3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tugas LPKSM terkait adanya
sengketa-sengketa konsumen menurut Undang-Undang 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan ini adalah: 1.
Hasil penulisan ini diharapkan akan memberi sumbangan pengetahuan dalam hukum konsumen, khususnya mengenai LPKSM.
2. Memberikan sumbangan pemikiran akademis bagi para pelaku usaha maupun
konsumen mengenai mengenai mekanisme hukum di LPKSM. 3.
Memberikan pemahaman baru bagi konsumen selaku pihak yang dirugikan, bahwa LPKSM merupakan salah satu lembaga yang dibentuk untuk upaya
perlindungan konsumen. 4.
Memberikan kajian akademis yang lebih objektif, jelas, tegas dan terperinci kepada para pihak yang berkecimpung dalam LPKSM.
5. Secara praktis penenelitian ini dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dan
landasan bagi penelitian lanjutan.
D. Keaslian Penelitian
Penulisan ini telah diperoleh dari literatur perpustakaan, informasi dan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan serta dari media massa baik media cetak
maupun media elektronik yang pada akhirnya dituangkan dalam bentuk skripsi. Maka, keaslian penulisan dalam menjamin adanya. Meskipun dalam tulisan ini
terdapat pendapat dan kutipan-kutipan dari berbagai sumber, hal ini semata-mata adalah sebagai bahan penunjang dalam penulisan ini karena hal tersebut memang
sangat dibutuhkan demi memenuhi kesempurnaan penulisan penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
Skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Terkait Adanya Sengketa-Sengketa konsumen
Menurut UU 8 Tahun 1999 Tentang Perlindu ngan Konsumen”. Sehubungan
dengan keaslian judul skripsi ini, maka dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul
skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara. Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau
telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka
hal itu dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian perlindungan konsumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang dimaksud dengan konsumen pada Pasal 1 angka 1, undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa.
15
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada
konsumen. Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat
melalui Undang-Undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen. Dari
latar belakang dan defenisi tersebut muncul kerangka umum tentang sendi-sendi pokok pengaturan perlindungan konsumen, yang kurang lebih bisa dijabarkan
sebagai berikut :
15
Republik Indonesia, Undan-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 2.
Universitas Sumatera Utara
a. Kesederahatan antara konsumen dan pelaku usaha.
b. Konsumen mempunyai hak.
c. Pelaku usaha mempunyai kewajiban.
d. Pengaturan tentang perlindungan konsumen berkontribusi pada
pembagunan nasional. e.
Perlindungan konsumen dalam iklim bisnis yang sehat. f.
Keterbukaan dalam promosi barang atau jasa. g.
Pemerintahan perlu berperan aktif. h.
Masyarakat juga perlu berperan serta. i.
Perlindungan konsumen memerlukan terobosan hukum dalam berbagai bidang.
j. Konsep perlindungan konsumen memerlukan pembinaan sikap.
2. Pengertian Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Pengertian LPKSM dalam UUPK, yang dimaksud dengan konsumen pada Pasal 1 angka 9, yaitu LPKSM adalah lembaga non-pemerintahan yang terdaftar
dan diakui oleh pemerintahan yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen.
16
3. Pengertian sengketa konsumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tidak memberikan batasan yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Kata-kata
“sengketa konsumen”. Dijumpai pada beberapa bagian UUPK yaitu :
17
16
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 9.
17
Yusuf Shoufie, Penyelesian Sengketa Konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK Teori dan Praktek Penegakan Hukum Jakarta: Citra aditya
bakti, 2003, hlm. 12-13.
Universitas Sumatera Utara
a. Penyebutan sengketa konsumen sebagai bagian dari sebutan institusi
adminitrasi negara yang mempunyai menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pasal 1 angka 11 UUPK jo. bab XI UUPK. b.
Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau prosedur penyelesaian sengketa terdapat dalam bab X penyelesian sengketa. Pada bab
ini digunakan penyebutan sengketa konsumen secara konsisten, yaitu: Pasal 45 ayat 2 dan Pasal 48 UUPK.
Untuk memahami pengertian “sengketa konsumen” dalam kerangka UUPK dengan menggunakan metode penafsiran. Pertama batasan konsumen dan
pelaku konsumen menurut UUPK berikut dikutip batasan keduanya: “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
18
” “Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan perseorangan atau badan
hukum, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dala berbagai bidang ekonomi.
19
”
F. Metode Penelitian