77
BAB IV PELAKSANAAN TUGAS LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERKAIT ADANYA SENGKETA KONSUMEN MENURUT UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Bentuk Sengketa Konsumen yang Ditangani Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk lain dan tidak untuk diperdagangkan.
115
Konsumen seringkali dirugikan dengan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau
produsen seperti menjual makananminuman yang sudah kadaluwarsa. Pelanggaran seperti ini tidak lagi dalam skala kecil tetapi termasuk dalam skala
yang besar yang berdampak buruk bagi kesehatan konsumen. Dalam hal ini seharusnya pemerintah lebih siap dalam mengambil tindakan. Pemerintah harus
segera menangani masalah ini sebelum akhirnya semua konsumen harus menanggung kerugian yang lebih berat akibat efek samping dari tidak adanya
perlindungan konsumen atau jaminan terhadap konsumen. Informasi yang dipublikasikan oleh produsen hampir dapat dipastikan
tujuannya adalah mempengaruhi konsumen agar mau membeli produk yang ditawarkannya. Informasi yang disampaikan lewat media tersebut memang
sungguh menggiurkan. Oleh karena itu, jika penerima informasi tidak cermat dalam menganalisis pesan yang disampaikan, kemungkinan untuk tergoda sangat
tinggi. Artinya penerima informasi tidak akan raguragu mengeluarkan uang untuk
115
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 2.
Universitas Sumatera Utara
memuaskan harapan dengan membeli barang yang ditawarkan. Padahal, acapkali barang yang dibeli belum tentu dibutuhkan. Lebih parahnya lagi, para pembeli
pada umumnya tidak mempelajari dengan cermat apakah barang yang ditawarkan oleh produsen sudah memenuhi standar yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau belum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen memiliki tujuan-tujuan yang
telah dirancang sebaik mungkin, yaitu:
116
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri. 2.
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen. 4.
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi. 5.
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha. 6.
Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan
keselamatan konsumen.
116
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab II, Pasal 3
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan dan perkembangan industri barang dan jasa di satu pihak membawa dampak positif, antara lain dapat disebutkan: tersedianya kebutuhan
dalam jumlah yang mencukupi, mutunya yang lebih baik, serta adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya. Akan tetapi, di lain
pihak terdapat dampak negatif, yaitu dampak penggunaan dari teknologi itu sendiri serta perilaku bisnis yang timbul karena makin ketatnya persaingan yang
mempengaruhi masyarakat konsumen. Konsumen atau masyarakat adalah pelaksana pembangunan, untuk
kelangsungan pembangunan nasional mutlak diperlukan perlindungan kepada konsumen itu. Persoalan perlindungan hukum kepada konsumen adalah masalah
hukum nasional juga. Dengan demikian, berbicara tentang perlindungan hukum kepada konsumen berarti kita berbicara tentang keadilan bagi semua orang.
117
Perkembangan dunia usaha semakin meningkat terlihat semakin banyaknya pelaku usaha kecil menengah yang bermunculan yang menawarkan
berbagai aneka macam produk barang dan jasa. Kemajuan industri usaha terutama usaha kecil dan menengah tersebut memang sangat dibutuhkan karena usaha kecil
menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, selain itu juga memberikan kemudahan bagi
konsumen untuk dapat memilih produk yang diinginkannya. Produk barang dan jasa tersebut perlu dilakukan adanya promosi, yaitu
kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang danatau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang danatau jasa yang akan dan
117
Ricko M. Tilaar , “Perlindungan dan Penyelesaian Hukum Terhadap Konsumen dari
Makanan Kadaluwarsa berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
” Jurnal Lex Privatum, Volume I, No.2, Apr-Jun 2013, hlm. 109-110.
Universitas Sumatera Utara
sedang diperdagangkan.
118
Promosi tersebut sangatlah penting dalam proses penyebaran informasi yang dari pengertiannya sendiri dapat kita ambil fungsinya
sendiri yaitu agar masyarakat tahu mengenai fungsi dan tujuan barang danatau jasa tersebut. Namun, promosi juga harus mengandung unsur agar suatu promosi
tersebut efektif terhadap penyebaran informasinya kepada setiap anggota masyarakat, beberapa unsur yang harus ada ialah:
1. Kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi.
2. Tentang suatu barang danatau jasa yang;
a. akan diperdagangkan, dan
b. sedang diperdagangkan.
3. Tujuan menarik minat beli dari pihak konsumen.
Sangatlah wajar apabila harga yang ditawarkan biasanya lebih rendah daripada harga yang diperdagangkan di tempat lain.
119
Hal ini dapat dilihat dari pengertian promosi itu sendiri yang dapat kita ketahui bahwa tujuannya adalah
menarik minat masyarakat, membuat konsumen memperhatikan apa yang sedang kita promosikan, dan juga mengambil perhatian masyarakat. Semakin besar dan
berkembangnya pasar, maka semakin penting pula suatu perlindungan bagi pihak konsumen.
Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun formal makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang dan jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran
usaha. Rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung
118
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 ayat 6
119
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
atau tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya sehingga upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang
memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat
sedemikian kompleksnya permasalahan yang mengangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.
120
Pasal 45 ayat 4 UUPK menyebutkan “jika telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan
hanya dapat ditempuh jika upaya itu dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa”. Ini berarti penyelesaian di
pengadilan pun tetap dibuka setelah para pihak gagal menyelesaikan sengketa di luar pengadilan. Konsumen yang ingin menyelesaikan sengketa konsumen dengan
cara nonpengadilan dapat melakukan alternatif resolusi masalah atau Alternative Dispute Resolution ADR ke BPSK, LPKSM, Direktorat Perlindungan
Konsumen di bawah Departemen Perdagangan, atau lembaga-lembaga lain yang berwenang.
121
Mengenai keterlibatan LPKSM dalam kegiatan pengawasan sebagaimana yang diamanatkan UUPK dari informasi wawancara, banyak sekali
sengketa konsumen yang dihadapi oleh LPKSM khususnya di Lembaga Konsumen Indonesia Medan - Sumatera Utara LKI, adapun sengketa konsumen
yang banyak dilaporkan kepada lembaga konsumen Indonesia adalah: 1.
Makanan dan minuman
120
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit., hlm. 5.
121
Harry Christian Lumban Tobing, “Tinjauan Yuridis Mengenai Pembatasan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Minuman Dalam Kemasan Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen,” http:jurnal.usu.ac.idindex.phpcivil_lawarticleview3110 diakses tanggal 26 Mei 2015.
Universitas Sumatera Utara
Jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para konsumen atas setiap produk bahan makanan yang dibeli. Namun dalam kenyataannya saat ini
konsumen seakanakan dianak tirikan oleh para produsen. Contohnya Makanan dan Minuman yang sudah Kadaluwarasa produk-produk kadaluarsa pada dasarnya
sangat berbahaya karena berpotensi ditumbuhi jamur dan bakteri yang akhirnya bisa menyebabkan keracunan.
Hal-hal tersebut mungkin disebabkan karena kurangnya pengawasan dari Pemerintah serta badanbadan hukum seperti Dinas kesehatan, satuan Polisi
Pamong Praja, serta dinas Perdagangan dan Perindustrian setempat. Eksistensi konsumen tidak sepenuhnya dihargai karena tujuan utama dari penjual adalah
memperoleh keuntungan sebanyakbanyaknya dalam jangka pendek bukan untuk jangka panjang.
122
2. Jasa
Berbagai transaksi barangjasa, dapat menimbulkan peristiwa lain yaitu berupa masalah antara para pihak tersebut, pihak yang berkewajiban menyerahkan
barang atau menyelenggarakan jasa tidak melakukan atau jika melakukannya tidak sesuai dengan mutu, jumlah serta lain-lain kualifikasi sebagaimana yang
telah disepakati, yang seharusnya atau sepatutnya diharapkan dari jenis barangjasa tersebut.
Permasalahan yang sering muncul adalah bagaimanakah keterlambatan barang konsumen yang datang tidak tepat waktu dan rusak pada jasa pengiriman,
dan bagaimana upaya penyelesaian yang ditempuh oleh konsumen sebagai pihak yang dirugikan. Permasalahan tersebut merupakan masalah yang dihadapi
122
Ibid., hlm. 111.
Universitas Sumatera Utara
konsumen pada masa setelah transaksi terjadi dari peristiwa di atas, hal tersebut ada yang tercatat pada pihak yang berwenang, tetapi banyak yang hilang begitu
saja. Hal ini terjadi karena faktor budaya lebih suka menghindari konflik dari konsumen Indonesia. Padahal sesungguhnya setiap perbuatan yang menimbulkan
kerugian pada orang lain dapat dimintakan pertanggungjawaban dari pelakunya.
123
B. Upaya yang