1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran dalam ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat memahami kejadian-
kejadian yang terjadi di masa lampau. Siswa dapat mengambil kesimpulan dari kejadian tersebut agar dapat menjadi pelajaran atau pengalaman untuk kehidupan
yang akan datang. Cicero dalam Tamburaka 2002: 7 mengatakan :
“Histori ist Magistra Vitae” yang berarti sejarah bermanfaat sebagai guru yang baik, sehingga terciptalah sebuah cerita sejarah yang berdasarkan pada
kenyataan, dalam bentuk peninggalan atau sumber sejarah.
Dari pernyataan tersebut dapat diambil manfaat dengan mempelajari sejarah adalah untuk lebih berhati-hati dalam mengambil sikap atau langkah agar
kegagalan di masa lalu tidak terulang kembali. Sejarah juga mengajarkan tentang nilai-nilai kearifan yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk sikap, watak dan
kepribadian peserta didik serta dapat melatih kecerdasan. Kenyataan yang terjadi pada saat ini bahwa dalam proses pembelajaran
sejarah menunjukkan bahwa pelajaran sejarah kurang diminati oleh siswa, rendahnya kreativitas siswa, dan kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Selain itu, guru menganggap proses pembelajaran dilakukan dengan pemindahan dari guru kepada siswa dengan metode konvensional yaitu
2
ceramah. Dimana guru hanya menjelaskan dan siswa hanya mendengarkan tanpa ada komunikasi yang berlangsung dua arah. Dalam pembelajaran konvensional
siswa kurang dapat menunjukkan keaktifannya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sejarah yang cenderung bersifal hafalan menjadikan
pembelajaran sejarah terasa kering, kurang menarik, dan tidak memberi kesempatan kepada siswa aktif dalam pembelajaran sehingga mata pelajaran ini
dianggap sulit dan membosankan. Oleh karena itu, siswa tidak mampu memahami fakta sejarah hanya bertahan menjadi ingatan historis semata yang tidak akan
bertahan lama. Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran sejarah
berlangsung terlihat bahwa tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih terlihat belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari 39 siswa hanya sekitar 8
siswa yang aktif bertanya dan memperhatikan materi yang disampaikan guru dalam pembelajaran. Disamping itu, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
masih rendah hal ini ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar siswa kelas XI IPS 4 dalam ujian semester gasal hanya 43,6 yang mencapai ketuntasan.
Dalam pengamatan yang telah dilakukan menyatakan bahwa guru harus mengubah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Metode dan model baru sangatlah dibutuhkan, dimana siswa dituntut untuk aktif dan terkondisinya guru dalam
memberikan fasilitas pembelajaran. Kedua hal tersebut saling berkaitan, karena ketika guru menyampaikan materi dalam situasi yang kondusif maka siswa akan
termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya keaktifan siswa
3
dapat menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif, demikian seterusnya sehingga proses pembelajaran akan berkesinambungan secara aktif dan
kondusif. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa diperlukan sebuah model
pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan keaktifan siswa. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial Ibrahim, 2000: 7. Dalam pembelajaran kooperatif dikenal
berbagai model-model pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe Team Assisted Individualization
. Model pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan penggunaan bauran empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik, Team Assisted
Individualization menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran
individual Slavin, 2010: 14. Dengan menggunakan model ini, maka keaktifan siswa dapat ditumbuhkan dan siswa dapat memahami materi melalui kerjasama
kelompok. Melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization siswa diajak untuk belajar mandiri, dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya
dalam mendapatkan informasi ilmiah yang dicari, dilatih menjelaskan hasil temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah sehingga
diharapkan dapat berpikir aktif dan kreatif. Dalam model pembelajaran Team Assisted Individualization, guru
membentuk beberapa kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen
4
untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan memberi bantuan secara individu bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization materi revolusi indutri di kelas XI IPS 4 di SMA Negeri 2 Bae Kudus pada tahun
pelajaran 20102011. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul proposal “Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Dan Hasil Belajar Sejarah Kelas XI IPS 4 Di Sma Negeri 2 Bae Kudus
Tahun Ajaran 20102011”.
B. Rumusan Masalah