Evaluasi pengelolaan perikanan cucut dan pari

pola pengelolaan yang dapat menjaga sumberdaya cucut dan pari dari kepunahan sangat dibutuhkan Anderson, 1990; Haff dan Musick, 1990. Kepedulian internasional terhadap Elasmobranchii direfleksikan dalam kenyataan oleh Badan Pangan dan Pertanian PBB FAO yang telah mengembangkan IPOA International Plan of Action mengenai cucut dan pari. Rencana tersebut mengharuskan negara-negara yang melakukan penangkapan elasmobranchii untuk melaksanakan pengkajian secara reguler terhadap sumberdaya ini, dan bila perlu mengambil langkah-langkah pengelolaan untuk melindungi spesies atau stok yang terancam keberadaannya FAO,2000. Bab ini merupakan pembahasan menyeluruh terhadap aspek teknologi dan biologi. Pembahasan difokuskan pada pengelolaan perikanan cucut dan pari di Laut Jawa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada periode waktu mulai Mei 2001 sampai Desember 2004. Dalam bab ini disajikan sejumlah langkah pilihan opsi rencana aksi plan of action pengelolaan perikanan cucut dan pari secara bertanggung jawab dan berkelanjutan yang berlandaskan studi ilmiah dari aspek teknologi penangkapan, biologi reproduksi dan bilogi sumberdaya di Laut Jawa.

7.2 Evaluasi pengelolaan perikanan cucut dan pari

Pengelolaan dalam arti perhatian terhadap perikanan cucut dan pari di Indonesia sebenarnya telah lama dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan tercatatnya hasil tangkapan cucut dan pari dalam statistik perikanan Indonesia sejak tahun 1975. Dalam statistik perikanan, ikan cucut dan pari dimasukan dalam kelompok ikan demersal, walaupun dalam kenyataan ikan cucut dan pari banyak yang hidup dipermukaan perairan pelagis. Sampai saat ini, statistik perikanan Indonesia masih mencatat ikan ini dalam dua jenis, yaitu cucut dan pari. Pada perkembangan pengetahuan terkini, cucut dan pari memiliki banyak jenis seperti ikan bertulang sejati, dan di Laut jawa tercatat 77 jenis cucut dan pari Bab 4. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelajutan dan sekaligus mengatasi berbagai konflik dibidang perikanan laut, pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan berbagai bentuk peraturan. Walaupun peraturan itu tidak langsung berkaitan dengan sumberdaya cucut dan pari, namun karena alat tangkap dan daerah penangkapannya bersinggungan dengan komoditas cucut dan pari, maka peraturan tersebut juga berdampak pada komoditas ini. Sebagai contoh, pelarangan pukat harimau trawl juga mempengaruhi keberadaan sumberdaya cucut dan pari, karena alat ini juga menangkap cucut dan pari sebagai hasil tangkapan sampingan yang cukup signifikan. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah Republik Indonesia dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1. Surat Keputusan Menteri Pertanian No.2KptsUm11975 tanggal 2 Januari 1975 yang khusus berlaku di perairan Irian Jaya Laut Arafura yang menetapkan pembinaan kelestarian kekayaan yang terdapat dalam sumber perikanan di daerah tersebut serta menutup bagi semua kegiatan penangkapan pada perairan sampai kedalaman isobath 10 m. Surat Keputusan ini dapat berfungsi untuk melindungi kelangsungan hidup cucut dan pari muda dan kelestarian habitatnya. 2. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 123KptsUm31975 tentang pengelolaan dan pelestarian sumber perikanan. Dalam hal ini menteri pertanian dapat menetapkan peraturan tentang penutupan daerahmusim tertentu dan pengendalian kegiatan penangkapan. Surat Keputusan ini dapat berfungsi untuk menutup area pemijahan atau asuhan ikan cucut dan pari muda pada musim tertentu, sehingga memberi kesempatan ikan cucut dan pari untuk tumbuh dan berkembang biak. 3. Pembinaan kelestarian daerah asuhan udang hutan mangrove tertuang dalam Instruksi Menteri Pertanian No. 13ins.Um11975 yang mengatur tentang pembinaan perikanan yang berhubungan dengan hutan mangrove dilakukan oleh Dinas Perikanan setempat dengan berkonsultasi dengan Dinas Kehutanan setempat. Selain itu SKB Menteri Pertanian dam Kehutanan No. 082Kpts-II1984 dan KB.550246Kpts41984 yang mengatur tentang jalur hijau hutan pantai yang berfungsi sebagai pelindung pantai dan berpijahnya biota laut. Surat Keputusan ini dapat berfungsi untuk menutup area ikan cucut dan pari muda dan dewasa yang hidup di sekitar hutan mangrove, sehingga memberi kesempatan ikan cucut dan pari untuk tumbuh dan berkembang biak. 4. Untuk menghindari konflik sosial dan menjamin kelestarian sumberdaya udang dikeluarkan KEPPRES No. 391980 tentang penghapusan trawl di perairan Indonesia. Surat Keputusan ini dapat berfungsi untuk mengurangi tekanan penangkapan cucut dan pari dari hasil tangkapan sampingan trawl, sehingga memberi kesempatan ikan cucut dan pari untuk tumbuh dan berkembang biak. 5. Untuk menjamin kelestarian sumberdaya ikan serta menghindari konflik dikeluarkan KEPPRES No. 851982 tentang penggunaan pukat udang di perairan Kai, Tanimbar, Aru, Irian Jaya dan laut Arafura dengan batas koordinat 130ยบ BT ke Timur. Surat Keputusan ini dapat berfungsi untuk mengurangi tekanan penangkapan cucut dan pari dari hasil tangkapan sampingan trawl, terutama jenis pari Urolophus kaianus yang banyak terdapat di perairan Kai. 6. Undang-undang Republik Indonesia nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan yang menyebutkan pengelolaan sumberdaya perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Undang-undang ini dapat berfungsi untuk pengelolaan sumberdaya ikan cucut dan pari secara berkelanjutan, melalui pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, dan alokasi sumberdaya ikan.

7.3 Konsep Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari Secara Berkelanjutan di Laut Jawa