Pengendalian Kehilangan Air dengan Zoning / DMA

II.4 Pengendalian Kehilangan Air dengan Zoning / DMA

Pembentukan zona jaringan distribusi bertujuan untuk meminimalkan kesulitan penanganan apabila terjadi gangguan pada sistem pengaliran di jaringan distribusi serta mempermudah dalam pemeliharaan dan menekan tingkat NRW yang terjadi. Langkah ini biasa disebut dengan konsep District Meter Area (DMA). Untuk memudahkan pengendalian, tiap Zona dapat terbagi lagi atas beberapa Sub Zona (Sub DMA). Sub Zona merupakan bagian-bagian kecil dari Zona yang berfungsi untuk memonitor keadaan jaringan secara lebih detil. Zona dibentuk dengan memberikan batas-batas yang jelas antar zona, sehingga jaringan di dalam zona menjadi stabil terhadap pengaruh dan gangguan dari luar (zona lain). Aliran masuk dan keluar dari zona dapat diketahui dengan jelas, dan zona dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diisolasi. (Tanjung, 2015)

Oleh karena itu terdapat beberapa valve isolasi di dalam suatu zona. Pada pipa masuk dan keluar zona terdapat water meter zona yang sering juga disebut Water Meter District. Water meter tersebut berfungsi sebagai alat ukur konsumsi air zona Oleh karena itu terdapat beberapa valve isolasi di dalam suatu zona. Pada pipa masuk dan keluar zona terdapat water meter zona yang sering juga disebut Water Meter District. Water meter tersebut berfungsi sebagai alat ukur konsumsi air zona

Adapun keuntungan pembentukan zona (DMA) ialah sebagai berikut :

1. Mempermudah monitoring pemakaian air oleh pelanggan yang dicocokkan dengan meter induk zona atau blok monitoring (sub zona), sehingga dapat cepat diketahui tingkat kebocoran di setiap zona atau blok.

2. Mempermudah pencarian kebocoran pipa distribusi karena areal monitoringnya terbagi menjadi zona-zona atau blok dengan jumlah pelanggan lebih kurang 500 – 1.000 pelanggan.

3. Diharapkan dengan dibentuknya areal distribusi menjadi zona –zona atau blok, tekanan dan suplai air akan merata.

4. Mempermudah penjadwalan penggantian meter produksi, meter induk dan meter pelanggan.

5. Mempermudah pelacakan sambungan liar (illegal conection).

Sementara itu, pembentukan zona (DMA) juga memiliki kerugian, yaitu membutuhkan biaya yang besar untuk investasi penambahan banyak valve dan accesories zonasi, serta biaya perawatan yang besar. Selain faktor hidrolis, pada prinsipnya batasan zona ditetapkan berdasarkan faktor-faktor kemudahan dalam pelaksanaan pengendalian kehilangan air dan juga pelaksanaan maintenance lainnya. Waktu dan tenaga dalam operasional pengendalian NRW menjadi pertimbangan pokok dalam menyusun rencana zona. Setiap zona yang telah terbentuk harus terisolasi dengan zona yang lain dan masing-masing zona akan dilayani melalui meter distrik zona. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan batas zona antara lain (Melinda, 2012) :

1. Ukuran Zona Faktor yang dominan dalam penentuan ukuran zona adalah pertimbangan waktu dan kemampuan team pengendalian NRW beserta peralatannya untuk melaksanakan pengendalian dalam satu zona. Dalam menentukan ukuran zona 1. Ukuran Zona Faktor yang dominan dalam penentuan ukuran zona adalah pertimbangan waktu dan kemampuan team pengendalian NRW beserta peralatannya untuk melaksanakan pengendalian dalam satu zona. Dalam menentukan ukuran zona

2. Batas Zona Menentukan batas zona sangat fleksible, namun sedapat mungkin memanfaatkan batas geografi yang ada di daerah distribusi, misalnya batas administratif, sungai, jalan dan lain sebagainya dengan tujuan memperkecil biaya pemasangan accesoris zona dan juga memudahkan pengisolasian jaringan. Batas zona harus ditetapkan untuk memastikan bahwa zona meliputi suatu daerah yang terutama tipe perkembangan yang sama dan tidak ada hidrolik yang terputus. Dalam merencanakan batas zona perlu memperhatikan peta lokasi, peta jaringan pipa yang ada dan gambar-gambar data dan melaksanakan survei lapangan. Hal ini dilakukan karena batas zona ditentukan oleh jaringan pipa yang terpasang dan juga oleh batas geografi yang ada di daerah distribusi, misalnya sungai, jalan, rel kereta api, dll.

3. Sambungan Pelanggan dalam Zona Dalam merencanakan pembentukan zona perlu diadakan survei jumlah pelanggan di dalam daerah (zona) yang akan dibentuk, di samping untuk mengetahui kondisi meter pelanggan dan sistem pengambilan air oleh pelanggan yang kaitannya dengan penekanan kebocoran. Bila merencanakan suatu zona, potensi penambahan jumlah konsumen di dalamnya perlu diperhatikan dan ukuran meter harus disesuaikan dengan jumlah pelanggan. Jumlah/potensi sambungan rumah/pelanggan dalam suatu zona jangan terlalu banyak namun juga jangan terlalu sedikit. Penetapan jumlah pelanggan juga berpedoman pada keterbatasan waktu, kemampuan tenaga dan beban biaya pelaksanaan pengendalian NRW. Ukuran zona yang tepat untuk distrik metering untuk kota besar adalah terdiri dari 2000 – 5000 pelanggan, apabila > 5000 pelanggan akan menjadi kurang efektif untuk menentukan daerah kebocoran dan apabila < 2000 pelanggan, maka akan membutuhkan biaya awal yang tinggi untuk pemasangan meter dan pengoperasiannya. Sedangkan untuk kota sedang dan kecil sebaiknya jumlah sambungan tiap zona lebih kecil dari 2000 sambungan.

Pada awalnya jumlah pelanggan dalam zona yang direncanakan tidak perlu persis benar jumlahnya, tetapi apabila pengoperasian sistem zona dilaksanakan maka jumlah pelanggan yang sebenarnya perlu diketahui untuk menghitung jumlah aliran pada malam hari. Survei pelanggan berdasarkan pada catatan jumlah rekening yang merupakan sumber yang tepat dalam menentukan jumlah konsumen setiap jalan, sehingga apabila ada batas zona yang membagi 2 jalan, maka jumlah pelanggan dapat dibagi untuk setiap daerah. Data pelanggan dapat pula digunakan untuk menghitung kebutuhan node (titik) dalam analisa jaringan distribusi di komputer.

4. Elevasi Zona Penentuan elevasi zona sedapat mungkin memiliki elevasi yang relatif datar. Fluktuasi elevasi yang relatif datar pada suatu zona sangat memudahkan pengaturan zona baik operasional maupun pemeliharaan. Fluktuasi elevasi pada suatu zona sebaiknya memiliki beda tinggi 10-40 meter langsam dengan slope maksimum ± 0.005.

5. Panjang Pipa Zona Menentukan perkiraan panjang pipa dalam zona didasarkan atas pertimbangan waktu yang digunakan untuk pengelolaan pendeteksian NRW dengan sounding sepanjang jalur pipa yang diindikasikan ada NRW. Mempertimbangkan hal tersebut maka untuk kota besar panjang pipa dalam satu zona berkisar antara 12.000 s/d 70.000 meter. Panjang pipa tersebut dipandang dalam 2 dimensi yaitu ukuran panjang dan lebar, namun meliputi jaring-jaring yang tersusun di dalam sistem zona. Panjang pipa dijadikan salah satu pedoman dalam pembentukan zona sebagai bahan referensi kemungkinan pengembangan SR dengan asumsi 1 SR dilayani oleh pipa sepanjang 7 s/d 15 meter. Jadi apabila jumlah SR tidak terpenuhi maka panjang pipa bisa dijadikan bahan pertimbangan penentuan batasan zona.

6. Perpipaan Zona Pemilahan pipa di dalam zona penting sekali untuk efisiensi pembentukan zona. Pipa transmisi dan distribusi yang relatif besar (> 250 mm) sebaiknya dikeluarkan dari zona/ distrik untuk menghindari biaya pemasangan valve dan water meter ukuran besar yang mahal. Di samping itu juga pemilahan ini 6. Perpipaan Zona Pemilahan pipa di dalam zona penting sekali untuk efisiensi pembentukan zona. Pipa transmisi dan distribusi yang relatif besar (> 250 mm) sebaiknya dikeluarkan dari zona/ distrik untuk menghindari biaya pemasangan valve dan water meter ukuran besar yang mahal. Di samping itu juga pemilahan ini

7. Jenis Konsumen dalam Zona Jenis konsumen dalam suatu zona sedapat mungkin memiliki karakteristik yang sama untuk memudahkan pemantauan zona, misalnya daerah pemukiman atau daerah industri. Zona dengan satu type pelanggan memberikan suatu informasi yang penting bagi kajian-kajian teknis yang diperlukan untuk menganalisis sistem, seperti pola pemakaian air, faktor rancangan, kecenderungan musiman pemakaian air untuk kategori konsumen tertentu dan penggolongan pelanggan khusus.

Setelah zoning / DMA terbentuk, maka penting untuk menentukan sub zona, agar pengendalian kehilangan air dapat lebih rinci dilakukan. Sub zona di bentuk untuk memperkecil wilayah zona menjadi bagian-bagian yang mudah dipantau dengan memberikan batas-batas wilayah sub zona yang dapat dengan mudah di isolasi. Penentuan wilayah sub zona dilakukan dengan beberapa pertimbangan yang pada prinsipnya wilayah tersebut memiliki pipa inlet yang jelas di dalam zona tersebut. Jenis konsumen dalam suatu zona sedapat mungkin mempunyai tipe dan jenis yang seragam. Namun apabila terdapat sekelompok kecil jenis pelanggan berbeda yang terpaksa harus dimasukkan ke dalam zona karena posisinya yang tidak memungkinkan untuk dipisah maka jenis kelompok pelanggan tersebut dapat dibuatkan satu sub zona khusus dalam zona tersebut. Sehingga karakter pemakaian air oleh kelompok tersebut tetap dapat dipantau dan dikaji (Eptaria, 2012).

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan pembentukan sub zona, yaitu :

1. Mencari lokasi valve pada batas zona dan sub zona yang akan dilaksanakan

2. Memperbaiki pemetaan data lapangan

3. Mencari jalur pipa untuk menunjang pembentukan zona yang sempurna

4. Memilih lokasi meter induk yang baik

5. Membuat box meter sebagai tempat meter induk zona dan tempat monitoring aliran dan tekanan.

Pengisolasian suatu zona untuk pengendalian kebocoran dimaksud untuk mempersiapkan daerah tertentu (zona) agar dapat dipantau dan diukur kebocorannya. Seluruh pipa dan sambungan serta perlengkapan pipa yang terpasang haruslah dapat diketahui dan ditentukan serta semua peralatan monitoring haruslah dipasang pada tempatnya. Tahapan yang dilakukan untuk pengisolasian suatu zona adalah :

1. Menyediakan peta gambar kerja jaringan lengkap dengan peta konsumen dan data konsumen, termasuk didalamnya peta diameter dan panjang pipa.

2. Memperbaiki peta gambar kerja jika ditemukan jaringan/pipa baru di lapangan.

3. Meninjau kembali batas distrik secara lebih rinci dan cermat.

4. Memeriksa kondisi katup isolasi dan resirkulasi.

5. Menentukan letak dan panjang pipa serta letak katup-katup isolasi dan sirkulasi.

6. Memeriksa jumlah sambungan rumah dalam distrik termasuk kondisi meter pelanggan.

7. Memilih dan menyediakan water meter pengukur debit kebocoran serta menetapkan lokasi water meter zona.

8. Pemasangan dan perbaikan peralatan pemantauan.

9. Memasang water meter distrik.

10. Memasang manometer pengukur tekanan air pada tempat-tempat tertentu.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45