Konsep Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari Secara Berkelanjutan di Laut Jawa

7.3 Konsep Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari Secara Berkelanjutan di Laut Jawa

Konsep pengelolaan perikanan cucut dan pari secara berkelanjutan adalah bertujuan untuk memastikan sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tetap memperhatikan dan menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungannya. Berdasarkan sintesa dari hasil analisis karakteristik teknologi penangkapan, biologi reproduksi, biologi sumberdaya, dan pemanfaatan hasil tangkapan, menunjukan bahwa konsep pengelolaan perikanan cucut dan pari harus bersifat konservasi perlindungan dan tegas. Konsep pengelolaan perikanan cucut dan pari di Laut Jawa secara berkelanjutan tersebut harus mempunyai beberapa kriteria yaitu: 1. Pembatasan Jenis dan Ukuran Ikan Terkecil 2. Pengaturan Ukuran Mata Jaring atau Pancing 3. Pembatasan Jumlah Penangkapan 4. Pembatasan Alat Penangkapan 5. Kuota Hasil Penangkapan 6. Pembatasan Upaya Penangkapan 7. Penutupan daerah dan musim penangkapan Konsep pengelolaan perikanan cucut dan pari yang bersifat konservasi perlindungan dan tegas, sudah pasti harus dilandasi fakta dan kajian ilmiah. Atas dasar pertimbangan apa kriteria itu dibuat, apa tujuan kriteria itu, dan sejauh mana efektifitas kriteria tersebut bila diterapkan, semua pertanyaan itu akan dijelaskan secara detail sebagai berikut. Pembatasan jenis dan ukuran ikan terkecil Hasil sintesa dari berbagai studi jenis dan komposisi cucut dan pari di Laut Jawa menunjukan bahwa komoditas ini memiliki banyak jenis, dan banyak kasus tertangkapnya ikan dalam usia muda atau sedang masa berkembang biak Bab 4 dan 6. Sebagai contoh, bubu yang dioperasikan di perairan karang banyak menangkap ikan pari dalam ukuran sangat kecil sebaiknya bubu dibatasi. Pembatasan jenis dan ukuran ikan cucut dan pari terkecil bertujuan untuk melindungi komoditas ini dari ancaman kepunahan akibat kelebihan tangkap penambahan baru recruitment over fishing . Pengontrolan jenis dan ukuran ikan cucut dan pari pada saat pertama kali ditangkap dengan menentukan jenis dan ukuran minimum yang boleh didaratkan mungkin kurang efektif, dan merangsang praktek-praktek memusnahkan dan membuang kembali ke laut ikan-ikan yang jenis dan ukurannya di larang. Walaupun demikian, peraturan tersebut dapat membantu dalam menegakkan peraturan lain seperti penutupan daerah penangkapan. Peraturan ini mungkin akan lebih efektif jika pemasaran ikan dari jenis dan ukuran cucut dan pari tertentu yang telah ditetapkan juga dilarang. Pengaturan ukuran mata jaring atau pancing Dari lima jaring yang menangkap pari, hanya jaring liongbun yang memiliki ukuran sesuai dengan ikan cucut dan pari, Jaring lainnya berukuran kecil. Selanjutnya analisis sembilan alat tangkap cucut dan pari terhadap ekosistem memberikan indikasi alat tersebut tidak ramah lingkungan Bab 5. Dan analisis makanan menujukan bahwa ikan cucut cenderung memangsa umpan baik yang dipasang pada pancing maupun bubu Bab 6. Pengaturan ukuran mata jaring dan mata pancing dimaksudkan untuk meloloskan individu-individu ikan yang berukuran kecil muda dari suatu stok. pengaturan ukuran mata jaring dimaksudkan untuk meloloskan individu-individu ikan yang berukuran kecil muda, dan pengaturan mata pancing diarahkan dalam memanfaatkan umpan sehingga lebih efektif untuk menangkap jenis dan ukuran tertentu. Jika pengaturan ukuran mata jaring dan mata pancing telah menjadi pilihan, beberapa faktor berikut perlu diperhatikan adalah pendugaan pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dalam penentuan efektivitas penegakan peraturan. Pembatasan jumlah penangkapan Pembatasan jumlah penangkapan ini didasari oleh hasil kajian penelitian ini yang menunjukan kecenderungan penurunan hasil tangkapan cucut dan pari di Laut Jawa. Selanjutnya studi ini juga menjelaskan adanya penurunan hasil tangkapan per satuan upaya dari alat yang menangkap cucut, serta hilangnya pari jenis Pristidae dari Laut Jawa Bab 5 dan 6. Selain itu, penangkapan ikan cucut dan pari sangat tergantung dari nilai harga permintaan pasar, sehingga pada kondisi tertentu jenis ikan ini akan menjadi buraun bagi nelayan. Metode pembatasan jumlah penangkapan ini adalah mempersingkat musim penangkapan, mengurangi daerah penangkapan yang dibuka, menggunakan alat dan metode yang kurang efisien, penentuan kuota hasil tangkapan, pembatasan jumlah kapal atau izin penangkapan dan pembatasan modal. Karena kelimpahan stok sangat bervariasi yang tergantung faktor lingkungan, manajer harus diberi informasi peramalan terakhir jika ia harus mengontrol tekanan penangkapan dan mencegah kelebihan tangkap penambahan baru recruitment over-harvest. Manajer juga harus cepat menyadari setiap perubahan dari upaya penangkapan atau praktek-praktek lain yang mungkin mempengaruhi total hasil tangkapan. Manajer harus mempertimbangkan dampak sosial-ekonomi karena pengurangan efisiensi nelayan terutama selama periode meningkatnya biaya operasional dan pengolahan. Pada saat ini pembatasan jumlah tangkapan yang paling terbaik adalah mempertahankan jumlah armada penangkapan yang ada dan memantau hasil tangkapan per satuan upaya. Pembatasan alat penangkapan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pancing rawai menangkap cucut dalam jumlah palling tinggi, jaring arad menangkap pari dalam jumlah terbanyak, bubu menangkap pari dalam ukuran yang kecil, dan ikan cucut dan pari memliki laju pertumbuhan yang rendah, hasil ini menunjukan bahwa pembatasan alat tangkap ini perlu dilakukan Bab 5,6 dan 7. Hasil tangkap dapat dikurangi dengan membatasi efisiensi unit penangkapan yang ada dengan syarat nelayan tidak meningkatkan upaya penangkapannya. Metode yang biasa digunakan adalah pembatasan ukuran trawl atau melarang penggunaan trawl di daerah tertentu. Di seluruh perairan Indonesia penggunaan trawl telah dilarang untuk melindungi nelayan tradisional. Tindakan tersebut sudah tentu memberikan dampak sosial ekonomi yang besar. Pembatasan alat tangkap belum bisa dilakukan untuk perikanan cucut dan pari, mengingat banyak alat tangkap yang menangkap ikan cucut dan pari bukan sebagai target penangkapan. Kuota hasil penangkapan Menurunnya produksi cucut dan pari di Laut Jawa, dan hilangnya salah satu jenis pari, banyaknya tangkapan cucut yang hanya diambil siripnya dan dagingnya dibuang kelaut pada perikanan rawai tuna, ini mengidikasikan bahwa pengelolaan perikanan ini melalui kuota hasil tangkapan sangat dibutuhkan Bab 5 dan 6. Kuota terhadap total hasil tangkapan tahunan sering dilakukan untuk hewan air yang umurnya panjang cucut, pari, paus, halibut, cod, sehingga kuota terhadap hasil tangkapan cucut dan pari sangat baik diterapkan. Kuota tahunan akan mengontrol kematian karena penangkapan, tetapi mungkin akan merangsang nelayan untuk menangkap secara intensif pada waktu musim penangkapan karena khawatir jumlah kuota sangat dibatasi. Metode ini memerlukan tingkat pemantauan yang tinggi agar penegakan hukum dapat efektif. Sampai saat ini kuota hasil tangkapan belum bisa dilakukan untuk perikanan cucut dan pari, mengingat keterbatasan sistem pendataan yang ada. Pembatasan upaya penangkapan Pembatasan upaya penangkapan didasari oleh hasil studi yang menunjukan turunnya hasil tangkapan per satuan upaya CPUE untuk perikanan cucut dan pari di Laut Jawa. Walaupun metode pengelolaan lain seperti kuota penangkapan dapat mencapai maksud-maksud biologi, tapi kontrol langsung terhadap upaya penangkapan atau kapasitas armada penangkapan kelihatannya masih perlu untuk merealisasikan keuntungan ekonomi yang nyata yang dapat diperoleh dari pengelolaan yang efektif. Metode ini kelihatannya juga dapat memberikan cara pengalokasian sumberdaya diantara kelompok pemakai yang berbeda-beda. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan suatu tingkat upaya penangkapan tertentu adalah mempertahankan stok pada tingkat produktivitas yang ditentukan, menekan biaya seminimum mungkin, dan memperoleh dukungan dari nelayan yang diatur. Beberapa cara yang dapat membatasi upaya penangkapan adalah kuota, pembatasan izin penangkapan, pelaksanaan undang-undang perikanan, penetapan pajak serta biaya izin penangkapan yang tinggi. Kuota penangkapan selain tidak menguntungkan seperti disebutkan di atas juga memerlukan tingkat penegakan hukum dan pengawasan yang tinggi agar efektif terutama pada perikanan skala besar. Upaya penangkapan yang optimum masih sulit diperoleh, cara terbaik pembatasan upaya penangkapan adalah mempertahankan izin penangkapan yang telah berlaku. Penutupan daerah dan musim penangkapan Tindakan ini terutama dimaksudkan untuk memelihara siklus pertumbuhan ikan cucut dan pari, agar tidak terjadi pemutusan terhadap siklus yang dapat mengakibatkan penurunan populasi dan kepunahan satu atau beberapa jenis tersebut. Tindakan ini terutama ditujukan untuk membatasi efisiensi penangkapan, dan hanya akan efektif bila dilakukan secara simultan dengan pembatasan terhadap ukuran, jumlah serta kekuatan mesin kapal. Penutupan musim penangkapan tidak boleh berjalan terlalu lama, sebab akan menimbulkan masalah ketenagakerjaan bagi nelayan yang mata pencahariannya tergantung sepenuhnya pada kegiatan penangkapan. Penutupan daerah penangkapan merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh relatif terbatas terhadap pembatasan upaya penangkapan. Penerapan tindakan ini pada umumnya dapat berupa penutupan terhadap berlakunya suatu jenis alat tangkap tertentu, misalnya jaring arad pada kedalaman atau jarak tertentu dari pantai. Dalam prakteknya, pelaksanaan peraturan penutupan daerah penangkapan kadang-kadang akan merupakan problema yang sulit diatasi tanpa adanya patrolipengawasan yang efisien. Penutupan daerah dan musim penangkapan sulit dilakukan, mengigat cucut dan pari merupakan target spesies yang kini diburu nelayan nilai ekonomisnya tinggi. 7.4 Sejumlah Langkah Rencana Aksi plan of action Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari Secara Berkelanjutan di Laut Jawa Permasalahan paling mendasar yang belum dirperhatikan secara serius adalah pendataan sumberdaya ikan cucut dan pari. Statistik perikanan baik propinsi maupun nasional, hanya mencatat sumberdaya ikan cucut dan pari hanya dalam dua jenis saja. Padahal diketahui bahwa kedua sumberdaya tersebut terdiri banyak jenis, cucut dan pari yang diidentifikasi di perairan Laut Jawa, terdiri dari 7 ordo, 18 Famili , 31 Genus, dan 77 jenis ikan. Cucut memiliki 3 ordo, 10 Famili , 15 Genus, dan 35 jenis ikan, Sedangkan ikan pari terdiri dari 4 ordo, 9 Famili , 16 Genus, dan 42 jenis ikan. Melihat kenyataan keberadaan sumberdaya ikan cucut dan pari tersebut, maka sejumlah langkah rencana aksi plan of action yang harus dikerjakan adalah: 1 Memperbaiki cara pengumpulan data dan penyajian statistik dimana sumberdaya ikan pari dan cucut dipilah berdasarkan spesies, paling tidak untuk 10 spesis dominan. 2 Pengembangan alat tangkap dengan target spesies ikan pari dan cucut harus dipilih alat tangkap yang selektif yaitu jaring liongbun dan pancing senggol dengan daerah penangkapan di perairan off shore. 3 Penyusunan regulasi yang mengatur jenis dan batas minimal ukuran ikan yang tertangkap. Jika jenis dan ukuran ikan cucut dan pari yang tertangkap masih muda dan masih hidup, maka wajib dikembalikan ke laut. 4 Merintis wisata bahari dengan objek tontonan ikan cucut dan pari di daerah tertentu. Hal ini dapat mengambil contoh di Pinang Malaysia, Maladewa atau di Australia.

7.5 Penutup