Penentuan Skenario Desain DMA Terpilih
Bab VI Penentuan Skenario Desain DMA Terpilih
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, terkait aspek teknis pengaliran pada sistem jaringan distribusi serta hasil perhitungan kelayakan finansial (NPV, BCR dan PP) dalam penerapan DMA pada beberapa skenario desain, maka berikut ini adalah rekapitulasi hasil perbandingan untuk setiap penerapan skenario DMA yang dapat dilihat pada Tabel VI.1.
Tabel VI.1 Rekapitulasi perbandingan skenario desain DMA menurut aspek teknis dan finansial (Hasil Penelitian, 2016)
Parameter
Teknis Skenario
Finansial
Tekanan DMA
% Kehilangan Rata-Rata di NPV
BCR
PP
Air Akhir tahun awal Periode (2035) 2015 (m)
1 Rp 20.141.404.022 1.39 3.22 21.75 9.00% 2 Rp 20.807.872.998
Melihat hasil perbandingan yang tertera pada Tabel VI.1 di atas, penentuan skenario desain DMA terpilih dinilai berdasarkan kelayakan fnansial, teknis pengaliran (dalam hal ini tekanan distribusi), serta angka kehilangan air pada akhir tahun periode analisis. Berdasakan hasil analisa diatas, ketiga skenario desain DMA tidak memiliki perbedaan hasil yang signifikan. Jika ditinjau dari kelayakan finansial, semua skenario DMA telah dikatakan layak karena memiliki nilai NPV > 0, dan nilai BCR > 1. Kemudian dilihat berdasarkan lama waktu pengembalian modal (Payback Period), ketiga skenario juga memiliki perbedaan hasil yang tidak jauh berbeda.
Selanjutnya pertimbangan untuk penentuan skenario desain DMA terpilih dititik beratkan pada hasil teknis. Berdasarkan simulasi model jaringan distribusi epanet pada masing-masing skenario desain DMA yang telah upgrade di tahun pertama, skenario DMA 3 memiliki tekanan rata-rata tertinggi, yakni 23,31 m. Selanjutnya ditinjau dari kehilangan air fisik di akhir periode analisis, desain DMA skenario 3 Selanjutnya pertimbangan untuk penentuan skenario desain DMA terpilih dititik beratkan pada hasil teknis. Berdasarkan simulasi model jaringan distribusi epanet pada masing-masing skenario desain DMA yang telah upgrade di tahun pertama, skenario DMA 3 memiliki tekanan rata-rata tertinggi, yakni 23,31 m. Selanjutnya ditinjau dari kehilangan air fisik di akhir periode analisis, desain DMA skenario 3
Ditinjau berdasarkan empat pilar pengendalian kehilangan air fisik menurut International Water Association (IWA), strategi pengelolaan kehilangan air fisik mencakup antara lain pengelolaan tekanan, perbaikan, pengendalian kebocoran secara aktif, dan pengelolaan aset (Gambar VI.1). Selanjutnya, semua faktor inilah yang mempengerahui bagaimana kebocoran dikelola dengan pertimbangan volume dan nilai ekonomi kebocoran dalam sebuah jaringan distribusi perusahaan air minum.
Gambar VI.1 Pilar keberhasilan strategi pengelolaan kebocoran (IWA, 2015)
Pengendalian kebocoran aktif (active leakage control/ALC) dan kecepatan/kualitas perbaikan penting bagi pengelolaan kebocoran yang efektif dari segi biaya dan efisien. Pengendalian kebocoran aktif akan terlaksana baik jika suatu zona DMA dapat dikontrol secara lebih akurat dalam ukuran yang relatif kecil. Selanjutnya pengelolaan tekanan merupakan salah satu elemen yang paling mendasar dalam strategi pengelolaan kebocoran yang kuat. Ada hubungan fisik antara laju aliran Pengendalian kebocoran aktif (active leakage control/ALC) dan kecepatan/kualitas perbaikan penting bagi pengelolaan kebocoran yang efektif dari segi biaya dan efisien. Pengendalian kebocoran aktif akan terlaksana baik jika suatu zona DMA dapat dikontrol secara lebih akurat dalam ukuran yang relatif kecil. Selanjutnya pengelolaan tekanan merupakan salah satu elemen yang paling mendasar dalam strategi pengelolaan kebocoran yang kuat. Ada hubungan fisik antara laju aliran
1. Penurun an waktu ”awareness” dan meningkatkan kecepatan penanganan kebocoran.
2. Kebocoran yang lebih kecil bisa dideteksi melalui suara (akustik) pada malam hari dan pelaksanaan steptest lebih terkontrol baik.
3. Lokasi kontrol jaringan lebih banyak dan akan memudahkan dalam analisis kehilangan air fisik/nonfisik secara lebih akurat.
4. Menemukan kebocoran bisa lebih cepat
5. Biaya menemukan kebocoran lebih rendah
6. Semua faktor diatas tersebut membuat pengendalian kebocoran yang lebih rendah bisa dijaga dan berkualitas baik
Sementara itu, pada DMA dengan ukuran yang besar, umumnya mengalami kesulitan dalam menemukan (lokalisisir) pipa bocor yang kecil (misal pada pipa dinas), akan membutuhkan waktu yang lebih panjang, dengan tingkat kesalahan dan biaya operasional cenderung akan meningkat (penjelasan lebih detail dalam operasional DMA pada Lampiran M). Berdasarkan beberapa pertimbangan inilah kemudian dipilih Skenario DMA 3 sebagai desain DMA terpilih untuk diterapkan di wilayah layanan IPA Bengkuring PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda.