Penggunaan Merkuri Hg TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Merkuri Hg

kepercayaan diri, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan. Gejala gastro-intestinal GI seperti stomatitis, hipersalivasi, colitis, sakit pada mengunyah ginggivitis, garis hitam pada gusi, leadline dan gigi yang mudah melepas. Kulit dapat menderita dermatitis dan ulcer. Hg yang organik cenderung merusak SSP tremor, ataxia, lapangan penglihatan menciut, perubahan kepribadian, sedangkan Hg inorganik biasanya merusak ginjal, dan menyebabkan cacat bawaan Darmono, 1995. Ada tiga bentuk merkuri yang toksik terhadap manusia ialah merkuri elemen merkuri murni, bentuk garam inorganik dan bentuk organik. Bentuk garam inorganik Hg dapat berbentuk merkuri Hg 2+ dan bentuk merkuro Hg + , dimana bentuk garam merkuri lebih toksik daripada merkuro. Bentuk organik Hg seperti aril, alkil dan alkoksi alkil sangat beracun di antara bentuk garam lainnya.

2.8. Permasalahan Toksisitas Merkuri Hg

Upaya penanganan terhadap terjadinya kasus toksisitas metil merkuri terus dilakukan, yaitu dengan jalan mengurangi atau meniadakan penggunaan metil- Hg dalam proses produksinya, tetapi metil-Hg masih tersisa di alam lingkungan. Hadirnya senyawa metil-Hg sangat persisten, diperkirakan dapat tertinggal dalam sedimen air sungai atau danau sampai mencapai 70 tahun. Bilamana metil-Hg masuk ke dalam rantai ma kanan, maka akan terjadi biokonsentrasi karena dalam tubuh organisme tersebut metil-Hg cenderung bertahan dan hanya sedikit dikeluarkan. Relatif tingginya kandungan merkuri dalam jaringan ikan sangat bergantung pada banyak faktor, termasuk spesies, umur dan lokasi tempat mereka hidup. Pada umumnya, ikan predator yaitu ikan besar memangsa ikan kecil yang mengandung merkuri cukup tinggi, seperti ikan tuna, ikan paus, ikan hiu, dan jenis ikan besar lainnya yang hidup di air tawar. Walaupun secara alamiah kand ungan Hg dalam ikan air tawar hanya sekitar 100-200 µg kg 0,1- 0,2 ppm, tetapi pada daerah yang terkontaminasi kandungan Hg dapat meningkat sampai mencapai 9000-22000 µg kg 9-22 ppm Connel dan Miller, 1995. Terjadinya perubahan pola menu makanan dari daging sapi yang banyak mengandung kolesterol ke daging ikan yang sedikit mengandung kolesterol,