Aliran Kontuktivisme Teori Belajar .1 Aliran Behaviorisme Tingkah laku

hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan diorganisasi secara kognitif. Selanjutnya, keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada keaktifan siswa dalam merespon dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Sehingga, pembelajaran diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi siswa sehingga perubahan perilaku yang disadari dan bersifat tetap tersebut dapat mengarahkan siswa pada hal-hal yang lebih baik.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran karena sistem pembelajarannya adalah menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Dalam pendidikan, pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran yaitu bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan permasalahan secara bersama-sama, membantu siswa untuk saling bertukar pengetahuan, pemikiran dan pengalaman sehingga diperolah suatu pengetahuan yang baik dan benar. Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham kontuktivis. Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pada saat menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pada cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai pelajaran Isjoni, 2014: 12. Berdasarkan pendapat dari Isjoni tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran memberikan dampak yang baik terhadap kualitas interaksi dan komunikasi dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan dalam pelajaran IPS khususnya, jika diterapkan pembelajaran kooperatif, siswa dapat lebih aktif selama mengikuti pelajaran tersebut. Selanjutnya menurut Suprijono 2014: 54, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Hal ini sejalan dengan Depdiknas 2003: 5 yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran kooperatif lebih terpusat kepada siswa sebagai subjek dan objek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sehingga siswa dapat lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.

2.1.5 Model Pembelajaran

Menurut Trianto 2010: 52, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan oleh pengajar atau guru untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatapmuka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan materi atau perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku- buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum sebagai kursus untuk belajar. Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan. Menurut Agus 2010: 46 Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran menurut Rusman 2012: 136 memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis. b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pembelajaran d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1 urutan langkah- langkah pembelajaran Syntax; 2 adanya prinsip-prinsip reaksi; 3 sistem sosial; dan 4 sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.