6.2. Analisis Permintaan Kredit Investasi Tabel 6.3. Hasil Estimasi Two Stage Least Square
Variable Coefficient
t-Statistic Prob.
C 37.57
3.302 0.0009
Suku Bunga -1.458
-3.980 0.0001
GDP 0.0478
3.204 0.0011
Permintaan Kredit -1
0.529 6.015
0.0000 Tren
0.141 5.252
0.0000 Inflasi
-1.518 -4.561
0.0000 R-squared
0.978 Durbin-Watson stat
1.660 F-statistic
453.11 ProbF-statistic
0.000000
Sumber : lampiran 6
Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa model persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit investasi yang telah diuji memiliki nilai
koefisien determinasi sebesar 0,978. Nilai koefisien determinasi tersebut dapat diartikan bahwa permintaan kredit investasi dapat dijelaskan oleh variasi dari
variabel suku bunga kredit investasi, GDP, M2, dan lag dari jumlah kredit investasi sebesar 97,8 persen.
Selanjutnya adalah uji F-hitung pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen secara bersamaan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen dengan melihat nilai probabilitas F–hitung menggunakan taraf nyata = 0,1. Persamaan tersebut memiliki probabilitas F-
hitung lebih kecil dari nilai maka seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersamaan dengan derajat
kepercayaan mendekati 100 persen.
Selanjutnya dilakukan uji-t untuk melihat signifikan atau tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen secara sendiri-
sendiri yang dilihat dari probabilitasnya pada taraf nyata = 0,1. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan
secara sendiri-sendiri terhadap permintaan kredit investasi di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa suku bunga kredit investasi SB dan
inflasi INF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit investasi. GDP dan tren T berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan kredit investasi. Permintaan kredit investasi periode ebelumnya L
Dt-1
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit investasi. Tren variabel dalam penelitian ini cenderung meningkat. Terlihat dari
pengaruh tren yang positif dan signifikan dalam penelitian ini. Nilai koefisien SB suku bunga kredit investasi sebesar -1,458 artinya, apabila terjadi kenaikan suku
bunga kredit investasi sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13 persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar -
1,458 miliyar. Debitur atau peminjam akan menunjukkan reaksi yang berlawanan dengan kreditur apabila terjadi perubahan tingkat bunga kredit. Kenaikan suku
bunga akan menimbulkan reaksi yang negatif karena peminjam khawatir akan ketidakmampuan untuk mengembalikan pinjaman tersebut.
Nilai koefisien inflasi INF sebesar -1,518 artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13
persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar 1,518 milyar. Kenaikan inflasi memang menimbulkan berbagai pengaruh salah
satumya adalah menurunnya investasi. Inflasi bisa menyebabkan tingkat bunga naik sehingga akan menurunkan jumlah kredit investasi yang diminta.
Nilai koefisien GDP sebesar 0,0478, artinya apabila terjadi kenaikan GDP sebesar 1 Trilyun akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta naik sebesar
0,0478 milyar. Pengaruh GDP terhadap permintaan kredit investasi ini sesuai dengan kenyataan mengingat sektor riil merupakan salah satu tolak ukur seberapa
besar GDP, apabila GDP meningkat berarti iklim usaha khususnya pada sektor riil sedang mengalami kenaikan juga. Iklim usaha yang sedang kondusif ini akan
memicu masyarakat untuk ikut memulai sebuah usaha. Nilai koefisien permintaan kredit investasi periode ebelumnya L
Dt-1
sebesar 0,529 artinya, apabila terjadi kenaikan L
Dt-1
sebesar 1 milyar akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta naik sebesar 0,529 milyar.
Pengaruh LD satu bulan sebelumnya terhadap permintaan kredit investasi sesuai dengan kenyataan bahwa biasanya iklim investasi pada periode sebelumnya
mempengaruhi keinginan masyarakat melakukan kegiatan investasi pada periode saat ini, dengan melihat pada keadaan investasi periode sebelumnya risiko-risiko
yang mungkin akan dihadapi bisa diantisipasi dengan baik.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN