diberi larutan basa atau ammonia. Flavonoid dapat dikelompokan menjadi 9 kelas, yaitu anthosianin, proanthosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil,
chlacone dan aurone, flavanon, serta isoflavon. Flavonoid pada tanaman berikatan dengan gula sebagai glikosida dan adapula yang berada dalam aglikon
Harborne 1987. Hasil pengujian fitokimia flavonoid menunjukkan bahwa biomassa kering
positif terdapat senyawa favonoid, sedangkan polisakarida ekstraseluler negatif terhadap komponen flavonoid. Hasil positif pengujian flavonoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol. Senyawa flavonoid dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dengan cara
menurunkan laju oksidasi lemak. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa flavonoid dapat menurunkan hiperlipidemia pada manusia. Penghambatan
oksidasi LDL pada kasus penyakit jantung oleh flavonoid, dapat mencegah pembentukan sel-sel busa dan kerusakan lipid Astawan dan Kasih 2008.
Penelitian Hartika 2009 menunjukkan bahwa ekstrak flavonoid buah mahkota dewa konsentrasi 1 bv mampu menginhibisi aktivitas enzim
α-glukosidase sebesar 40,26 untuk buah mahkota dewa berwarna merah, sebesar 23,06 untuk buah mahkota dewa berwarna merah kehijauan, dan sebesar
32,13 untuk buah mahkota dewa berwarna hijau kemerahan.
4.6 Aktivitas Inhibisi α-Glukosidase
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel yang bekerja secara teratur dan mengkatalisis ratusan reaksi yaitu menguraikan molekul
nutrien, menyimpan dan mengubah energi kimiawi, serta membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Enzim
α-glukosidase berfungsi memecah karbohidrat menjadi glukosa pada usus halus manusia. Enzim ini merupakan
enzim yang terlibat dalam degradasi glikogen. Degradasi lanjutan dari glikogen oleh fosforilase dapat terjadi hanya setelah kerja enzim glukanotransferase dan
α-glukosidase, yang mengkatalis dua reaksi Lehninger 2004. Hasil uji inhibisi dari biomassa dan polisakarida ekstraseluler
Porphyridium cruentum yang berperan sebagai inhibitor α-glukosidase, maka di
dapatkan hasil yang dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengujian persentase inhibisi α-glukosidase
Komponen Persentase inhibisi
Biomassa 33,82
Polisakarida ekstraseluler 71,57
Acarbose 91,00
Nilai inhibisi α-glukosidase pada ekstrak air biomassa kering
Porphyridium cruentum didapatkan nilai rata-rata 33,82. Nilai α-glukosidase
pada ekstrak air polisakarida Porphyridium cruentum didapatkan nilai rata-rata 71,57 dengan kontrol positif acarbose mempunyai nilai inhibisi sebesar 91.
Nilai inhibisi biomassa Porphyridium cruentum lebih kecil dibandingkan dengan polisakarida ekstraselulernya, namun aktivitas keduanya lebih kecil dibandingkan
dengan acarbose, yaitu obat inhihibitor α-glukosidase komersial. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa polisakarida ekstraseluler
ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber bahan baru penghasil inhibitor α-glukosidase, sedangkan biomassa yang dihasilkan berpotensi untuk dijadikan
pangan fungsional karena terdapat komponen biokimia dan komponen aktif yang dapat dimanfaatkan.
Kerja enzim dapat dihambat oleh senyawa kimia tertentu. Enzim memiliki sisi aktif yang dapat mengenali secara spesifik substrat yang sesuai, sehingga
memungkinkan untuk merancang inhibitor enzim yang dapat menghalangi pengikatan substrat pada enzim. Ada dua jenis utama penghambat enzim, yaitu
yang bekerja secara tidak dapat balik irreversible dan dapat balik reversible Lehninger 2004.
Inhibisi irreversible bekerja dengan merusak gugus fungsional molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya. Inhibitor terikat secara kovalen
pada sisi aktif enzim dan membentuk kompleks enzim inhibitor yang bersifat tetap. Inhibisi reversible ditandai oleh adanya reaksi kesetimbangan diantara
enzim dan inhibitor. Inhibitor reversible berikatan dengan enzim melalui ikatan yang lemah sehingga dapat dilepaskan dari enzim dengan cara pengenceran,
filtrasi gel, atau dialisis Lehninger 2004; Sugiwati 2005.
Inhibisi reversible dibagi menjadi dua jenis, yaitu inhibisi reversible kompetitif dan inhibisi reversible nonkompetitif. Inhibisi reversible kompetitif
terjadi jika inhibitor berkompetisi dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Inhibisi reversible nonkompetitif terjadi jika inhibitor tidak berikatan
pada sisi aktif enzim dan mengubah konformasi molekul enzim sehingga menurunkan aktivitas katalitik enzim Lehninger 2004.
Mekanisme kerja inhibisi dari polisakarida ekstraseluler Porphyridium cruentum yang berperan sebagai inhibitor belum diketahui. Untuk mengetahui
mekanisme inhibisi dari suatu inhibitor, maka perlu dilakukan pemetaan kebalikan ganda data kecepatan enzim Lehninger 2004. Mekanisme kerja inhibisi dari
flavonoid yang memiliki efek pen ghambatan terhadap enzim α-glukosidase
melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β. Prinsip penghambatan ini serupa dengan acarbose, yaitu menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat dan
absorbsi glukosa serta menghambat metabolism sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa Ho dan Bray 1999.
Acarbose merupakan suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi mikroorganisme Actiniplanes utahensis. Acarbose merupakan obat
komersial dan dipasarkan di Indonesia dengan nama Glucobay Info Obat Indonesia. Obat ini digunakan untuk menghambat kerja enzim yang memecah
karbohidrat menjadi glukosa. Nilai inhibisi yang didapatkan pada penelitian ini adalah 91, artinya acarbose mampu menghambat kerja enzim
α-glukosidase dengan menutup 91 sisi aktif enzim yang akan berikatan dengan substrat.
Tanaman obat yang telah diteliti memiliki aktivitas penghambatan kerja enzim α-glukosidase yaitu, Pinus Pinus densiflora, Salacia Salacia spp.,
Kommelina Commelina communis, Mirtus Myrtus communis, Hyssop Hyssopus officinalis, dan Lidah buaya Aloe vera. Tanaman ini juga telah
diteliti aman dikonsumsi dan tanpa efek samping tetapi harus pada dosis tertentu. Berdasarkan hasil penelitian ini, polisakarida ekstraseluler Porphyridium
cruentum dapat dijadikan sumber bahan bahan baru penghasil inhibitor α-glukosidase, tetapi untuk pemakaiannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan