Kehilangan Air

II.2 Kehilangan Air

II.2.1 Definisi Kehilangan Air

Kehilangan air merupakan permasalahan universal dan permasalahan ini muncul di negara maju dan negara berkembang. Kehilangan air didefinisikan terjadi dalam 2 cara mendasar (Thornton, 2008): - Air yang hilang dari sistem distribusi melalui pipa, joints, dan fittings; kebocoran

dari reservoir dan tangki; limpahan reservoir; dan open drain atau sistem blow off yang tidak bagus. Kehilangan air seperti ini disebut kehilangan air teknis (real losses).

- Air yang secara hilang bukan secara fisik tapi tidak menghasilkan keuntungan karena berhubungan dengan ketidakakuratan pada meter pelanggan, data konsumsi yang eror, atau segala bentuk dari pencurian atau penggunaan ilegal yang disebut dengan kehilangan komersial/non-teknis (apparent losses).

Jumlah dari kehilangan air teknis dan non-teknis ditambah konsumsi resmi yang tidak terbayar disebut dengan nonrevenue water (NRW) berdasarkan standar metodologi keseimbangan air International Water Association (IWA). World Bank memperkirakan bahwa jumlah NRW dunia mencapai 48,6 juta m3/tahun dan volume kehilangan air teknis (kebocoran) yang terjadi di negara berkembang cukup untuk menyediakan air kira-kira 200 juta orang. Secara sederhana, permasalahan kehilangan air dan keuntungan adalah (Thornton, 2008) : - Teknikal : tidak semua air yang disediakan oleh perusahaan air minum mencapai

pelanggan. - Finansial : tidak semua air yang mencapai pengguna akhir terukur secara tepat

atau terbayarkan. - Terminologi : definisi standar dari kehilangan air dan keuntungan adalah penting untuk menghitung dan mengontrol kehilangan.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kehilangan air merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu sistem penyediaan air, baik terhadap PDAM maupun terhadap konsumen. Dengan adanya kehilangan air maka pihak PDAM akan menderita kerugian secara ekonomi dan finansial, sedangkan kerugian yang diderita pihak konsumen adalah terganggunya kapasitas dan kontinuitas pelayanan.

II.2.2 Kerugian Akibat Kehilangan Air

Adanya kehilangan air dapat mengakibatkan kerugian baik bagi PDAM maupun bagi konsumen. Secara garis besar kerugian akibat kehilangan air dapat dikelompokkan menjadi :

1. Kerugian dari segi kuantitas (Debit) Dengan adanya kehilangan air, maka jumlah air yang dapat digunakan oleh konsumen menjadi berkurang.

2. Kerugian dari segi tekanan Adanya kehilangan air (khususnya akibat kebocoran pada pipa distribusi dan adanya sambungan yang tidak tercatat/illegal connection) dapat mengakibatkan berkurangnya tekanan air yang dialirkan ke konsumen.

3. Kerugian dari segi kualitas air Jika ada kebocoran air, maka pada saat pipa tidak terisi air atau terjadi tekanan negatif (siphon) ada kemungkinan kotoran dari luar pipa masuk ke dalam pipa, sehingga air yang ada di dalam pipa terkontaminasi oleh kotoran dari luar pipa tersebut.

4. Kerugian dari segi keuangan (Ekonomi) Akibat dari adanya kehilangan air ini maka akan mengakibatkan kerugian dari segi keuangan bagi Perusahaan Air Minum. Dengan adanya kehilangan air ini maka biaya produksi per meter kubik air akan meningkat dan pendapatan hasil penjualan air akan berkurang, sehingga secara keseluruhan keuntungan yang didapat Perusahan Air Minum akan mengecil.

II.2.3 Manfaat Pengendalian Kehilangan Air

Manfaat utama pengendalian NRW diperoleh dari penghematan ekonomi atau pendapatan yang semakin meningkat oleh karena itu pelaksanaan pengukuran pengendalian NRW pada umumnya hanya berguna apabila keuntungan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari pada biaya pelaksanaan pengukuran pengendalian kebocoran itu sendiri. Maka besarnya manfaat ekonomi yang dihasilkan dari aplikasi pengukuran pengendalian NRW akan memberikan dua sumber yang terpisah, sumber-sumber ini menghasilkan keuntungan, yakni Penurunan biaya operasi tahunan dan Penundaan pola modal atau bagian pola modal diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan (sumber, reservoir, pekerjaan penjernihan instalasi, pipa dan lain sebagainya).

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45