Penawaran dan Permintaan Kredit

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Penawaran dan Permintaan Kredit

Keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, Melitz dan Pardue 1973 dalam Insukindro 1995 merumuskan model penawaran kredit oleh sistem perbankan sebagai berikut : LS t = gS, SB, IB, BD 3.1 dimana : LS t adalah jumlah penawaran kredit oleh bank, S adalah kendala-kendala yang dihadapi bank seperti tingkat cadangan bank atau ketentuan mengenai cadangan wajib, SB adalah tingkat suku bunga kredit bank biaya oportunitas meminjamkan uang dan BD adalah biaya deposito bank. Penawaran kredit dipengaruhi oleh besarnya GWM, apabila tingkat cadangan wajib naik maka dana yang dapat disalurkan menjadi kredit akan berkurang. Biaya oportunitas dan biaya deposito juga mempengaruhi penawaran kredit karena keduanya dapat menjadi acuan bank untuk menentukan suku bunga kredit, apabila biaya deposito meningkat maka cost of fund meningkat yang selanjutnya akan menyebabkan suku bunga meningkat. Suku bunga kredit mempengaruhi permintaan kredit investasi, apabila suku bunga kredit naik maka permintaan kredit akan menurun karena kenaikan suku bunga berarti tingginya resiko pengembalian kredit. Model tersebut selanjutnya disempurnakan oleh Warjiyo 2004 yang mengatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dalam bentuk uang beredar M1, M2 digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melelui penyaluran kredit perbankan. Namun dalam kenyataannya anggapan seperti itu tidak selamanya benar, karena penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh CAR, NPL dan LDR. Hubungan fungsinya adalah sebagai berikut : LS t = fDPK, PUD, CAR, NPL, LDR 3.2 dimana : LS t adalah penawaran kredit perbankan, PUD adalah prospek usaha debitor, DPK adalah Dana Pihak Ketiga, CAR adalah Capital Adequacy Ratio, NPL adalah Non Performing Loan dan LDR adalah Loan to Deposit Ratio. Penawaran kredit oleh bank dipengaruhi oleh jumlah DPK karena DPK yang dihimpun oleh bank merupakan salah satu sumber dana yang akan disalurkan melalui kredit. Bank juga akan melihat prospek usaha yang dimiliki oleh debitor karena salah satu penyebab terjadinya NPL adalah kurangnya informasi tentang usaha yang dimiliki oleh debitor. NPL sendiri akan menjadi hambatan bagi bank untuk menyalurkan kredit karena pihak bank tidak ingin mengalami kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan debitor membayar kredit. Menurut Suseno dan Piter 2003, ROA Return on Assets juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit terhadap debitor. ROA sendiri merupakan salah satu indikator untuk melihat besarnya keuntungan yang diperoleh oleh bank. Penelitian ini menganalisis bukan hanya penawaran kredit saja, tapi juga permintaan dalam keadaan keseimbangan. LS t Loan Supply adalah jumlah uang di bank yang siap untuk dialokasikan menjadi kredit. Rumus matematisnya adalah sebagai berikut : LS t = 1 – D D 3.3 LS t adalah penawaran kredit investasi, adalah jumlah Giro Wajib Minimum GWM dan D D adalah demand deposit. LD t Loan Demand adalah banyaknya kredit yang diinginkan oleh masyarakat. Rumus matematisnya adalah sebagai berikut : LD t = L , SB 3.4 Keadaan keseimbangan juga dianalisis karena yang dianalisis bukan dari sisi permintaan kredit saja atau penawaran kredit saja, melainkan keduanya, faktor yang mempengaruhi kedua sisi baik penawaran kredit maupun permintaan kredit dapat teranalisis. Rumus matematisnya adalah sebagai berikut : LS t = LD t 1 – D D = L , SB 3.5 dimana : LS t adalah penawaran kredit, LD t adalah permintaan kredit, adalah Suku Bunga Bond, sbkrinv adalah Suku Bunga Kredit dan adalah GWM. Gambar 2.1. Kurva Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi Gambar tersebut menunjukkan keseimbangan antara penawaran kredit dan permintaan kredit yaitu pada titik A, apabila terjadi kenaikan suku bunga maka bank akan menambah kredit investasi yang disalurkan, namun keadaan ini tidak didukung dengan peningkatan permintaan kredit sehingga yang terjadi adalah titik keseimbangan bergeser ke titik B.

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual