1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan olahraga merupakan salah satu bentuk dari pendidikan secara umum. Dalam proses pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan. Olahraga
memegang peran yang sangat penting karena di dalam materi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dapat secara langsung mengembangkanmembina fisik
agar sehat dan kuat. Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara jasmani dan rohani. Pandangan tersebut mengarahkan bahwa
pelaksanaan pendidikan haruslah ditujukan pada manusia yang merupakan satu kesatuan tersebut. Sehingga pendidikan olahraga merupakan unsur mutlak penting
yang harus diperhatikan, karena sebagai faktor penentu keberhasilan pencapaian pendidikan itu sendiri. Aip Sarifudin, 19921993: 1
Tujuan umum pendidikan jasmani SD adalah memacu pada pertumbuhan jasmani, mental, emosional, dan sosial selaras dalam upaya membentuk dan
mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai sikap dan kebiasaan hidup sehat Aip Sarifudin, 19921993: 5.
Bola voli adalah permainan yang menyenangkan di mana mudamudi, orang dewasa, dan orang tua secara iseng-iseng ikut memantul-mantulkan bola
voli hilir mudik di udara melewati net. Kalau tidak ada net seutas tali pun bisa dipakai sebagai pemisah lapangan. Dalam lingkungan sekolah khususnya tingkat
SD, SLTP, dan SLTA cabang olahraga bola voli telah tercantum dalam kurikulum
2
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sehingga cabang olahraga ini wajib diajarkan pada lingkungan sekolah. Seperti pendapat Suharno H.P. 1982: 9
bahwa untuk mencari pemain berbakat dimulai dari usia dini dapat dilakukan atau dipantau di sekolahsekolah seperti SD, SLTP, SLTA atau pada klub-klub di
kampung. Permainan bola voli yang dilakukan di sekolah akan bermanfaat bagi diri
anak didik. Di samping itu dapat mencapai tingkat mutu permainan setinggi mungkin. Dengan demikian pengaruhnya akan lebih meresap dalam diri anak
didik maupun regu kelompok bermain, sehingga dalam diri anak didik akan timbul keinginan untuk mengisi waktu senggang degan bermain baik di dalam
maupun luar sekolah. Permainan bola voli adalah permainan beregu, di mana melibatkan lebih
dari satu orang pemain untuk berlangsungnya permainan ini dengan baik. Masing- masing pemain dari setiap regu harus memiliki keterampilan di dalam memainkan
bola serta kerja sama yang baik yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan. Upaya untuk menumbuhkan budaya olahraga dalam meningkatkan
kualitas manusia, dilakukan dengan jalan mewujudkan tujuan olahraga pendidikan yaitu mencapai sasaran Pendidikan Nasional melalui kegiatan olahraga yang telah
disusun dan dijabarkan dalam kurikulum pendidikan meliputi tujuan umum maupun tujuan khusus pendidikan.
Berorientasi pada pencapaian sasaran pendidikan, kegiatan pendidikan olahraga di SD mencakup berbagai macam cabang seperti gerak dasar, senam
iramaritmik, senam ketangkasansenam lantai, permainan bola kecil, permainan
3
bola besar, aktivitas untuk daya tahan, atletik serta kesehatan, sehingga persendian, otototot menjadi kuat, sedangkan peredaran darah menjadi lancar,
pernafasan menjadi baik, pertumbuhan maksimal dan dapat melatih pikiran untuk memecahkan masalah dengan cepat.
Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran Penjasorkes di sekolah terutama bola voli adalah terbatasnya sarana dan prasarana
pembelajaran yang tersedia di sekolah baik terbatas secara kuantitas maupun kualitas. Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara
signifikan terhadap pembelajaran Penjasorkes, karena kurang didukung oleh tingkat kemampuan, kreativitas, dan inovasi para guru Penjasorkes selaku
pelaksana khususnya dalam pengembangan model pembelajaran. Ditengarai bahwa guru Penjasorkes dalam melaksanakan proses
pembelajaran bersifat konvensional yang cenderung monoton, tidak menarik, dan membosankan, sehingga peserta didik tidak memiliki semangat dan motivasi
dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Dampak dari itu secara tidak disadari akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan penguasaan
keterampilan gerak peserta didik yang seharusnya dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan gerak seusianya.
Dengan demikian potensi peserta didik akan tidak berkembang secara optimal pada dasarnya, dan pada akhirnya kurang optimal pula dalam mendukung
dan memberi kontribusi bibitbibit atlet berpotensi yang dapat dikembangkan pada pembinaan prestasi olahraga ke depan.
4
Model pembelajaran Penjasorkes merupakan salah satu upaya membantu penyelesaian permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan selama ini, pengembangan model pembelajaran Penjasorkes yang dilakukan oleh para guru Penjasorkes dapat
membawa suasana pembelajaran yang inovatif. Dengan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berpeluang
mengeksplorasi gerak secara luas dan bebas, sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. Biarpun model pembelajaran yang ada masih terbatas dalam lingkup
lingkungan fisik di dalam sekolah, dan belum dikembangkan pada pemanfaatan lingkungan fisik di luar sekolah yang sebenarnya memiliki potensi sebagai sumber
belajar yang efektif dan efisien. Lingkungan fisik di luar sekolah yang merupakan salah satu sumber belajar
yang efektif dan efisien, selama ini belum dapat dioptimalkan oleh para guru Penjasorkes dalam mengembangkan pembelajarannya. Guru Penjasorkes masih
berkutat dalam lingkungan fisik dalam sekolah, biarpun dengan berbagai macam persoalan dan keterbatasannya. Para guru lupa bahwa lingkungan fisik di luar
lingkungan sekolah ada situasi dan kondisi yang menarik di alam bebas berupa perkebunan, persawahan, sungai, hutan, perbukitan, pantai, perumahan, dan lain-lain
yang jika dimanfaatkan secara optimal melalui model pembelajaran akan membantu para guru dalam meningkatkan pembelajaran Penjasorkes yang inovatif.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka dipandang perlu adanya model pembelajaran Penjasorkes dengan pendekatan atau memanfaatkan
lingkungan fisik di luar sekolah, sebagai wahana penciptaan pembelajaran
5
Penjasorkes yang inovatif, sehingga menjadikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan
peserta didik. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti “Model
Pembelajaran Passing Bawah dalam Bola Voli melalui Pendekatan Lingkungan Kebun pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang”.
1.2 Perumusan Masalah