119
kecamatan, kabupaten,
provinsi dan
pusat juga
dianggarkan. Contoh yang difasilitasi adalah tempat pertemuan,
bahan-bahan yang
disosialisasikan dipaparkan di masing-masing tingkat musrenbang. Jadi,
sarana dan prasarana dalam hal inikan termasuk juga dalam dana yang tersedia. Untuk sarana pendukung
seperti laptop komputer, Infocus, speaker, dll tidak disediakan oleh Bappeda. Bappeda hanya mendorong
masing-masing tingkat pemerintahan untuk menyediakan tempat
pertemuan yang
representatif memadai.
” Wawancara, 04 Maret 2016
Keterangan di atas juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Andi Saut Sihombing, SE sebagai berikut :
”Dalam pelaksanaan Musrenbang kabupaten, Bappeda hanya panitia saja, semua diserahkan pada peserta sidang.
Kita hanya memfasilitasi.” Wawancara, 04 Maret 2016
5.1.2. Peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan Partisipatif mempunyai makna yang sangat penting dalam perubahan paradigma pembangunan di Kabupaten Humbang
Hasundutan. Perubahan ini menunjukkan bahwa arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan telah sejalan dengan tutuntutan reformasi,
demokrasi, otonomi daerah dan peningkatan partisipasi masyarakat. Adapun peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif ini dapat
dilihat melalui beberapa indikator berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
120
1. Kemitraan partnership antara pemerintah, DPRD dan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Paradigma Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Humbang Hasundutan perlu dipahami oleh semua pihak karena pemahaman konsep
tersebut akan mempengaruhi terciptanya keterpaduan antara komponen pelaku pembangunan yang terdiri dari pemerintah daerah, DPRD dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemahaman konsep yang sama tersebut akan memberi kemudahan dalam menerapkan
konsep Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Humbang Hasundutan. Dalam usaha mencapai keterpaduan tersebut perlu adanya
pemahaman dan tersusunnya visi yang sama sehingga program-program pembangunan dapat dilaksanakan lebih terarah dan efektif. Adapun visi
dari Kabupaten Humbang Hasundutan adalah “Humbang Hasundutan yang berkelas nasional dalam hal kemakmuran, tata kelola dan
mentalitas unggul
melalui pemberdayaan
masyarakat, pendayagunaan potensi alam dan pembangunan infrastruktur yang
berkeadilan dan merata.” Adanya visi tersebut akan memberikan arah
setiap kebijakan pembangunan menuju terciptanya kemitraan dan keterpaduan antara komponen pelaksana pembangunan di Kabupaten
Humbang Hasundutan. Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten
Humbang Hasundutan ini diperlukan peran para komponen pelaksana
Universitas Sumatera Utara
121
pembangunan di atas sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Adapun kedudukan antara pemerintah, DPRD dan masyarakat meliputi :
a. Pemerintah
Pemerintah berkedudukan sebagai executive agent yang bertugas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah berperan
sebagai fasilitator pembangunan dan bertanggung jawab untuk mengelola daerah menuju visi dan misi Kabupaten Humbang
Hasundutan dengan menekankan pada peran serta masyarakat. Dalam bidang pembangunan pemerintah wajib melaksanakan
semua program pembangunan yang telah direncanakan bersama masyarakat serta wajib memberikan pertanggungjawaban atas
peranannya tersebut kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep
Perencanaan Pembangunan
Partisipatif yakni
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang demokratis, partisipatif dan bertanggung jawab.
Selanjutnya Hanaya C. Simamora S.Sos, MPA selaku Ekonomi dan Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan
menjelaskan :
Universitas Sumatera Utara
122
”Pemerintah sebagai lembaga eksekutif kan punya kewenangan kebijakan untuk membangun kabupaten. Dan itu kita sesuaikan
dengan visi dan misi pemerintah kabupaten, skala prioritas dan aspirasi masyarakat.” Wawancara, 03 Maret 2016
b. DPRD
DPRD sebagai legislative agent. Lembaga ini memegang fungsi legislasi, budget dan kontrol dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dilaksanakan oleh eksekutif. DPRD berhak memeriksa dan mengoreksi apabila penyelenggaraan pemerintahan tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku. Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA mengatakan :
” peran serta masyarakat sampai di musyawarah pembangunan saja. Akan tetapi dalam penganggaranpun,
peran masyarakat masih ada melalui DPRD. Karena mereka adalah perwakilan rakyat. Bahwa tidak bisa dipungkiri, bahwa
sebagian besar aspirasi masyarakat itu ditampung oleh DPRD melalui reses, kunjungan kerja ke masing-masing desa melihat
pembangunan. Hadir tidak hadirnya masyarakat itu, bahwa mereka juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan melalui
perwakilannya sesuai dengan apa yang sudah dibicarakan dalam musrenbang
.” Wawancara, 03 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
123
c. Masyarakat
Masyarakat sebagai primary agent. Masyarakat berkedudukan subyek dan obyek dalam pembangunan. Adapun perencanaan
masyarakat adalah : a
Menyusun rencana pembangunan daerah baik di tingkat lokal hingga kota sesuai dengan kebutuhan.
b Ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan,
khususnya program pembangunan melalui dana desa. c
Memegang peran kontrol dalam monitoring dan evaluasi pembangunan daerah, baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri. Opzen Simamora, S.Pd selaku Camat Doloksanggul
mengungkapkan : ”Peran masyarakat dalam pembangunan daerah
sekarang ini lebih dominan. Karena sebagai subyek, mereka yang merencanakan juga ikut mengawasi
pelaksanaannya khususnya di tingkat desa”. Wawancara, 07 Maret 2016
Adapun bentuk kerja sama antara pemerintah, DPRD dan masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif di
Kabupaten Humbang Hasundutan saat ini terwujud melalui
Universitas Sumatera Utara
124
kegiatan Musrenbang. Melalui kegiatan tersebut, antar komponen pelaksana pembangunan bekerja sama dalam penyusunan kebijakan
pembangunan daerah. Keterpaduan antara Pemerintah, DPRD dan masyarakat
tersebut dapat
kita lihat
dalam pelaksanaan
Musrenbangkecamatan dan musrenbang kabupaten. Hal seperti diungkapkan oleh Hanaya C. Simamora, S.Sos,
MPA berikut : ”Kita kalau di Musrenbang Kabupaten itu kan
mendatangkan wakil
kecamatan, juga
seluruh stakeholders juga dilibatkan, ada tokoh masyarakat,
Pemeritah kabupaten tetangga, LSM juga ada. Di situ letak kerja samanya. Itu dari segi perencanaan,
sedangkan dari sisi legalitas itu kan di dewan. Dewan yang akan melegalisasi perencanaan tadi”.
Wawancara, 04 Maret 2016 Secara garis besar kohesifitas antara pemerintah, DPRD
dan masyarakat untuk saat ini sudah terwujud, namun belum mencapai titik maksimal. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Andi Saut Sihombing, SE selaku Kabid
Universitas Sumatera Utara
125
Penelitian dan
Pengembangan Bappeda
Kabupaten Humbang Hasundutan :
”Menurut saya, masyarakat dari sisi konsep dan dalam tahap proses pelaksanaan sudah cukup tanggap dan
paham, sedangkan pemerintah dan DPRD sebagai fasilitator juga sudah mampu memberikan ruang dan
kepercayaan pada masyarakat.” Wawancara, 04 Maret 2016
Keterangan senada juga diungkapkan oleh Bottor Purba, SE selaku Kabid Fisik dan Tata Ruang Bappeda Kabupaten
Humbang Hasundutan: ”Memang prinsip demokrasi dan kerja sama saat ini
benar-benar terasa. Hanya masih butuh waktu terutama bagi masyarakat yang terlibat dalam mekanisme ini.”
Wawancara, 04 Maret 2016 Peranan Bappeda selaku pemerintah daerah dalam
mendukung kemitraan ini tercermin dalam pelaksanaan kegiatan Musrenbang. Berdasarkan peraturan bupati
Bappeda berperan melakukan pendampingan dalam Musrenbang kecamatan serta memfasilitasi pelaksanaan
Forum SKPD dan Musrenbang kabupaten .
Universitas Sumatera Utara
126
Peranan Bappeda ini menunjukkan bahwa unsur pemerintah daerah tidak terlibat dalam penyusunan kebijakan
pembangunan, pemerintah hanya sebagai fasilitator saja. Penjelasan ini seperti yang diungkapkan oleh Hanaya C.
Simamora, S.Sos, MPA berikut : ”Bappeda mendampingi pelaksanaan musyawarah mulai
dari tingkat kelurahan. Dalam pendampingan ini kita hanya memberikan arahannya saja, proses selanjutnya
kita serahkan pada masyarakat.” Wawancara, 03 Maret 2016
Sedangkan pada tingkat kabupaten, Bappeda berperan dalam memfasilitasi pelaksanaan Musrenbangkot. Hal ini
disampaikan oleh Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA berikut:
”Dalam pelaksanaan Musrenbangkot, peran Bappeda berlaku sebagai penyelenggara saja, seperti persiapan
ruang sidang dan sebagainya.” Wawancara, 03 Maret 2016
Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sejauh ini kemitraan antara pemerintah, DPRD dan masyarakat
Kabupaten Humbang
Hasundutan terwujud
dalam
Universitas Sumatera Utara
127
penyusunan rencana
pembangunan daerah
melalui mekanisme Musrenbang. Dalam forum tersebut antara
pemerintah, DPRD dan masyarakat bersatu dalam penyusunan rencana pembangunan. Hal ini membuktikan
bahwa masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan telah memiliki kedudukan yang setara dengan pemerintah dan
DPRD dalam penyusunan rencana pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan. Jika dahulu masyarakat hanya
sebagai obyek pembangunan maka sekarang ini masyarakat telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan daerah,
sedangkan pemerintah berperan sebagai fasilitator saja. Selain itu kerja sama antara pemerintah, DPRD dan
masyarakat tersebut
membuktikan bahwa
dalam pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan telah
terbangun komunikasi, dialog, sikap saling percaya dan kemitraan antara masyarakat dengan pemerintah Kabupaten
Humbang Hasundutan. Namun keterlibatan masyarakat juga sebenarnya masih di
rasakan kurang, sebab masih ada sebagian masyarakat yang sulit untuk diajak musyawarah, tetapi hal ini masih dalam
batas kewajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Raden Simamora berikut :
Universitas Sumatera Utara
128
”Dalam musrenbang ini memang tidak semua masyarakat berpartisipasi aktif. Masih ada sebagian masyarakat yang
enggan atau bersikap acuh tak acuh ketika diajak untuk berpartisipasi, khususnya dalam Murenbang desa. Namun
prosentasenya relatif kecil dan masih dalam batas yang wajar.” Wawancara, 07 Maret 2016
2. Mekanisme perencanaan pembangunan yang bertumpu pada prakarsa, kemampuan dan kepentingan masyarakat
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Humbang Hasundutan ini dimulai dari penjaringan aspirasi masyarakat tingkat
lokal, yakni dusun. Penjaringan aspirasi mulai dari dusun dimaksudkan agar semua masyarakat mulai dari tingkat bawah dapat berpartisipasi dalam
penyusunan kebijakan pembangunan. Sehingga semua permasalahan dan kebutuhan dari tingkat dusun dapat tercakup dalam daftar usulan kegiatan
pembangunan. Permasalahan dari tingkat dusun tersebut kemudian diajukan dalam forum
tingkat desa Musrenbangdes untuk disusun Daftar Skala Prioritas pembangunan tingkat desa. Adapun usulan kegiatan pembangunan ini meliputi dua macam yakni
usulan kegiatan yang diaujukan ke tingkat kabupaten dan usulan kegiatan dengan dana bantuan dari dana desa.
Universitas Sumatera Utara
129
Selanjutnya usulan kegiatan ke tingkat kabupaten dibawa ke dalam forum kecamatan Musrenbangcam untuk disinkronisasikan dengan rancangan awal
Rencana Kerja SKPD kecamatan. Hasil dari forum kecamatan ini merupakan penyempurnaan rumusan-rumusan kegiatan pembangunan dan rancangan rencana
kerja SKPD kecamatan yang nantinya akan dibawa dan di bahas dalam Forum SKPD. Dalam Forum SKPD akan dilakukan verifikasi dan sinkronisasi prioritas
hasil Musrenbangcam. Hasil Forum SKPD tersebut lalu akan dibawa ke Musrenbang kabupaten. Dalam Musrenbang kabupaten akan dilakukan kompilasi
dan penyempurnaan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan pagu dana indikatif berdasar urusan pemerintah daerah, yang akan menghasilkan rancangan
final rencana kerja SKPD yang akan dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Mekanisme perencanaan pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan di atas menunjukkan bahwa masyarakat lebih dominan dalam menyusun rencana
pembangunan. Artinya bahwa penyusunan rencana pembangunan benar-benar berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Andi Saut Sihombing, SE, selaku Kabid Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan.
”Sekarang usulan benar-benar dibuat oleh masyarakat, karena pemerintah tidak tahu masalah kalau tanpa data dari masyarakat.”
Wawancara, 04 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
130
Keterangan di atas didukung oleh Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA selaku Kabid Ekonomi dan Sosial Budaya :
”Kalau sekarang polanya sudah benar-benar bootom up, kita menggali aspirasi dari masyarakat, tinggal kita memfasilitasinya saja. , aspirasi dari
masyarakat ditampung dan Bappeda tidak menjanjikan bahwa di setiap musrenbang itu harus dilaksanakan. Tetapi, usulan aspirasi masyarakat itu
dicocokkan dan disinkronkan dengan kemampuan keuangan daerah dan program prioritas pemerintah. Selanjutnya usulan yang diberikan harus
dilihat terlebih dahulu apakah usulan tersebut merupakan kewenangan Kabupaten, Kewenangan Propinsi, Kewenangan Pusat, atau kewenanagan
Desa. Semua aspirasi diterima, disaring dan dipilih manakah yang harus segera diselesaikan dan menjadi program prioritas pemerintah. Bappeda
memberikan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan pengertian mengenai pembangunan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan,
baik itu mengenai kemampuan dana, dan pembagian kewenangan.
” Wawancara, 03 Maret 2016
Mekanisme di atas menunjukkan adanya keterlibatan aktif dari masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal
ini juga memperlihatkan bahwa telah terwujud adanya keterbukaan bagi masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan untuk menyampaikan aspirasinya
dalam pembangunan. Mekanisme penyusunan rencana pembangunan secara partisipatif ini mengisyaratkan bahwa kebijakan pembangunan Kabupaten
Humbang Hasundutan saat ini benar-benar murni berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang bertumpu pada prakarsa, kemampuan dan kebutuhan
masyarakat. 3. Mendukung penyelenggara pemerintah daerah sebagai fasilitator
pembangunan
Universitas Sumatera Utara
131
Konsep Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Humbang Hasundutan menuntut pemerintah Kelurahan, Kecamatan dan Kota tidak terlibat
dalam penyusunan kebijakan pembangunan. Perencanaan pembangunan partisipatif memberikan keleluasaan kepada masyarakat untuk menentukan sendiri
rencana pembangunan yang sesuai dengan prakarsa, kemampuan dan kepentingan masyarakat. Adapun peranan pemerintah dalam model perencanaan pembangunan
partisipatif mulai dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten adalah : 1 Pemerintah Desa
Memberikan surat tugas kepada kecamatan untuk melakukan musrenbang desa.
2 Pemerintah Kecamatan a. Memfasilitasi pelaksanaan musyawarah kecamatan sebagai
narasumber. b. Mengawasi jalannya Musrenbang kecamatan agar sesuai dengan
buku pedoman dari Peraturan Bupati Kabupaten Humbang Hasundutan.
3 Pemerintah Kabupaten a. Menjalankan fungsi pendampingan dalam Musrenbangcam.
b. Menyelenggarakan Forum SKPD dan Musrenbang kabupaten. Sesuai dengan penjelasan di atas, peran aparat pemerintah di sini hanya
Universitas Sumatera Utara
132
sebagai fasilitator saja. Penyusunan subtansi pembangunan diserahkan pada masyarakat. Bahkan dalam kepanitiaan musyawarah sekalipun pemerintah tidak
diperbolehkan ada didalamnya. Semua diserahkan kepada masyarakat, seperti yang diutarakan Hanaya C. Simamora, S.Sos, MPA berikut :
”Bappeda sama sekali tidak boleh terlibat dalam kepanitiaan musyawarah, semua harus dari masyarakat.” Wawancara, 03 Maret
2016 Hal senada juga diungkapkan oleh Bottor Purba, SE bahwa :
”Bappeda tidak berperan dalam kepanitiaan, kita hanya sebagai peninjau saja.” Wawancara, 04 Maret 2016
Kedudukan aparat pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten dalam persidangan Musrenbang di atas menunjukkan bahwa aparat pemerintah tidak lagi
mendominasi, pemerintah hanya memfasilitasi saja, semua diserahkan pada masyarakat sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka.
Peran aparat Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan di atas sesuai dengan konsep Perencanaan Pembangunan Partisipatif yang mengedepankan
peran aktif masyarakat dalam penyusunan program kegiatan pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan lebih berfungsi sebagai pelayan masyarakat
public service atau fasilitator pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
133
5.2. PEMBAHASAN 5.2.1. Peranan Bappeda