Rumusan permasalahan Pemanfaatan dan pengelolaan perikanan cucut dan pari (Elasmobranchii) di Laut Jawa

Widodo, 2001. Definisi pengelolaan perikanan menurut FAO 1997 adalah proses terpadu menyangkut pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, pengalokasian sumberdaya dan perumusan serta pelaksanaan, dan apabila diperlukan dengan penegakan hukum. Pengelolaan perikanan juga bertujuan menentukan tingkat hasil tangkapan yang berkelanjutan dalam jangka panjang - long term sustainable Purwanto, 2003. Selanjutnya langkah-langkah yang berkaitan dengan pengelolaan perikanan mencakup kegiatan mengumpulkan data dasar mengenai biologi, teknologi, ekonomi dan sosial tentang perikanan. Data yang telah diperoleh tersebut ditransfer kedalam bentuk informasi yang berguna untuk pembuatan berbagai keputusan pengelolaan. Statistik perikanan Indonesia selama sebelas tahun terakhir 1991–2002 menunjukkan produksi ikan cucut dan pari nasional mengalami fluktuasi antara 47000 ton sampai 105.000 ton, dan hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1999 105.000 ton. Secara umum hasil tangkapan per satuan upaya CPUE mengalami penurunan dari tahun-ke tahun. Sejak tahun 1975 sampai sekarang, statistik perikanan Indonesia mencatat cucut dan pari hanya dalam dua jenis, sedangkan kenyataanya jumlah jenis cucut dan pari mencapai 75 spesies. Kegiatan penangkapan cucut dan pari berlangsung sepanjang tahun. Musim penangkapan secara spesifik belum dapat di tentukan kecuali berdasarkan data bulanan produksi ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Sebagai contoh, puncak penangkapan cucut di Cirebon dan Brodong adalah bulan April. Pemanfaatan dan pengelolaan perikanan cucut dan pari di Laut Jawa membutuhkan sejumlah informasi dasar. Hal ini dapat dilakukan melalui sejumlah penelitian dengan proses pendekatan penyusunan rencana pengelolaan perikanan cucut dan pari di Laut Jawa yang didasari kajian ilmiah dari teknologi penangkapan yang berkelanjutan, biologi reproduksi cucut dan pari, dan biologi sumberdaya cucut dan pari.

1.2 Rumusan permasalahan

Kegiatan pemanfaatan penangkapan sumberdaya cucut dan pari Elasmobranchii di perairan Laut Jawa sudah berkembang sejak tahun 1970. Walaupun cucut dan pari adalah hasil tangkapan sampingan, namun tingkat pemanfaatannya sudah intensif Widodo, 2000. Hal ini terlihat dari hasil tangkapan per satuan upaya CPUE, dan penurunan produksi Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005. Selain itu, telah terjadi penurunan keanekaragaman sumberdaya yang ditandai dengan hilangnya jenis Pristidae. Diantara berbagai produk perikanan, jenis cucut dan pari umumnya memiliki nilai ekonomi rendah, khususnya dilihat dari pemanfaatan daging ikan. Ancaman kepunahan ternyata bukan hanya untuk cucut dan pari, tetapi juga jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ancaman ini serius untuk cucut dan pari, mengingat waktu pemulihan sumberdaya ini akan sangat panjang dan mahal Musick, 1999. Berbagai dokumentasi tentang kasus kepunahan jenis cucut dan pari misalnya cucut jenis Lamna nasus di perairan Atlantik Utara Anderson, 1990; Campana et al., 2001, cucut jenis Galeorhinus galius di California dan Australia, cucut botol Squalus acanthias di Laut Utara dan British Colombia Holden, 1968; Ketchen, 1986; Hoff dan Musick, 1990, dan beberapa jenis cucut di pantai Timur Amerika Musick et al., 1993; NMFS, 1999. Berbagai alasan penurunan sumberdaya cucut dan pari dari perikanan, mulai dari penurunan stok sampai kendala ekonomi atau pemasaran Ketchen, 1986; Myklevoll, 1989; Bonfil, 1994. Pada umumnya pemulihan sumberdaya cucut dan pari memerlukan waktu yang panjang, sebagai gambaran perikanan cucut di perairan California yang tidak dapat pulih kembali setelah 50 tahun yang lalu mengalami kepunahan akibat penangkapan yang berlebihan Musick, 2003. Indonesia merupakan negara yang paling banyak menangkap cucut dan pari yang didaratkan 100 000 ton dengan nilai ekspor produk cucut sebesar US 13 juta FAO, 2000. Meskipun demikian tidak tersedia data yang terpercaya atas komposisi spesies hasil tangkapan tersebut Widodo, 2000. Nelayan hampir memanfaatkan seluruh bagian dari Elasmobranchii, misalnya daging untuk konsumsi, sirip untuk komoditas ekspor, kulit untuk disamak, tulang untuk bahan lem, bahkan sebagai penghambat pertumbuhan sel ganas dalam tubuh manusia Hak, 1993; Irianto, 1993; Nasran, 1993. Walaupun ikan cucut dan pari Elasmobranchii merupakan komoditas yang telah lama ditangkap di Laut Jawa, namun informasi yang akurat tentang keberadaan sumberdayanya ternyata belum banyak diketahui. Hal ini menyulitkan bagi penentu kebijakan didalam melakukan pengelolaan. Permasalahan yang telah dirumuskan, dan berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya cucut dan pari di Laut Jawa, antara lain: 1 Minimnya data jenis dan komposisi hasil tangkapan cucut dan pari 2 Kurangnya data hasil tangkapan yang akurat 3 Terbatasnya dokumentasi mengenai daerah dan musim penangkapan 4 Sedikitnya evaluasi terhadap teknologi penangkapan yang berwawasan lingkungan dari perikanan ini 5 Sedikitnya informasi dan data biologi spesies dan informasi parameter populasi jenis ikan ini 6 Terbatasnya pengkajian stok stock assessment untuk perikanan ini 7 Belum dilakukan perencanaan pengelolaan perikanan cucut dan pari di Laut Jawa. Sejumlah permasalahan tersebut akan dicoba diatasi melalui penelitian ini. Pendekatan yang digunakan adalah pengkajian aspek biologi dan teknologi perikanan cucut dan pari di Laut Jawa. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum