:

“Untuk musrenbang, camat menyampaikan kepada kepala desa. Jadi

kepala desa menyampaikan surat tersebut kepada tiap kelembagaan desa seperti BPD, Kaur, Kadus, Karang taruna, LKMD dll. Untuk pimpinan rapatnya sendiri adalah BPD. Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perwakilan Kecamatan merupakan narasumber dalam musrenbang tersebut.” (Wawancara, 07 Maret 2016).


(65)

Jadi Bappeda menuntun panitia penyelenggara agar alur sidang mengacu pada peraturan Bupati sebagai pedoman penyelenggaraan Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan. Selanjutnya peran Bappeda juga membantu dalam memberikan garis arah pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan. Jadi semua usulan pembangunan dari masyarakat harus mengacu pada arah pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan yang tercermin dalam rencana strategis kota.

Hal ini diungkapkan oleh Bottor Purba, SE selaku Kabid Fisik dan Tata Ruang Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan :

”Dalam hal ini, paling-paling Bappeda hanya memberikan garis arahannya saja, bahwa visi dan misi pemerintah Kabupaten itu ini. Pembangunan itu meliputi bidang ini, sehingga semua aspirasi harus sesuai dengan visi dan misi tersebut”.

(Wawancara, 01 Maret 2016)

Selanjutnya Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA menambahkan :

”Secara teknis pegangan Bappeda adalah Rencana Strategis Kabupaten Humbang Hasundutan. Sehingga Bappeda mengarahkan agar semua usulan dari masyarakat tersebut jangan sampai melenceng dari Renstra Kabupaten Kita

hanya memberikan arahannya saja.” (Wawancara, 01 Maret 2016)

Secara teknis Bappeda tidak ikut campur dalam penyusunan subtansi permasalahan pembangunan. Penyusunan subtansi permasalahan diserahkan sepenuhnya pada masyarakat. Bappeda dalam pendampingan ini hanya berperan


(66)

pasif dan memberikan garis arahannya saja, Bappeda bertugas mengarahkan bahwa pembangunan harus didasarkan pada visi dan misi yang kemudian dijabarkan dalam renstra kabupaten.

Hal ini diungkapkan oleh Andi Saut Sihombing, SE selaku Kabid Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan bahwa :

”Bappeda tidak ikut campur tangan proses perencanaan, tetapi kita hanya menjelaskan bahwa nanti perencanaan tersebut harus mengarah ke sini, yaitu untuk mendukung visi dan misi kota.” (Wawancara, 03 Maret 2016)

Penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan Musrenbang Desa dan Musrenbangcam ini, Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan berperan dalam menuntun alur atau mekanisme persidangan agar mengacu pada pedoman surat keputusan bupati. Bappeda dalam hal ini juga berperan untuk mengarahkan bahwa rencana pembangunan harus sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Humbang Hasundutan yang kemudian dijabarkan dalam rencana strategis Kabupaten. Sehingga secara teknis semua usulan harus mengarah pada rencana strategis kaabupaten tersebut. Namun dalam peran ini Bappeda tidak terlibat dalam menentukan subtansi usulan permasalahan pembangunan, semua diserahkan pada masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep perencanaan pembangunan partisipatif yang menekankan pada keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap tahap pembangunan.


(67)

Peranan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan dalam membantu kelancaran proses Musrenbangdes dan Musrenbangcam dengan menentukan jadwal pelaksanaan Musrenbangdes dan Musrenbangcam

Pada awalnya Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan membuat jadwal pelaksanaan sidang Musrenbangdes dan Musrenbangcam seluruh desa dan kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Penentuan jadwal ini dilakukan oleh Bappeda karena Bappeda yang mengetahui time schedule penyusunan APBD. Sehingga jadwal sidang Musrenbangdes dan Musrenbangcam ini harus disesuaikan dengan jadwal Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA sebagai berikut :

”Bappeda lah yang membuat jadwal, karena yang mengetahui mekanisme penyusunan APBD adalah Bappeda. Jadi kita harus menyesuaikan dengan jadwal Pemerintah Kota, hal ini untuk menciptakan sinkronisasi antara jadwal kegiatan masyarakat dan kota.” (Wawancara, 04 Maret 2016) Jadi dapat disimpulkan bahwa Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan untuk membantu kelancaran proses Musrenbangdes dan Musrenbangcam membuat jadwal pelaksanaan persidangan. Pengaturan ini dilakukan oleh Bappeda karena Bappeda yang mengetahui aturan main penyusunan APBD Kabupaten Humbang Hasundutan. Sehingga jadwal Musrenbangdes dan Musrenbangcam ditentukan oleh Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini juga dapat membantu


(68)

Bappeda dalam melakukan koordinasi pelaksanaan pendampingan di seluruh kelurahan dan kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan.

c. Membantu dalam menyusun skala prioritas pembangunan

Secara umum Bappeda membantu dalam memberikan petunjuk-petunjuk teknis penentuan skala prioritas pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Jadi Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan berperan dalam membantu masyarakat dalam menentukan skala prioritas pembangunan di sidang Musrenbangdes dan Musrenbangcam. Karena seringkali usulan masyarakat hanya merupakan keinginan bukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan mengenai arah kebutuhan, analisa potensi wilayah serta hasilnya sesuai dengan keadaan wilayah setempat. Namun keputusan akhir dalam menentukan substansi skala prioritas tetap dipegang oleh masyarakat. Bappeda hanya memberikan formula untuk menentukan skala prioritas agar benar-benar berdasarkan kebutuhan masyarakat.

d. Penyelenggara Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Forum SKPD merupakan forum musyawarah antara para pemangku kepentingan pembangunan untuk membahas rumusan kegiatan pembangunan hasil Musrenbangcam dan rumusan kegiatan komunitas sektoral dalam rangka menyepakati Daftar Skala Prioritas Kegiatan dalam rancangan Renja SKPD. Dalam hal ini Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai peran


(69)

sebagai penyelenggara Forum SKPD dalam tahapan pelaksanaan Musrenbang. Adapun peranan Bappeda dalam Forum SKPD meliputi:

1) Memfasilitasi pembentukan panitia penyelenggara Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan membantu memfasilitasi pembentukan panitia penyelenggara Forum SKPD. Susunan panitia penyelenggara ini ditetapkan oleh Kepala Bappeda, yang meliputi unsur pimpinan SKPD pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan Bappeda. Adapun tugas panitia penyelenggara meliputi :

a) Merekapitulasi hasil Musrenbangcam.

b) Mengumumkan secara terbuka jadwal, agenda pembahasan dan tempat penyelenggaraan Forum SKPD.

c) Membuka pendaftaran dan mengundang calon peserta Forum SKPD.

d) Mempersiapkan bahan atau materi dan peralatan serta notulen untuk Forum SKPD.

e) Bersama SKPD menyusun hasil pemutakhiran rancangan Renja SKPD berdasarkan hasil Forum SKPD.

f) Merangkum berita acara Forum SKPD. g) Memimpin sidang pleno.

h) Menyampaikan tata tertib persidangan pada peserta.

i) Melaporkan kepada Kepala Bappeda hasil pemutakhiran rancangan Renja SKPD.


(70)

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA selaku kabid Ekonomi dan Sosial Budaya.

”Forum SKPD ini difasilitasi oleh Bappeda dan ditetapkan oleh Kepala Bappeda, sedangkan panitia penyelenggara itu sendiri terdiri dari unsur pimpinan SKPD dan Bappeda.”

(Wawancara,04 Maret 2016)

2) Memfasilitasi pelaksanaan Forum SKPD

Pada pelaksanaan Forum SKPD ini, Bappeda berperan sebagai penyelenggara serta memfasilitasi semua keperluan Forum SKPD antara lain :

a) Menyiapkan ruang atau tempat penyelenggaraan serta memfasilitasi semua keperluan Forum SKPD lengkap dengan sidang komisi. Sehingga proses persidangan dapat berjalan tertib dan lancar.

b) Menyediakan saran dan prasarana untuk pelaksanaan sidang Forum SKPD.

c) Melaksanakan administrasi sidang Forum SKPD. e. Penyelenggara Musrenbang Kabupaten

Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai peran sebagai penyelenggara dalam sidang Musrenbang Kabupaten. Adaapun peran Bappeda dalam tahapan Musrenbang Kabupaten meliputi :


(71)

1) Menjadi panitia musrenbang kabupaten

Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan menjadi panitia Musrenbang Kabupaten.

Adapun tugas panitia Musrenbang Kabupaten ini adalah:

a. Panitia Musrenbang kabupaten menyusun tata tertib Musrenbang kabupaten.

b. Merancang tahapan kegiatan yang dibutuhkan dalam Musrenbang kabupaten.

c. Menentukan mekanisme sosialisasi pedoman penyelenggaraan Musrenbang kabupaten dan hasil Musrenbang kabupaten tahun lalu.

d. Mengumpulkan materi hasil Musrenbangcam.

e. Sinkronisasi hasil Musrenbangcam dengan program kegiatan berbasis program pemerintah kabupaten.

Selanjutnya Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA menjelaskan:

”Semua hasil dari Musrenbang desa dan Musrenbangcam

ada di Bappeda. Jadi nanti semua masuk dari sini. Bappeda yang menangani. Kemudian kita bekerja sama dengan SKPD untuk mengkompilasikan semua hasil Musrenbang desa dan Musrenbangcam ke dalam sebuah daftar sebagai


(1)

PERANAN BAPPEDA DALAM PROSES

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi IImu Administrasi Negara

OLEH :

SUSY RIDONA SANVRAMITA SIMAMORA NIM : 120903079

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Nama : Susy Ridona Sanvramita Simamora

NIM : 120903079

Departemen :Ilmu Administrasi Negara

Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Judul : Peranan BappedaDalam Proses Perencanaan

Pembangunan Partisipatif Di Kabupaten Humbang Hasundutan

Dosen Pembimbing :Dr. Betti Nasution, M.Si

Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam era otonomi daerah seperti sekarang ini lebih menekankan pada prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Hal ini merupakan perwujudan pelaksanaan azas desentralisasi dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah.Partisipasi masyarakat (public participation) pada tatanan pemerintahan yang demokratis menghendaki adanya keterlibatan publik dalam proses perencanaan pembangunan yang semakin penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui musrenbang sesuai dengan Undang-Undang republik Indonesia No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai bagian dari pemerintah, hanya mengatur jadwal pelaksanaan musrenbang, sebagai narasumber dalam pelaksanaan musrenbang kecamatan dan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten. Akan tetapi, substansi dalam musrenbang itu sendiri diserahkan langsung kepada masyarakat

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung olehdata primer berupa hasil wawancara mendalam serta data sekunder berupatelaah dokumen. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis konten. Penelitianini dilakukan pada Maret 2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan Bappeda dalam Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Humbang Hasundutan sudah sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 17 tahun 2011. Perencanaan pembangunan yang dilaksanakan berbasis kepada masyarakat. Masyarakat dilibatkan aktif dalam musrenbang yang dilaksanakan baik tingkat desa, kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten.

Akan tetapi, diperlukan adanya peningkatan kapasitas aparat Bappeda dalam melakukan pendampingan dalam musrembang agar benar-benar memiliki kemampuan dalam menjalankan perannya sebagaifasilitator dalam kegiatan Musrenbang kecamatan.Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan juga seharusnya melakukan pendampingan musrenbang hingga ke tingkat musrenbang desa, tidak hanya melakukan pendampingan di tingkat kecamatan, Forus SKPD dan musrenbang kabupaten saja. Dan Bappeda meningkatkan

Kata-kata Kunci (Keywords): Peranan, Bappeda,Perencanaan

Pembangunan, Perencanaan Partisipatif, Kabupaten Humbang Hasundutan


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Kerangka Teori... 9

1.5.1. Peranan ... 9

1.5.2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) ... 11

1.5.3. Proses Perencanaan Pembangunan ... 17

1.5.4 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan ... 26

1.5.5. Perencanaan Pembangunan Partisiatif ... 30

1.6. Kerangka Pemikiran ... 34

1.7. Defenisi Konseptual ... 36

1.8. Sistematika Penulisan ... 37

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian ... 39

2.2.Lokasi Penelitian ... 39

2.3. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 40

2.4. Informan Penelitian ... 41

2.5.Teknik Analisis Data ... 43

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan ... 45

3.1.1. Keadaan Geografi dan Iklim ... 45

3.1.2. Keadaan Topografi ... 46

3.1.3 Keadaan Demografi/Kependudukan ... 47

3.2. Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan ... 48

3.2.1. Kondisi Umum Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan ... 48

3.2.1.1.Kondisi Sekarang ... 48

3.2.1.2.Kondisi Yang Diharapkan ... 54

3.2.1.3. Lingkungan Strategis Yang Berpengaruh ... 54

3.2.2.Visi dan Misi Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan ... 57

3.2.3. Tujuan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan ... 59

3.2.4. Sasaran Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan ... 59

3.2.5. Strategi Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan ... 60


(4)

3.2.7. Struktur,Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)

Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan ... 62

BAB IV DESKRIPSI PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF 4.1. Persiapan Penyusunan RKPD ... 70

4.2. Penyusunan Rancangan Awal ... 74

4.3. Penyusunan Rancangan RKPD ... 76

4.4. Pelaksanaan Musrembang ... 82

4.5. Pelaksanaan Musrembang RKPD di Kecamatan ... 89

4.6. Perumusan Rancangan Akhir ... 99

4.7. Penetapan RKPD... 103

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... . 104

5.1.1. Peranan Bappeda ... . 104

5.1.2. Peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif.... 115

5.2. Pembahasan ... 129

5.2.1.Peranan Bappeda ... 129

5.2.2. Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 130

5.2.3. Optimalisasi Peranan Bappeda dalam Mendukung Efektivitas Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 130

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 139

6.2. Saran ... 140 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Nama Pegawai Bappeda Kab. Humbang Hasundutan ... 51 Tabel 2. Kebijakan dan Program Bappeda Kab Humbang Hasundutan ... 61 Tabel 3. Program dan Indikator Peranan Bappeda... 123


(6)

DAFTAR GAMBAR